Connect with us

iMusic

Masih nyaman di lagu nuansa romantis, Thito Tangguh Rilis single “Hingga Akhir Nafasku”.

Published

on

iMusic.idThito Tangguh kembali hadir menyapa penikmat musik Indonesia dengan memperkenalkan lagu romantis berjudul “Hingga Akhir Nafasku”. Dirilis tepat di hari kasih sayang 14 februari 2025, penyanyi dan pencipta lagu yang besar dari “Cipta Lagu Populer” tahun 2005 dengan lagu “Kubenci Kau Dengan Cintaku” ini kini berada di naungan label musik AFE Records.

Lagu “Hingga Akhir Nafasku” ini merupakan single Thito Tangguh yang kedua bersama AFE Records setelah sebelumnya Thito me-remake lagu romantis milik Rocker Kasarunk, karya Ferdy Tahier yang berjudul “Mungkin Satu Kebetulan” jelang akhir tahun 2024 lalu.

“Hingga Akhir Nafasku” adalah sebuah lagu karya Mario Kacang yang ditulis khusus untuk Thito Tangguh. Adhi Mulyadi selaku manager dari Thito menjelaskan bahwa pemilihan Mario Kacang sebagai penulis lagu untuk single baru Thito ini dilakukan langsung oleh eksekutif produser sekaligus owner dari AFE Records, Hendy Ahmad.

“Ini pilihan dari pak Hendy langsung, beliau bilang kalau mau lagu romance ya Mario Kacang lah orang yang tepat, beliau langsung hubungin Mario Kacang dan ternyata bener, chemistry nya dapet banget”, terang Adhi Mulyadi.

“Kerjasama dengan Mario Kacang itu sangat baik dan kooperatif, kebetulan dia juga bertindak sebagai vocal director pas saya take vokal dan dia justru senang karena hasil take vokalnya terdengar sangat Thito banget. Mario bilang dia puas sama hasil yang sudah kita kerjakan bersama dilagu “Hingga Akhir Nafasku” ini’, terang Thito Tangguh saat presscon di Rendezvoo Coffee & Eatery, Jakarta Selatan.

“Kita sengaja minta dibuatkan lagu cinta ke Mario Kacang untuk menambah koleksi lagu romantis nya Thito dan waktu minta di buatkan lagu sama Mario Kacang itu cepet banget, Mario menciptakan lagu ini khusus untuk Thito hanya dalam waktu 3 hari”, jelas Adhi Mulyadi.

“Waktu rekaman, Mario Kacang tidak mengalami kendala saat men-direct vokal Thito, bahkan dia sangat mengeksplor vokal Thito sampai banyak nada – nada vokal yang jarang Thito gunakan sangat – sangat kepake di lagu ini dan Thito pun cukup nyaman menyanyikannya, jadi chemistry Thito dan Mario ini sangat cocok”, tambah Adhi Mulyadi.

Bersama AFE Records, Thito Tangguh sebenarnya sudah merekam sekitar 5 lagu baru, dan setelah melakukan diskusi dengan Hendy Ahmad, akhirnya dipilihlah lagu “Hingga Akhir Nafasku” untuk dirilis bertepatan dengan hari kasih sayang ini.

“Hingga Akhir Nafasku” menceritakan tentang janji abadi dan cinta sejati seseorang terhadap pasangannya. Lagu ini terdengar sangat menawan dinyanyikan oleh Thito, husky voice yang Thito miliki membuat lagu ini semakin indah, penghayatan Thito terhadap lagu ini membuat vokal Thito terdengar menyatu dengan musik dan liriknya. Musik yang mewah dan berkelas yang membalut lagu “Hingga Akhir Nafasku” terdengar sangat cocok untuk di nyanyikan dalam suasana dan acara Wedding.

“Saya sengaja rikues ke Mario Kacang untuk dibuatkan lagu yang romantis yang nantinya cocok untuk di nyanyikan dalam suasana weddingan, karena sampai detik ini saya belum pernah tampil bernyanyi di acara – acara nikahan”, ujar Thito.

Thito Tangguh yang bernama lengkap Thito Hitler Tetap Tangguh Hutasoit ini telah membuktikan eksistensinya di dunia musik Indonesia. Berbagai label rekaman ternama seperti Sony BMG, Nagaswara, dan Artha Music Production pernah menjadi rumah bagi karya-karyanya. Sempat terhenti perjalanan karirnya akibat insiden kecelakaan listrik pada tahun 2019, Thito akhirnya bangkit dari keterpurukan dan kembali meneruskan kakrir musiknya di tahun 2024.

Sempat dikenal dengan nama Thito Cilapop, Thito akhirnya menyematkan nama Tangguh di belakang namanya karena selain diambil dari nama lengkapnya, nama Tangguh itu juga melambangkan bahwa selama ini Thito berhasil melewati segala kendala dengan Tangguh.

iMusic

Stand Here Alone libatkan Iksan Skuter di single “Kita Semua Saudara”

Published

on

iMusic.id – Setelah sukses dengan single “Pura PuraTerluka” bersama Mr Botak, Stand Here Alone kembali merilis single baru dalam rangkaian album Nusantara yang semakin memperkaya eksplorasi musikal mereka.

Kali ini, Stand Here Alone, band pop punk asal Bandung tersebut berkolaborasi dengan seorang musikus yang selama ini lebih dikenal di ranah folk. Namun, ia sendiri meyakini bahwa karyanya melampaui batasan genre tersebut, Ia adalah Iksan Skuter, sosok yang dalam repertoarnya kerap mengangkat berbagai isu, mulai dari politik, sosial, hingga romansa.

Lagu berjudul “Kita Semua Saudara” lahir dari kegelisahan bersama, hasil diskusi panjang yang kemudian terwujud dalam melodi dan lirik yang penuh makna. Stand Here Alone merasa tidak ada figur lain yang lebih tepat untuk diajak berkolaborasi selain Iksan, yang dikenal dengan kemampuannya mengejawantahkan perbedaan secara jelas dan gamblang, dalam gaya khasnya yang reflektif namun tetap membumi.

“Kami ingin lagu ini lebih dari sekadar karya musik. Kami ingin ada pesan yang tersampaikan, dan Iksan memiliki pendekatan unik dalam mengartikulasikan keresahan menjadi sesuatu yang dapat diterima oleh banyak orang,” ujar Mbenk, vokalis Stand Here Alone.

Dengan karakter musikal Stand Here Alone yang penuh energi berpadu dengan warna khas Iksan Skuter yang mendalam dan kontemplatif, “Kita Semua Saudara” menghadirkan dinamika yang segar.

Lagu ini bukan sekadar narasi, tetapi juga refleksi tentang bagaimana keberagaman sudut pandang dapat berpadu dalam harmoni. Lebih dari itu, lagu ini diharapkan mampu menginspirasi pendengarnya untuk hidup berdampingan dalam keberagaman, menghargai perbedaan suku, ras, dan agama sebagai kekuatan, bukan pemisah.

Single Kita Semua Saudara sudah dapat dinikmati di berbagai platform streaming mulai Maret 2025 ini.

Continue Reading

iMusic

Cerita tentang hubungan Anak dan Ayah di single ‘Hunian’ bertajuk “Potret Kecil”

Published

on

iMusic.id – ‘Hunian’, sebuah group musik asal Jogjakarta baru saja hadir perkenalkan single ketiga berjudul “Potret Kecil”. Lagu ini memuat tema tentang peran seorang Ayah dalam tumbuh kembang seorang anak laki-laki.

Trio Ghozi, Elang dan Ancal yang tergabung dalam ‘Hunian’ ini memang acapkali membuat lagu dengan lirik – lirik yang bercerita tentang kehidupan yang merekam tentang romantisme – romantisme keakraban di lingkungan terdekatnya.

Mewakili ‘Hunian’, Elang menganggap single ketiga yang dirilis ini sebagai implementasi diri yang relate dengan tema dan lirik lagu “Potret Kecil” itu sendiri. Elang juga mengatakan bahwa cepat atau lambat seorang anak laki-laki yang berani akan segera menemukan jalannya sendiri.

“Aku menggambarkan diriku sendiri sebagai anak laki-laki pasti akan lepas dari orang tuaku untuk memilih jalan ku sendiri, Sedangkan ketika aku sudah punya anak, seolah aku melihat diriku yang tumbuh, berkembang, dan melangkahkan kaki untuk bergerak menjadi dewasa.” Terang Elang dari ‘Hunian’.

“Ketika seorang anak sudah bisa menentukan langkahnya sendiri, sebagai orang tua pastilah memberikan dukungan, doa, dan nasihat yang baik. Orang tua tak akan mengharap kembali, kasihnya tak terhingga sepanjang masa, Biarlah “Potret Kecil” menjadi doa setiap langkah dan napasnya. Barangkali hidup adalah doa yang panjang’, Tutur Elang.

Pada produksinya, di single “Potret Kecil”, posisi drummer dibantu sepenuhnya oleh Rizky Alan. Seperti single – single sebelumnya, penyelaras akhir dan finalisasi “Potret Kecil” dikerjakan oleh Ardha Buzzbanditz di Neverland Studio.

Tak hanya merilis single saja, Hunian juga merilis video klip di kanal You Tube resmi mereka. “Potret Kecil” ini juga mengakhiri trilogi single sebelumnya yaitu “Kota Besar”, “Bermuara” dan kemudian akan menjadi jembatan menuju album yang akan dirilis beberapa bulan lagi.

‘Hunian’ menjadikan “Potret Kecil” sebagai debut video klip di kanal YouTube resmi mereka. Video klip yang rencananya akan dirilis pada tangga 21 Maret 2025 ini memvisualisasikan lirik – lirik dari single ketiga mereka tentang hubungan orang tua khususnya ayah dengan anak laki-laki.

Video klip yang dibintangi oleh Arif Putranto sebagai seorang ayah dan Panji Firdaus sebagai seorang anak laki-lakinya ini jelas sekali memperlihatkan kota di mana band ini tumbuh dan berkembang. Di Yogyakarta juga diceritakan sebagai titik loncat pertama sang anak untuk mencapai cita-citanya di kota yang ingin ia tuju.

Processed with VSCO with a10 preset

“Ini menjadi video klip pertama yang kita buat. Secara produksi juga kami mandiri dan dibantu oleh teman-teman kami yang juga masih sering nge-band bareng,” kata Ghozi sang vokalis.

“Sejatinya sebuah grup band, karya yang pasti dimiliki selain audio adalah visual,” Ancal menambahkan.

Di setiap detik – detik di video klip ini juga diperlihatkan kilas balik saat sang anak laki-laki tumbuh dan berkembang. Momen hangat dan hampa bisa dirasakan bagi siapapun yang menontonnya, entah seorang ayah, anak laki-laki, atau mereka-mereka yang berperan sebagai orang tua dan anak.

Continue Reading

iMusic

Fufu Clan luncurkan single baru “Qur Sera”

Published

on

iMusic.id – Tak cukup merilis ‘Rungkad Remix’ di bulan Januari 2025, ‘Fufu Clan’ yang terdiri dari Hara, Elsha dan Faiz kembali memantapkan langkah musikalitas band mereka dengan rilisan terbaru “Que Sera”.

Seperti yang sudah dipertunjukkan dalam EP mereka di penghujung 2024 (Headshot of The Year), tidak butuh waktu lama untuk pendengar mereka terpikat dan tenggelam dalam dunia ‘Fufu Clan’.

“Que Sera” yang secara harfiah berarti ‘Apa yang terjadi’ dari bahasa Spanyol, menunjukkan secara naratif apa yang dilalui oleh ‘Fufu Clan’ dalam keseharian mereka.

“Lagu-nya bisa dibilang bittersweet secara cerita. Karena dari awal kita menyanyikan “Que Sera”, kita itu ibaratkan wajah panas terkena matahari pagi yang kemudian diikuti oleh alarm berbunyi. Sebenarnya kita tidak ingin bangun dari tidur, tapi ya apa daya: hari sudah tiba dan kita harus menjalaninya,” Ungkap sang penyanyi dan penulis lagu ‘Fufu Clan’, Elsha.

Dengan hook ‘Menantang kegagalan’ yang beberapa kali diulang oleh ‘Fufu Clan’, jelas lagu ini tidak menyiratkan suratan pesan kepada para pendengar untuk semangat dan melawan.

Menariknya dari ‘Fufu Clan’, pesan ini menjadi benang merah antar EP pertama mereka ke project-project lainnya di masa depan.

Elsha pun menambahkan: “Perlawanan dan perjuangan itu bisa datang dari hal kecil. Bangun tidur saat bersedih, malas menggosok gigi, hingga mencintai dirimu sendiri di cermin kaca, semua ini terasa sepele, tapi juga menjadi perang besar untuk sebagian orang. ‘Fufu Clan’ ada di sini untuk remind itu: lo nggak sendirian di sini, dan kemenangan-kemenangan kecil dalam hidup itu patut dirayakan,”.

Dari sisi dapur produksi, Hara dan Faiz merasa “Que Sera” adalah manifestasi saat sebuah band sudah saklek dan pede dengan antar anggotanya.

“Seperti band indie pada umumnya, lagu ini kita buat di dalam kamar kost. 2 hari lumayan mengurung diri, hanya keluar saat jam pulang atau jam makan. Tapi karena fokus luar biasa, “Que Sera” lahir. Benar-benar tidak ada merasa pressure atau pun dorongan ambisius. Ini kita hanya menyuarakan suara kami sebagai band, semoga banyak yang suka,” Kata Hara.

Faiz, yang akhirnya ‘pecah telor’ dengan menjadi produser di lagu ini, cukup bahagia dengan kebebasan yang didapatkan dari membuat segalanya sendiri.

“Ini benar-benar jadi lagu pertama gue untuk nge-produce. Selain Hara dan Elsha yang sudah satu otak dengan gue, pengalaman terbaik dari membuat “Que Sera” ini adalah kebebasan yang gue dapatkan dari keterbatasan. Kita menjadi lebih dekat antar satu sama lain sebagai manusia, benar-benar serba DIY, kita bertiga ngulik bersama. Kalau tadi sempat dibilang bittersweet oleh Elsha, gue setuju banget dengan itu. Namanya seniman miskin, ya modal untuk menciptakan karya memang benar-benar kembali ke niat,” Tutup Faiz

“Que Sera”, lagu terbaru dari ‘Fufu Clan’ siap untuk dinikmati di semua platform streaming digital favorit pendengar.

Continue Reading