Connect with us

iMusic

Legenda Pianis Jazz Dunia “Chick Corea”, Tutup Usia.

Published

on

iMusic – Chick Corea, seorang pianis jazz yang populer dengan 23 Grammy Awards yang mendobrak batas genre dan bekerja bersama Miles Davis dan Herbie Hancock, telah meninggal. Di usia 79 tahun.

Corea meninggal pada hari Selasa karena menderita kanker yang langka, kabar  dari timnya yang memposting di situsnya. Kematiannya dikonfirmasi oleh web dan manajer pemasaran Corea, Dan Muse.

Sebelum menghembuskan nafas terakhirnya, Corea meninggalkan pesan kepada penggemarnya: “Saya ingin berterima kasih kepada semua orang di sepanjang perjalanan saya yang telah membantu menjaga api musik tetap menyala. Harapan saya bagi mereka yang memiliki firasat untuk bermain, menulis, tampil atau sebaliknya, lakukanlah. Jika bukan untuk diri Anda sendiri, maka untuk kita semua. Bukan hanya dunia membutuhkan lebih banyak artis, tetapi juga sangat menyenangkan. “

Chic corea adalah seorang artis yang sangat produktif dengan lusinan album, pada tahun 1968 Dirinya menggantikan Herbie Hancock di grup Miles Davis, bermain di album terkenal “In a Silent Way” dan “[Expletive] Brew.”

Dia membentuk grup avant-garde miliknya sendiri, Circle, dan kemudian mendirikan Return to Forever. Dia mengerjakan banyak proyek lain, termasuk duo dengan Hancock dan vibraphonist Gary Burton. Dia merekam dan menampilkan musik klasik, standar, solo original, Latin jazz dan penghormatan kepada pianis jazz hebat.

Dia dinobatkan sebagai National Endowment of the Arts Jazz Master pada tahun 2006. Dia anggota Gereja Scientology dan tinggal di Clearwater, Florida.

Drummer Sheila E memposting cuitannya di Twitter. “Pria ini mengubah hidup saya melalui musiknya dan kami bisa bermain bersama berkali-kali. Saya sangat beruntung memanggilnya sebagai keluarga saya,” tulisnya, “Cewek, kamu sangat dirindukan, musik dan cahaya cemerlang kamu akan hidup selamanya. “

Tahun lalu, Corea merilis album ganda “Plays“, yang menangkapnya di berbagai konser hanya dengan menggunakan pianonya.

Corea adalah artis dengan Grammy jazz terbanyak dalam sejarah pertunjukan selama 63 tahun, dan dia memiliki kesempatan untuk menang secara anumerta di pertunjukan 14 Maret, di mana dia dinominasikan untuk solo jazz improvisasi terbaik untuk “All Blues” dan album instrumental jazz terbaik untuk “Trilogi 2.”

Corea lahir di Massachusetts dan mulai belajar piano pada usia 4 tahun. Tapi dia tidak bisa melanjutkan pendidikan formal dan keluar dari Universitas Columbia dan Sekolah Juilliard. Dia memulai karirnya sebagai sideman.

Corea suka mengundang sukarelawan ke atas panggung selama konser tunggal, mendudukkan mereka di dekat pianonya dan membuat puisi bernada subyektif dan spontan tentang orang tersebut. “Ini dimulai sebagai permainan – mencoba menangkap sesuatu yang saya lihat dalam musik,” katanya kepada AP. “Saat saya bermain, saya melihat mereka beberapa kali seperti seorang pelukis. Saya mencoba untuk melihat apakah, saat saya bermain, apakah mereka setuju dengan apa yang saya mainkan? Apakah mereka berpikir bahwa ini benar-benar potret mereka? Dan biasanya mereka melakukannya. ”

Akhir tahun lalu, Corea bekerja memiliki dua komisi: Konserto trombon untuk New York Philharmonic dan konser perkusi untuk Orkestra Philadelphia. “Saya tertarik pada sesuatu dan kemudian saya mengikuti minat itu. Dan begitulah musik saya keluar,” katanya kemudian. “Saya selalu mengikuti minat saya. Itulah cara hidup saya yang sukses.”

Dia juga mulai mengajar secara online, membuat Chick Corea Academy untuk menawarkan pandangannya tentang musik dan berbagi pendapat orang lain, mengajukan pertanyaan dan mengobrol dengan tamu. Ia berharap para siswanya akan mengeksplorasi kebebasan berekspresi dan berpikir sendiri.

“Apakah setiap orang harus menyukai apa yang saya suka? Tidak. Dan itulah yang membuat dunia berputar bahwa kita semua memiliki suka yang berbeda,” katanya. “Kami berkumpul dan berkolaborasi.”

Corea meninggalkan istrinya, Gayle Moran, dan seorang putra Thaddeus. (FE)

iMovies

Lama menghilang dari dunia nyanyi, Marshanda tampil maksimal di OST “La Tahzan : Cinta, Dosa, Luka…”

Published

on

iMusic.id – MD Pictures merilis Ost dari film “La Tahzan : Cinta, Dosa, Luka…” Jumat (4/7/2025), perilisan OST yang dibarengi dengan peluncuran official poster film tersebut di gelar di MD Place, Jaksel yang juga merupakan headquarter dari MD Pictures. Acara ini di hadiri oleh Manoj Punjabi selaku Eksekutif Produser dan para cast film tersebut dari Marshanda, Ariel Tatum, Patricia Gouw, Reza Nangin, Elmandsipasi, hingga Asri Welas plus Andi Riyanto sebagai composer dan song writer.

Ost dari film “La Tahzan : Cinta, Dosa, Luka…” ini adalah sebuah lagu sedih berjudul “Segalanya” yang diciptakan Andi Rianto bersama Ria Leimena dan dinyanyikan oleh Marshanda. Musik dan lirik yang Andi dan Ria hasilkan berhasil menangkap esensi emosional dari film “La Tahzan : Cinta, Dosa, Luka…” itu sendiri.

“Walaupun Marshanda ini tidak aktif bernyanyi seperti sebelumnya, namun saya tahu bahwa Marshanda pasti akan all out di lagu ini dan saya yakin hasilnya pasti bagus”, terang Andi Riyanto ketika teman – teman media bertanya tentang proses rekaman suara Marshanda di lagu ini.

Sementara Marshanda sendiri mengaku bahagia bisa menjadi pengisi suara di lagu “Segalanya” ini, walaupun dia sudah lama tidak pernah melakukan lagi proses rekaman namun semangatnya tetap terjaga.

“Lagu ini catchy tapi sedih banget. It captured the whole feeling-nya Alina dan cerita filmnya. Aku ngerasa blessed banget bisa nyanyi lagu ini, apalagi setelah lama nggak rekaman,” ungkap Marshanda.

Lagu “Segalanya” ini menggambarkan perasaan mendalam sang tokoh utama, Alina (Marshanda), tentang cinta, pengkhianatan, dan kehancuran. Dengan melodi yang catchy tetapi penuh emosi, lagu ini menjadi cerminan perjalanan batin Alina dalam menghadapi pengorbanan dan kekecewaan.

“Lirik favorit aku adalah, “Hancurnya mimpi hidup, cinta, dan segalanya.” Bait tersebut merangkum kepedihan yang dialami tokoh utama dalam lagu ini”, tambah Marshanda.

Andi Riyanto sendiri mengaku terinspirasi dari saat dia menyaksikan adegan – adegan krusial di film “La Tahzan : Cinta, Dosa, Luka” tersebut,

“Lagu ini adalah segalanya, cinta, pengorbanan, dusta, ketidaktulusan, kesetiaan, dan pengingkaran, Semuanya ada di lagu ini,” ujar Andi Riyanto.

Lagu “Segalanya” memang berisikan curahan hati seorang istri yang menghadapi pengkhianatan oleh kekasih hatinya.

“Saya tuh paling susah untuk appreciate lagu, Lagu yang laku di platform dan enak didengar, belum tentu sesuai dengan layar lebar. Itu ada formulanya, dan pertama kali kerja sama untuk proyek besar ini, saya terima kasih Mas Andi Rianto sudah dapat formulany,” ungkap produser Manoj Punjabi.

“Lagu ini bukan hanya komunikatif, tapi juga bisa jadi soundtrack. Lagunya simple, menyentuh, dan dapat dramanya.” Tambah Manoj Punjabi lagi.

Sementara itu, Final poster “La Tahzan : Cinta, Dosa, Luka” menunjukkan kesinambungan dengan poster yang dirilis pada Februari silam. Pada poster pertama sebelumnya, hanya tampak pemandangan di bawah meja yang menampilkan adegan seorang wanita menggoda seorang pria dengan sebelah kakinya. Dalam poster final ini, adegan yang masih kabur dengan sosok-sosok yang masih misterius tadi diperlihatkan secara gamblang.

Sedangkan di final posternya diperlihatkan adegan penuh di meja makan dari poster pertama. Di tengah meja, duduk Alina (Marshanda) yang berjilbab dan mengenakan pakaian serba biru. Sedangkan putrinya, Rere (Rachel Mikhayla), tampak bergelayut di pundaknya. Mata kedua perempuan itu mengarah ke sosok pria yang duduk di sebelah kiri meja, Reza (Deva Mahenra). Namun, alih-alih membalas tatapan penuh harap dan raut wajah bahagia anak-istrinya, Reza justru menatap lekat wanita berjilbab lain yang duduk di seberangnya yaitu Asih (Ariel Tatum).

Wanita itu pun berbalas pandang dengan Reza diiringi senyuman licik sambil mengangkat segelas jus berwarna merah di tangan kanannya, dan menggendong bayi di tangan kirinya. Sementara itu, di bawah meja, sebelah kaki Asih terlihat mengelus kaki Reza yang agak maju ke depan menyambut kaki Asih.

“La Tahzan : Cinta, Dosa, Luka…” diadaptasi dari kisah viral oleh Elizasifaa. Ini merupakan cerita kedua Eliza yang difilmkan oleh MD Pictures setelah” Ipar adalah Maut”. Seperti pendahulunya, “La Tahzan : Cinta, Dosa, Luka…” yang disutradarai Hanung Bramantyo ini menyoroti kehadiran orang ketiga dalam sebuah keluarga harmonis yang relijius. “La Tahzan : Cinta, Dosa, Luka…” akan mulai tayang di seluruh bioskop tanggal 14 Agustus 2025, sementara itu Lagu “Segalanya” akan tersedia di seluruh platform digital (DSP) serta YouTube mulai 8 Juli 2025.

Continue Reading

iMusic

Unit Emo, Tears Don’t Lie kolaborasi dengan Savira Razak di single “Hancur”

Published

on

iMusic.id – Band modern rock alternative bernuansa emo asal Kota Batik, Tears Don’t Lie, kembali menghadirkan karya emosional yang menyentuh hati. Kali ini, mereka merilis single ketiga bersama dengan musik video berjudul “Hancur” yang secara resmi dirilis pada 30 Juni 2025.

Dalam lagu ini, Tears Don’t Lie menggandeng Savira Razak, mantan vokalis Killing Me Inside, untuk ikut duet mengisi bagian vokal. Kehadiran Savira memberikan warna baru yang kuat, emosional, dan penuh luka, sangat cocok dengan nuansa gelap lagu ini.

“Hancur” bercerita tentang seseorang yang kehilangan cinta sejatinya, bukan karena perpisahan biasa, melainkan karena sang kekasih telah pergi untuk selamanya. Lagu ini membingkai kesedihan mendalam saat seseorang mencoba menerima kenyataan pahit bahwa orang yang dicintai tak akan pernah kembali. Dengan aransemen yang dramatis dan lirik yang menggugah, Tears Don’t Lie berhasil menyampaikan rasa duka dengan cara yang indah namun tetap emosional.

Formasi band Tears Don’t Lie saat ini terdiri dari: Oji (Vocals), Didi (Gitar), Ekky (Gitar + Vokal), Tegar (Bass), Tommy (Gitar), dan Yunan (Drum).

Tak hanya menghadirkan kolaborasi vokal, dalam produksi lagu ini Tears Don’t Lie juga bekerja sama dengan Ian Natha dari PolarityAudio sebagai Co-Producer, yang berhasil menambahkan elemen modern dan kedalaman emosional ke dalam komposisi lagu, menjadikannya salah satu karya paling matang dalam diskografi band ini sejauh ini.

Dengan paduan rock alternatif, sentuhan emo, serta produksi modern, “Hancur” diharapkan bisa menjadi soundtrack bagi mereka yang pernah kehilangan dan masih mencoba untuk bangkit.

“Hancur” is here, a new anthem born from pain, wrapped in distortion and honesty. Only from Tears Don’t Lie. Single dan Music Video “Hancur” sudah tersedia di berbagai platform streaming musik digital, seperti Spotify, Apple Music, dan YouTube Music, mulai tanggal 30 Juni 2025.

Continue Reading

iMusic

Permintaan Maaf “Assia Keva” Lewat Single “Can We Be Friends Again ?”.

Published

on

iMusic.id – Semakin dewasa, semakin banyak belajar bahwa apa yang dilakukan selama ini tidak selalu berhasil, proses ini pasti dilewati banyak orang. Assia Keva merilis sebuah lagu dari pengalaman pribadi tentang hubungan dengan sang ayah.

Lagu ini bikin kita merefleksikan diri dan memulai membuka lembaran baru bagi siapa pun yang pernah mengalami retaknya hubungan karena miskomunikasi, atau mungkin karena ego tak terkendali.

Lagu berjudul “Can We Be Friends Again ?”, ditulis dan diproduseri oleh Pamungkas, Musisi dan Pelantun To The Bone, Kenangan Manis, Monolog.

Ditulis sebagai surat permintaan maaf yang jujur ditujukan untuk ayah, “Can We Be Friends Again?” berbicara tentang keinginan memperbaiki sebuah hubungan  entah itu hubungan cinta, pertemanan, atau keluarga yang sempat hancur karena ketidaksiapan emosional di masa lalu.

“Kadang kita butuh waktu lebih lama untuk mengerti, butuh versi baru dari diri sendiri untuk bisa menghargai apa yang dulu kita abaikan,” ungkap Assia.

Lewat lirik yang reflektif seperti sedang melakukan percakapan, Assia Keva menghadirkan kehangatan yang membalut luka. Lagu ini menjadi semacam pelukan emosional bagi siapa pun yang pernah kehilangan seseorang karena pilihan yang disesali namun diam-diam masih menyimpan harapan untuk memberi ruang kedua.

“Lagu ini bukan tentang kembali ke masa lalu,” lanjutnya, “tapi tentang belajar menjadi versi diri yang lebih baik dan mungkin, membuka kesempatan kedua.”

Dengan “Can We Be Friends Again ?”, Assia Keva sekali lagi menunjukkan kemampuannya merangkum emosi kompleks dalam karya yang sederhana, jujur. (FE)

Continue Reading