iMusic – gak asing dong dengan nama Badai? Pasti hal pertama
yang kalian pikir ketika mendengar nama ini adalah musisi tanah air yang
terkenal dengan kehandalannya bermain keyboard dan lagu – lagunya yang
berisi tentang kegalauan cinta. Ya, bener banget sekarang kita mau membahas
tentang Badai.
Doadibadai Hollo atau akrab dikenal dengan panggilan Badai adalah musisi
tanah air yang berasal dari daerah Nusa Tenggara Timur ini sudah lebih
dari 20 tahun berkarir di industri musik tanah air. Pria yang dikenal
sebagai musisi, penulis lagu dan arranger, dan edukator musik. Memiliki hobi
bermusik dan travelling, dengan hobinya ini Badai mampu mendapatkan inspirasi
terbesar yang digunakannya untuk mencipta lagu dan meniti karir di dunia
musik.
Badai yang mengawali karirnya di tahun 1999 dan diawal tahun
2000-an ia berhasil mendirikan sebuah band besar bernama Kerispatih
namun ia sudah resmi keluar ditahun 2016. alasan ia keluar dikarenakan dirinya
merasa kinerjanya mulai mengendur setelah 13 tahun bersama.
Pada awal 2010, ia sudah berniat untuk melakukan karier solo
dan ia pun juga telah membantu musisi-musisi lainnya di Indonesia
sebagai penulis lagu, pengaransemen, dan juga produser. Beberapa musisi yang
pernah bekerja sama di antaranya adalah Audy Item dan Nindy. Ia
juga membentuk project band dengan genre rock vintage bernama Brand
New Storm yang beranggotakan rekan bandnya sendiri, Arief (gitar), Enwil
(vokal), Deva (drum), Eltrino (bass), dan ia memegang posisi
keyboard serta piano. Badai juga dikabarkan akan membantu grup vokal pendatang
baru Z5 sebagai music director sekaligus penulis lagu untuk mereka.
Setelah 21 tahun berkarya di dunia musik Badai pun menggelar
konser tunggal di Usmar Ismail Hall Kuningan, Jakarta Selatan, 20
Februari 2020 dengan tajuk THE HISTORICAL JOURNEY OF BADAI THE PIANOMAN
“ KONSER HATI DAN RASA“. Ia juga mengundang beberapa penyanyi terbaik
tanah air seperti Donnie Sibarani, Melly Mono, MIkha Tambayong,
Rayen Pono, Maria Calista, Badai Romantic Project, Rando
Sembiring dan project terbarunya, Badai and His Female Stars feat. Sahara
Dristy, Marbecca dan Mariska Gaby. Konser kolaborasi ini
menghadirkan kurang lebih 15 lagu Hits Badai dan telah menjual habis tiketnya
untuk kapasitas 400 orang, tidak hanya itu ia membuat konser tunggal tanpa
bantuan sponsor.
Nah kali ini Badai lagi live Concert nih di 58 Concert Room, buat yang mau lihat keseruan penampilan badai bisa langsung cek Youtube CKH Entertainment ya. Jangan lupa untuk Like, Comment, Subscribe dan Share ya. (FE)
iMusic.id – Sulit rasanya menutup mata dari lagu ini. Ada kejujuran yang berdesir pelan di balik nada riang “Kura-Kura”, kolaborasi antara Stand Here Alone (SHA) dan Tresno, sang vokalis legendaris Tipe-X. Lagu ini bukan sekadar kisah patah hati yang dibungkus jenaka, tapi semacam pengakuan halus bahwa cinta memang kerap berakhir dengan cara yang tidak gagah-gagah amat. Kadang lucu, getir, bahkan absurd. Seperti kisah pria yang ditinggal kekasihnya demi seseorang yang, entah kenapa, “berwajah seperti kura-kura.”
Namun justru di situlah letak keindahannya. “Kura-Kura” adalah cara Stand Here Alone dan Tresno mengubah duka jadi tawa, mengubah kecewa jadi bahan bakar untuk bernyanyi lebih kencang. Mereka seperti ingin bilang: jangan gentar meskipun ditikung reptil, sebab bahkan orang dengan paras hewan melata pun kadang bisa mengajari kita cara menerima nasib dengan elegan, patah hati tidak lagi tentang meneteskan air mata, tapi menghasilkan nada-nada yang membuat dada sesak dan bibir tersenyum di waktu yang sama.
Lagu kolaborasi Stand Here Alone dengan Tresno ini, dengan segala kesederhanaannya, mengingatkan bahwa kita tak berhak untuk dibuat sedih. Dunia sudah terlalu riuh untuk ditambahi keluh kesah yang tidak perlu. “Kura-Kura” hadir seperti kawan lama yang menepuk bahu, berkata pelan: sudahlah, tidak semua janji harus ditepati, tidak semua cinta harus berakhir bahagia, dan tidak semua luka harus disembuhkan, beberapa cukup ditertawakan.
Melalui proyek Album Nusantara, Stand Here Alone menunjukkan bahwa punk dan ska tak melulu soal pemberontakan, tapi juga tentang kelapangan hati. “Kura-Kura” menjadi semacam pernyataan lembut bahwa kehilangan bisa seindah pertemuan, bahwa humor adalah selimut terbaik bagi hati yang pernah robek, dan bahwa hidup, betapapun kejamnya, masih pantas ditertawakan, terutama ketika cinta pergi bersama seseorang yang bahkan kura-kura pun mungkin enggan bercermin padanya.
Single “Kura-Kura” sudah tersedia di seluruh platform digital dan video musiknya dapat disaksikan di kanal YouTube resmi Stand Here Alone.
iMusic.id – Setelah merilis single perdana berjudul “Ku Rindu” ciptaan Andri Ikola, penyanyi sekaligus penulis lagu Sundari Gasong kini memperkenalkan karya terbarunya bertajuk “Sedih” sebagai single kedua. Berbeda dari karya sebelumnya, lagu ini merupakan ciptaan Sundari sendiri.
“Penggarapan single kedua ini tidak jauh berbeda dengan proses single pertama. Aku tetap mempercayakan Debios Ikola sebagai Music Director dan Sis Akbar untuk proses mixing dan mastering. Aku juga tetap berdiskusi dengan kakak kandungku, Andri Ikola, hingga lagu “Sedih” siap dirilis,” ujar Sundari Gasong.
Lagu “Sedih” pertama kali ditulis Sundari Gasong pada tahun 2009. Lagu ini mengangkat kisah tentang kesedihan seorang jomblo yang memendam perasaan cinta tanpa keberanian untuk mengungkapkan.
“Lagu ini sebenarnya dibuat untuk adik kelas aku, Mega F. Yohana, alumni SMAN 1 Boedoet Jakarta angkatan 2008. Terinspirasi dari seorang laki-laki yang dulu menjadi pemujanya,” tutur Sundari Gasong.
Dalam single ini, Sundari sengaja menghadirkan konsep musik yang sederhana, agar pendengar dapat lebih merasakan emosi sedih yang menjadi inti cerita lagu tersebut.
Single “Sedih” resmi dirilis pada 12 Desember 2025 di seluruh digital music platform. Sementara video musiknya akan menyusul dan direncanakan tayang di kanal YouTube resmi Sundari Gasong setelah proses produksi rampung.
Sundari juga menyampaikan pesan khusus kepada pendengar:
“Buat para jomblo, cobain deh dengerin lagu ini pas lagi sedih. Insya Allah sedihnya dapet.”
iMusic.id – Setelah lebih 2 dekade bersama, 7 album studio dan sederet single lepasan, The Rain masih bertahan dengan formasi awal sejak berdiri pada tahun 2001. Indra Prasta (vokal, gitar), Iwan Tanda (gitar, vokal), Ipul Bahri (bass, vokal) dan Aang Anggoro (drum, vokal).
Akhir November 2025, beberapa minggu menjelang ulang tahun The Rain ke- 24, grup asal Yogyakarta ini merilis sebuah single baru berjudul “Cerita yang Tersimpan”.
“Salah satu cara kami bersyukur masih diberi umur dan tetap bersama selama ini adalah dengan berkumpul dan melahirkan karya baru, ini juga wujud terima kasih kami pada teman-teman yang menggemari lagu-lagu The Rain selama ini, pada para The Rainkeepers”, ujar Indra.
Dari balutan aransemennya, lagu anyar The Rain ini terdengar seperti mesin waktu yang membawa pendengar ke akhir dekade 80-an. “Kami mencoba beberapa aransemen untuk lagu ini dan ternyata rasanya paling cocok dibawa ke era 80-an,” ujar Iwan.
Di studio, mereka bernostalgia mendengarkan lagu-lagu dari Richard Marx dan Def Leppard sebagai referensi saat mengerjakan aransemen lagu ini.
“Dulu saat remaja, kami memang tumbuh dengan lagu-lagu di era tersebut, jadi tak sulit untuk menghadirkan kembali nuansanya lewat lagu ini,” tambah Ipul.
“Dari sisi lirik, lagu ini bercerita tentang sebuah kesalahan, sebuah hubungan yang tak diakui terjadi. “Pelik deh.. hahaaa,” sahut Aang yang juga dipercaya untuk mengerjakan artwork single ini.
Cerita yang Tersimpan menjadi single lepasan ke-7 yang The Rain rilis setelah album “Mereka Bilang Kita Terjebak Bersama” dirilis pada 2022. Akankah di tahun 2026 nanti album ke-8 The Rain akan dirilis?