iMusic.id – Setelah penantian beberapa tahun sejak kemunculannya di industri musik tanah air, akhirnya penyanyi cantik nan berbakat Keisya Levronka merilis debut albumnya yang diberi judul “Levronka”. Album ini dirilis di bawah label rekaman Universal Music Indonesia.
Di album perdana ini, Keisya Levronka yang juga jebolan ajang pencarian bakat Indonesian Idol tersebut menggaet beberapa musisi dan pencipta lagu hits kenamaan. Mereka di antaranya adalah Andi Rianto, Laleilmanino, Mario G Klau, Bemby Noor, Asta RAN dan Handy Soulvibes.
Album ini diprediksi akan menjadi salah satu album paling ditunggu tahun ini, baik untuk para Keisyakeys (sebutan penggemar Keisya) dan masyarakat luas secara umum.
Nama “Levronka” diambil sebagai judul album bukan tanpa alasan, karena Kesiya ingin mendedikasikan album ini untuk orangtuanya yang telah men-support dirinya untuk berkarier sesuai dengan hobi dan passion yang dimiliki oleh Keisya.
“Jadi nama “Levronka” itu sebenarnya diambil dari nama orangtuaku. Nah, makanya aku ambil “Levronka” sebagai judul album karena memang ini aku dedikasikan untuk mereka,” cerita Keisya tentang albumnya ini.
Sementara itu, konsep huruf Jawa ditampilkan dalam penamaan albumnya dikarenakan asal Keisya yang merupakan dari Malang, Jawa Timur, sehingga ia tidak ingin meninggalkan hal itu. Yang uniknya lagi dari konsep artwork album ini didominasi warna biru yang ternyata warna kesukaan dari Keisya. Selain itu, Keisya juga menceritakan bahwa konsep foto yang dipakai di artwork album ini juga memiliki makna mendalam.
“Konsep fotonya itu effort banget, itu foto di atas air dan aku harus melakukannya walaupun enggak bisa berenang. Kenapa di air? Selain terlihat warnanya biru, air itu ibaratnya perjalanan dari karier aku, di mana aku itu orangnya go with the flow, ngalir aja gitu. Jadi itu semacam proses, tapi rencana Tuhan memang yang terbaik, hingga aku bisa sampai sekarang,” tutur Keisya.
Album “Levronka” ini berisikan delapan lagu, enam diantaranya adalah lagu hits yang telah dirilis sebelumnya, seperti; ‘Tak Ingin Usai, Mengejar Matahari, Jadi Kekasihku Saja, Hidup Tanpamu, Tergesa, dan Lagu Untuk Hari Ini’. Sementara, dua lagu tambahan lainnya berjudul ‘Better On My Own’ dan ‘Tak Pantas Terluka’.
Lagu ‘Better On My Own’ diciptakan oleh Keisya Levronka bersama Haryy Sommerdahl dan Isak Alvedahl. Haryy Sommerdahl juga turut serta langsung untuk mengaransemen lagunya, dia juga dikenal sebagai tim dari The Kennel. Sedangkan, lagu ‘Tak Pantas Terluka’ diciptakan oleh Mario G Klau dan di aransemen oleh Tohpati.
Tentang Lagu ‘Better on My Own’
Selain enam lagu yang telah menjadi hits sebelumnya, bersamaan dengan dirilisnya album ini, lagu ‘Better On My Own’ dijadikan salah satu lagu jagoan terbaru.
Lagu ‘Better On My Own’ bercerita tentang seseorang yang berhasil menarik diri dari hubungan yang toxic (toxic relationship) ketika merasa hubungan itu tidak dapat diperbaiki lagi karena telah dikecewakan, pada akhirnya dia mengakhirinya dan merasa lebih baik sendiri.
FYI, Lagu ini bercerita tentang pengalaman pribadi Keisya. Dalam lagu ini Keisya turut menunjukkan kemampuannya ikut serta dalam penulisan lirik lagu bersama team Tim Kennel Music dan ini adalah kolaborasi pertamanya dengan produser international.
“Aku menulis lagu ‘Better On My Own’ bersama Haryy Sommerdahl dan Isak Alvedahl, dari tim The Kennel Music. Ini adalah pengalaman pertama aku dalam menulis lagu, dan ‘Better On My Own’ akan menjadi lagu bahasa Inggris pertama aku. Sangat bangga dengan lagu ini,” ujar Keisya menanggapi lagu tersebut.
The Kennel Music adalah salah satu penerbit musik internasional independen paling sukses berbasis di Swedia, didirikan pada tahun 2010 oleh veteran industri musik dan hiburan yang telah menulis dan memproduksi musik untuk ratusan hit tangga lagu #1 sejak awal, termasuk hit seperti ‘Moon’ (BTS), ‘Firestone’ (Kygo feat. Conrad Sewell), ‘React’ (Pussycat Dolls), ‘Ain’t No Saint’, ‘I Got a Boy’ (Girls Generation).
Untuk aransemennya sendiri, lagu ‘Better on My On’ mengusung genre dance pop dengan sentuhan R n’B yang easy to listen. Beat yang disajikan juga groovy banget, dan nyaman di telinga. Keunikan dari kualitas vokal Keisya ditambah pronunciation yang mumpuni membuat lagu ini menjadi kesatuan yang sangat apik untuk dinikmati.
Konsep musik video
Lagu ‘Better On My Own’ juga dirilis dalam bentuk musik video. Konsep musik videonya sebenarnya simpel, namun visual yang ditampilkan sangat keren, terutama tone warna yang soft dan terkesan retro dari musik videonya yang membuat mata kalian nyaman saat melihatnya.
Mengambil lokasi pantai, Keisya menyusuri jalanan pinggir pantai, Keisya tampak tenang dan tanpa beban dalam menyelesaikan permasalahan yang dialami dalam hubungannya. Video yang di sutradarai oleh Bobby Adrian V & Jessy Sylviani dari Nocturnal Projects tayang di akun YouTube Keisya Levronka.
Tersedia dalam bentuk boxset
Selain dirilis dalam bentuk digital, album Levronka ini juga dirils dalam bentuk fisik yang dikemas dalam bentuk boxset.
Mau tahu isi boxset ini apa saja? Boxset ini terdiri dari; terdiri dari CD, buklet, parfum, photo card, sticker set, dan greeting card. Selain itu, boxset ini sangat spesial karena ditandatangani langsung oleh Keisya. Sangat worth to buy dan untuk dikoleksi.
iMusic.id – Setelah lebih 2 dekade bersama, 7 album studio dan sederet single lepasan, The Rain masih bertahan dengan formasi awal sejak berdiri pada tahun 2001. Indra Prasta (vokal, gitar), Iwan Tanda (gitar, vokal), Ipul Bahri (bass, vokal) dan Aang Anggoro (drum, vokal).
Akhir November 2025, beberapa minggu menjelang ulang tahun The Rain ke- 24, grup asal Yogyakarta ini merilis sebuah single baru berjudul “Cerita yang Tersimpan”.
“Salah satu cara kami bersyukur masih diberi umur dan tetap bersama selama ini adalah dengan berkumpul dan melahirkan karya baru, ini juga wujud terima kasih kami pada teman-teman yang menggemari lagu-lagu The Rain selama ini, pada para The Rainkeepers”, ujar Indra.
Dari balutan aransemennya, lagu anyar The Rain ini terdengar seperti mesin waktu yang membawa pendengar ke akhir dekade 80-an. “Kami mencoba beberapa aransemen untuk lagu ini dan ternyata rasanya paling cocok dibawa ke era 80-an,” ujar Iwan.
Di studio, mereka bernostalgia mendengarkan lagu-lagu dari Richard Marx dan Def Leppard sebagai referensi saat mengerjakan aransemen lagu ini.
“Dulu saat remaja, kami memang tumbuh dengan lagu-lagu di era tersebut, jadi tak sulit untuk menghadirkan kembali nuansanya lewat lagu ini,” tambah Ipul.
“Dari sisi lirik, lagu ini bercerita tentang sebuah kesalahan, sebuah hubungan yang tak diakui terjadi. “Pelik deh.. hahaaa,” sahut Aang yang juga dipercaya untuk mengerjakan artwork single ini.
Cerita yang Tersimpan menjadi single lepasan ke-7 yang The Rain rilis setelah album “Mereka Bilang Kita Terjebak Bersama” dirilis pada 2022. Akankah di tahun 2026 nanti album ke-8 The Rain akan dirilis?
iMusic.id – BASEJAM hadir dengan single terbaru yang merupakan penghormatan terhadap salah satu legenda musik Indonesia, The Godfather of Broken Heart, Didi Kempot. Single ini merupakan daur ulang dari salah satu hits terbesar Didi Kempot yaitu, “Pamer Bojo”.
Para pecinta musik Indonesia tetntu masih ingat lagu-lagu legendaris dari legenda musik Indonesia, Didi Kempot, termasuk lagu berjudul “Pamer Bojo”? BASEJAM merilis ulang lagu ini di bulan Desember 2025 ini. Single yang dirilis tepat di bulan kelahiran Didi Kempot merupakan bentuk penghormatan dan sekaligus pelepas rindu akan karya-karya hebat Didi Kempot.
Pemilihan sosok Didi Kempot bukanlah tanpa alasan. Menghormati dan melestarikan karya seorang tokoh musik Pop Jawa terbesar, sudah sewajarnya dilakukan oleh setiap musisi Indonesia. BASEJAM berharap interpretasi yang dihadirkan dapat diterima dan dilihat sebagai hasil usaha terbaik. Jasa Didi Kempot sangatlah besar dalam mempopulerkan musik Pop Jawa sehingga menjadi musik yang sangat dekat dengan masyarakat, tidak hanya orang Jawa, tapi hingga ke Suriname. Dan ini juga bentuk partisipasi BASEJAM dalam melestarikan salah satu kekayaan bangsa, yaitu Bahasa daerah Jawa.
“Sudah beberapa tahun BASEJAM terpikir mengeluarkan single yang merupakan aransemen ulang lagu dari seorang tokoh legendaris. Kalau di panggung sih sudah beberapa kali, tapi kalau merekam dan merilis, ini baru pertama kali. Oleh karena itu, kami mengupayakan aransemen terbaik yang masih terdengar BASEJAM tapi tidak menghilangkan ciri dan pesan lagunya”, ujar Sita.
Menjelang usia BASEJAM ke-32 tahun, sebuah hal baru yang belum pernah dilakukan sebelumnya berhasil diwujudkan, yaitu mengaransemen ulang satu lagu milik legendaris maestro Pop Jawa Didi Kempot yang berjudul “Pamer Bojo”.
“Dari awal memilih lagu apa yang mau kami aransemen ulang, lagu Pamer Bojo memang menjadi salah satu pilihan teratas. Kami merasa inti cerita lagu ini sangat menggambarkan esensi Pakde Didi Kempot yang dikenal dengan Godfather of Broken Heart. Jadilah akhirnya pilihannya jatuh ke lagu “Pamer Bojo”, ujar Alvin.
“Saya sebagai orang Jawa dan sebagai personil BASEJAM, merasa interpretasi BASEJAM akan “Pamer Bojo”bisa dibanggakan lah. Mungkin terdengar tidak obyektif, tapi kalau orang lain mendengarnya akan punya pendapat yang miriplah, bahwa aransemen ini cukup baru, tapi tetap BASEJAM, tapi juga tetap lagu “Pamer Bojo””, ujar Oni.
“Salah satu pengalaman berharga dalam proses produksi kali ini adalah proses kolaborasi yang bertema Nusantara alias Indonesia. Lagu Jawa, kini dinyanyikan oleh penyanyi yang salah satunya adalah orang Sunda, dibantu teman kami si pengarah vokal Bakhes Igirisa yang adalah orang Sulawesi, aransemen dibantu oleh teman kami Figgy Papilaya dari Ambon serta penata suara Bennytho Siahaan yang merupakan orang Batak. Jadi, ini merupakan pengalaman yang tak ternilai harganya. Seakan-akan menjadi bukti bahwa walau Pakde Didi sudah tidak ada, beliau tetap jadi pemersatu banyak orang sambil menikmati karya beliau”, ujar Alsa.
“Tantangan banget buat aku yang nggak ngerti bahasa Jawa, jadi belajar arti liriknya agar dapat menghayati isi lagunya dan juga belajar artikulasi kata Jawa yang benar. Ini rekaman yang paling medok yang pernah aku lakukan! Tapi, bersyukur banget bisa punya kesempatan merekam ulang lagu ini, salah satu mimpi kami, BASEJAM, yang berhasil kami wujudkan”, ujar Sigit
Lagu “Pamer Bojo”memiliki pesan yang lebih dalam dari sekedar arti judul lagunya. Lagu ini menceritakan bagaimana seseorang merasa tersakiti karena ketika dia belum bisa move on dari mantannya, ternyata si mantan sudah menjalin hubungan baru, sudah bahagia dengan yang lain dan sudah “memamerkan” pasangan barunya. Rasa sakit dan sedih dialami seseorang yang ditinggalkan dan terlupakan.
Pesan ini coba diterjemahkan dalam aransemen musik ciri khas BASEJAM yang bergenre Pop, dengan warna vokal Sigit dan Alvin. Hasil yang dikeluarkan adalah warna “Pamer Bojo”yang terdengar lebih segar, kekinian, tapi tetap terdapat ciri khas medok Pop Jawa.
Pendengar akan dikejutkan dengan beberapa hal yang tidak pernah BASEJAM hadirkan di karya-karya sebelumnya, baik dari segi aransemen musik maupun vokal.
Penasaran? Langsung dengarkan lagu “Pamer Bojo”versi BASEJAM di semua digital streaming platform. Single baru BASEJAM, “Pamer Bojo”sudah dapat dinikmati di semua Digital Music Platform.
iMusic.id – “Long live ‘70s Indonesian rock, this is Baby Rock by SAS”, begitu suara DJ Cotter Phinney saat siaran khusus satu jam di radio KPiss FM, Brooklyn, New York pada akhir, minggu lalu. Cotter, pemilik label rekaman, Psychic Reader, memutar 9 lagu koleksi dari SAS dan AKA sebagai penanda atas peluncuran album koleksi Piringan Hitam SAS di New York.
Nama SAS, band legendaris asal Surabaya bukan nama asing bagi fandom psychedelic rock
Amerika. Band yang terbentuk pada tahun 1975, dengan personel Soenatha Tanjung (gitar,vokal), Arthur Kaunang (bass, keyboard) dan (alm) Syech Abidin (drum, vokal), sebelumnya bergabung dalam AKA (Anak Kali Asin) bersama Ucok Harahap, hingga akhirnya memutuskan untuk berpisah.
Trio SAS dipengaruhi oleh aliran rock era itu, seperti Emerson Lake & Palmer, Deep Purple, Pink Floyd dan Grand Funk.
“Tahun 1975, SAS merilis debut album dengan hit “Baby Rock”, sebagai sumbu ledak kelahirannya di panggung dan rekaman musik rock Indonesia”, tutur Denny MR, jurnalis dan kritikus musik Indonesia.
Bukan hanya “Baby Rock”, sejumlah lagu SAS seperti “Space Ride, Bad Shock” dan “Tatto Girl” disukai puluhan ribu fans millennial dan gen Z. Mereka memburu koleksi kaset dan piringan hitam lebih dari 15 album SAS di berbagai toko reseller.
Video lirik “Baby Rock” ditonton ratusan ribu di halaman YouTube, menunjukkan bahwa musik SAS mampu menembus semua zaman. Sejak album terakhir pada tahun 1991, untuk pertama kalinya koleksi album SAS Group, Bad Shock kembali di release dalam bentuk piringan hitam, oleh label rekaman Psychic Reader, New York.
“Dibandingkan musik dari negara lain, entah mengapa musik Indonesia seolah terabaikan, padahal banyak karya musik yang bagus”, ujar Cotter Phinney, produser Psychic Reader.
“SAS adalah band yang sangat bagus dan mereka seharusnya mendapatkan lebih banyak pengakuan. Merupakan suatu kehormatan bagi saya untuk memproduksi rekaman SAS pertama di luar Indonesia, tepatnya di New York, dan saya harap ini akan membuka pintu bagi audiens global”, tambah Cotter yang juga dikenal sebagai gitaris dan vokalis dari post punk band asal Brooklyn, Medium.
“Bagi saya, SAS reborn ini adalah suatu gebrakan kebangkitan musik Rock ‘70an. Saya tidak pernah bermimpi kalau musik SAS masih bisa hadir dan disukai hingga kini. Apalagi, album ini direlease di New York, dan bertepatan dengan anniversary SAS ke 50 tahun. Ini Mukjizat Tuhan yang besar bagi kami bertiga”, ucap Arthur Kaunang yang mengikuti proses produksi dari awal.
Sementara, beberapa bulan sebelum album ini diluncurkan. pre-order piringan hitam datang dari distributor musik di Jepang.
“Seluruh kurasi, digitalisasi-analog dan distribusi dilakukan di New York. Kami sedang memproses distribusi untuk pasar di Indonesia”, ujar Naratama, pengarah kreatif New York yang menjadi co-produser album ini.
Naratama, berharap agar peluncuran album ini akan membuka jalan bagi musisi Indonesia lain untuk masuk ke pasar Amerika.