Connect with us

iMusic

“JE2EMY” Jeremy Christopher dan Jeremy Poetiray, 2 makna dalam lagu “Satu Nama”.

Published

on

iMusic – TENGKU SHAFICK menjadi master mind dibalik perekrutan kedua personil JE2EMY yaitu Jeremy Christopher dan Jeremy Poetiray, berawal dari ingin membuat proyek pribadi untuk membawakan musik yang dibuatnya terutama nuansa musik tahun 90-an.

“Sebetulnya awalnya ini proyek pribadi saya yang menginginkan memiliki lagu dengan warna musik 90’s dan dinyanyikan oleh orang-orang berbakat, ketika ketemu mereka berdua dan saya ajak untuk buat proyek musik ini ternyata mereka mau, dan di tengah perjalanannya pak hendy ahmad eksekutif ternyata menyukai proyek pribadi saya ini dan mengubah untuk menjadi lagu yang dirilis oleh AFE Records” jelas Tengku Shafick.

Tentunya kedua personil JE2EMY yaitu Jeremy Christopher dan Jeremy Poetiray sangat tidak menyangka jika mereka akan di rekrut oleh AFE Records, karena diawal pembicaran dengan Tengku Shafick tidak pernah ada pembicaraan ke arah dirilis oleh AFE Records, “kami sangat kaget dan seneng AFE Records yang merilis lagu kami, karena dimasa seperti sangat dimengerti kalo label rekaman akan menahan diri untuk merekrut artis baru” ujar Jeremy Christopher, “dan bang Tengku Shafick udah dari awal memberitahu kalo ini proyek pribadi beliau” Tambah Jeremy Poetiray.

Kedua personil JE2EMY bertemu di ajang pencarian bakat Indonesian Idol Special season yang walaupun tidak melangkah hingga ke panggung spektakuler Jeremy Christopher dan Jeremy Poetiray masih sering berkomunikasi dan ikut grup aplikasi obrolan yang akhirnya bertemu dengan Tengku Shafick ““nggak nyangka sih dari sekedar obrolan, kemudian datang ke kantor untuk mendaftarkan ke AFE Publishing malah dia ajak untuk ngobrol-ngobrol proyek musik” Ujar Jeremy Chirstopher.

Nama duo JE2EMY (Baca: Jeremy) diberikan secara langsung oleh Tengku Shafick karena mereka memiliki nama yang sama, “nah filosofinya mereka ada dua orang yang bersatu dalam proyek musik dengan tujuan nama, dan mengapa lagu Satu Nama dipilih karena untuk mewakili visi mereka yang bersama-sama mewujudkan mimpi di industri musik Indonesia dengan satu nama” Ujar Shafick.

Lagu “SATU NAMA” adalah sebuah lagu bercerita tentang seseorang yang mencintai orang yang juga mencintai orang lain yang orang tersebut adalah orang yang dia kenal, “lagu ini cerita mirip banget dengan kisahku dulu yang pernah nyukain cewe dan cewe itu juga membalas perasaanku yang baru aku tau kemudian cewe itu ternyata udah punya pasangan, dan pas ketauan dia bilang -aku juga suka ma kamu- kan ngga enak banget tuh” Cerita Jeremy Poetiray tentang kemiripan lagu dengan kisah cintanya.

Dalam penggarapan lagunya Tengku Shafick melakukan apa yang diinginnya yaitu mengemas musik 90’s yang bisa dinikmati oleh anak-anak sekarang, dengan nuansa musik 90’s yang sangat kental sangat melekat dengan vocal mereka, “ketika mendengar suara mereka saat workshop sudah tergambar diotak saya apa yang akan dilakukan untuk menggarap musiknya” ujar Shafick, “ini baru pertama kali bagi kami berdua merasakan dapur rekaman sesungguhnya yang di tangani oleh orang-orang yang professional” Ujar Jeremy Christophers, “tapi sangat menyenangkan suasananya karena kami klik banget” menambahkan Jeremy Poetiray.

“Kami sangat berterima kasih dengan kak shafick yang mempertemukan, sehingga kami menyatu dalam satu nama, dan kami yang tadinya hanya sekedar kenal menjadi lebih dekat dalam proyek JE2EMY ini” Ujar Jeremy Poetiray yang diamini oleh Jeremy Christophers.

Untuk video klip “Satu Nama” memiliki konsep keseharian dan seakan-akan mereka sedang bikin vlog atau stories di social media mereka dan kecanggungan mereka bertiga saat berkomunikasi yang sambil memendam perasaan mereka, untuk modelnya mereka dibantu oleh Cathy Fakandi artis muda yang sedang naik daun dan untuk idenya semua dibuat oleh Tengku Shafick yang dieksekusi dengan baik oleh AFE Pictures rumah produksi yang menangani pembuatan video klip mereka.

“Semoga lagu kami disukai oleh penikmat musik di Indonesia dan bisa mengenal kami lebih dekat lagi melalui karya kami sehingga perjalanan musik kami yang masih panjang ini memiliki kenangan yang indah dalam hidup kami” Harap Jeremy Christopher, “Dan memiliki karya yang tulus dari hati kami saat menyanyikannya menjadi tujuan utama kami” tambah Jeremy Poetiray, selamat datang di belantika musik Indonesia (FE)

iMovies

Lama menghilang dari dunia nyanyi, Marshanda tampil maksimal di OST “La Tahzan : Cinta, Dosa, Luka…”

Published

on

iMusic.id – MD Pictures merilis Ost dari film “La Tahzan : Cinta, Dosa, Luka…” Jumat (4/7/2025), perilisan OST yang dibarengi dengan peluncuran official poster film tersebut di gelar di MD Place, Jaksel yang juga merupakan headquarter dari MD Pictures. Acara ini di hadiri oleh Manoj Punjabi selaku Eksekutif Produser dan para cast film tersebut dari Marshanda, Ariel Tatum, Patricia Gouw, Reza Nangin, Elmandsipasi, hingga Asri Welas plus Andi Riyanto sebagai composer dan song writer.

Ost dari film “La Tahzan : Cinta, Dosa, Luka…” ini adalah sebuah lagu sedih berjudul “Segalanya” yang diciptakan Andi Rianto bersama Ria Leimena dan dinyanyikan oleh Marshanda. Musik dan lirik yang Andi dan Ria hasilkan berhasil menangkap esensi emosional dari film “La Tahzan : Cinta, Dosa, Luka…” itu sendiri.

“Walaupun Marshanda ini tidak aktif bernyanyi seperti sebelumnya, namun saya tahu bahwa Marshanda pasti akan all out di lagu ini dan saya yakin hasilnya pasti bagus”, terang Andi Riyanto ketika teman – teman media bertanya tentang proses rekaman suara Marshanda di lagu ini.

Sementara Marshanda sendiri mengaku bahagia bisa menjadi pengisi suara di lagu “Segalanya” ini, walaupun dia sudah lama tidak pernah melakukan lagi proses rekaman namun semangatnya tetap terjaga.

“Lagu ini catchy tapi sedih banget. It captured the whole feeling-nya Alina dan cerita filmnya. Aku ngerasa blessed banget bisa nyanyi lagu ini, apalagi setelah lama nggak rekaman,” ungkap Marshanda.

Lagu “Segalanya” ini menggambarkan perasaan mendalam sang tokoh utama, Alina (Marshanda), tentang cinta, pengkhianatan, dan kehancuran. Dengan melodi yang catchy tetapi penuh emosi, lagu ini menjadi cerminan perjalanan batin Alina dalam menghadapi pengorbanan dan kekecewaan.

“Lirik favorit aku adalah, “Hancurnya mimpi hidup, cinta, dan segalanya.” Bait tersebut merangkum kepedihan yang dialami tokoh utama dalam lagu ini”, tambah Marshanda.

Andi Riyanto sendiri mengaku terinspirasi dari saat dia menyaksikan adegan – adegan krusial di film “La Tahzan : Cinta, Dosa, Luka” tersebut,

“Lagu ini adalah segalanya, cinta, pengorbanan, dusta, ketidaktulusan, kesetiaan, dan pengingkaran, Semuanya ada di lagu ini,” ujar Andi Riyanto.

Lagu “Segalanya” memang berisikan curahan hati seorang istri yang menghadapi pengkhianatan oleh kekasih hatinya.

“Saya tuh paling susah untuk appreciate lagu, Lagu yang laku di platform dan enak didengar, belum tentu sesuai dengan layar lebar. Itu ada formulanya, dan pertama kali kerja sama untuk proyek besar ini, saya terima kasih Mas Andi Rianto sudah dapat formulany,” ungkap produser Manoj Punjabi.

“Lagu ini bukan hanya komunikatif, tapi juga bisa jadi soundtrack. Lagunya simple, menyentuh, dan dapat dramanya.” Tambah Manoj Punjabi lagi.

Sementara itu, Final poster “La Tahzan : Cinta, Dosa, Luka” menunjukkan kesinambungan dengan poster yang dirilis pada Februari silam. Pada poster pertama sebelumnya, hanya tampak pemandangan di bawah meja yang menampilkan adegan seorang wanita menggoda seorang pria dengan sebelah kakinya. Dalam poster final ini, adegan yang masih kabur dengan sosok-sosok yang masih misterius tadi diperlihatkan secara gamblang.

Sedangkan di final posternya diperlihatkan adegan penuh di meja makan dari poster pertama. Di tengah meja, duduk Alina (Marshanda) yang berjilbab dan mengenakan pakaian serba biru. Sedangkan putrinya, Rere (Rachel Mikhayla), tampak bergelayut di pundaknya. Mata kedua perempuan itu mengarah ke sosok pria yang duduk di sebelah kiri meja, Reza (Deva Mahenra). Namun, alih-alih membalas tatapan penuh harap dan raut wajah bahagia anak-istrinya, Reza justru menatap lekat wanita berjilbab lain yang duduk di seberangnya yaitu Asih (Ariel Tatum).

Wanita itu pun berbalas pandang dengan Reza diiringi senyuman licik sambil mengangkat segelas jus berwarna merah di tangan kanannya, dan menggendong bayi di tangan kirinya. Sementara itu, di bawah meja, sebelah kaki Asih terlihat mengelus kaki Reza yang agak maju ke depan menyambut kaki Asih.

“La Tahzan : Cinta, Dosa, Luka…” diadaptasi dari kisah viral oleh Elizasifaa. Ini merupakan cerita kedua Eliza yang difilmkan oleh MD Pictures setelah” Ipar adalah Maut”. Seperti pendahulunya, “La Tahzan : Cinta, Dosa, Luka…” yang disutradarai Hanung Bramantyo ini menyoroti kehadiran orang ketiga dalam sebuah keluarga harmonis yang relijius. “La Tahzan : Cinta, Dosa, Luka…” akan mulai tayang di seluruh bioskop tanggal 14 Agustus 2025, sementara itu Lagu “Segalanya” akan tersedia di seluruh platform digital (DSP) serta YouTube mulai 8 Juli 2025.

Continue Reading

iMusic

Unit Emo, Tears Don’t Lie kolaborasi dengan Savira Razak di single “Hancur”

Published

on

iMusic.id – Band modern rock alternative bernuansa emo asal Kota Batik, Tears Don’t Lie, kembali menghadirkan karya emosional yang menyentuh hati. Kali ini, mereka merilis single ketiga bersama dengan musik video berjudul “Hancur” yang secara resmi dirilis pada 30 Juni 2025.

Dalam lagu ini, Tears Don’t Lie menggandeng Savira Razak, mantan vokalis Killing Me Inside, untuk ikut duet mengisi bagian vokal. Kehadiran Savira memberikan warna baru yang kuat, emosional, dan penuh luka, sangat cocok dengan nuansa gelap lagu ini.

“Hancur” bercerita tentang seseorang yang kehilangan cinta sejatinya, bukan karena perpisahan biasa, melainkan karena sang kekasih telah pergi untuk selamanya. Lagu ini membingkai kesedihan mendalam saat seseorang mencoba menerima kenyataan pahit bahwa orang yang dicintai tak akan pernah kembali. Dengan aransemen yang dramatis dan lirik yang menggugah, Tears Don’t Lie berhasil menyampaikan rasa duka dengan cara yang indah namun tetap emosional.

Formasi band Tears Don’t Lie saat ini terdiri dari: Oji (Vocals), Didi (Gitar), Ekky (Gitar + Vokal), Tegar (Bass), Tommy (Gitar), dan Yunan (Drum).

Tak hanya menghadirkan kolaborasi vokal, dalam produksi lagu ini Tears Don’t Lie juga bekerja sama dengan Ian Natha dari PolarityAudio sebagai Co-Producer, yang berhasil menambahkan elemen modern dan kedalaman emosional ke dalam komposisi lagu, menjadikannya salah satu karya paling matang dalam diskografi band ini sejauh ini.

Dengan paduan rock alternatif, sentuhan emo, serta produksi modern, “Hancur” diharapkan bisa menjadi soundtrack bagi mereka yang pernah kehilangan dan masih mencoba untuk bangkit.

“Hancur” is here, a new anthem born from pain, wrapped in distortion and honesty. Only from Tears Don’t Lie. Single dan Music Video “Hancur” sudah tersedia di berbagai platform streaming musik digital, seperti Spotify, Apple Music, dan YouTube Music, mulai tanggal 30 Juni 2025.

Continue Reading

iMusic

Permintaan Maaf “Assia Keva” Lewat Single “Can We Be Friends Again ?”.

Published

on

iMusic.id – Semakin dewasa, semakin banyak belajar bahwa apa yang dilakukan selama ini tidak selalu berhasil, proses ini pasti dilewati banyak orang. Assia Keva merilis sebuah lagu dari pengalaman pribadi tentang hubungan dengan sang ayah.

Lagu ini bikin kita merefleksikan diri dan memulai membuka lembaran baru bagi siapa pun yang pernah mengalami retaknya hubungan karena miskomunikasi, atau mungkin karena ego tak terkendali.

Lagu berjudul “Can We Be Friends Again ?”, ditulis dan diproduseri oleh Pamungkas, Musisi dan Pelantun To The Bone, Kenangan Manis, Monolog.

Ditulis sebagai surat permintaan maaf yang jujur ditujukan untuk ayah, “Can We Be Friends Again?” berbicara tentang keinginan memperbaiki sebuah hubungan  entah itu hubungan cinta, pertemanan, atau keluarga yang sempat hancur karena ketidaksiapan emosional di masa lalu.

“Kadang kita butuh waktu lebih lama untuk mengerti, butuh versi baru dari diri sendiri untuk bisa menghargai apa yang dulu kita abaikan,” ungkap Assia.

Lewat lirik yang reflektif seperti sedang melakukan percakapan, Assia Keva menghadirkan kehangatan yang membalut luka. Lagu ini menjadi semacam pelukan emosional bagi siapa pun yang pernah kehilangan seseorang karena pilihan yang disesali namun diam-diam masih menyimpan harapan untuk memberi ruang kedua.

“Lagu ini bukan tentang kembali ke masa lalu,” lanjutnya, “tapi tentang belajar menjadi versi diri yang lebih baik dan mungkin, membuka kesempatan kedua.”

Dengan “Can We Be Friends Again ?”, Assia Keva sekali lagi menunjukkan kemampuannya merangkum emosi kompleks dalam karya yang sederhana, jujur. (FE)

Continue Reading