Connect with us

iMusic

Maudy Ayunda luncurkan single “Hari Itu”

Published

on

iMusic.id – Bermusik seolah sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan bagi hidup seorang Maudy Ayunda. Dunia musik baginya adalah medium yang kuat untuknya membahasakan kekuatan bercerita. Dalam karya-karyanya, Maudy selalu mampu menggambarkan perasaan dengan begitu menyentuh, membuat setiap lagu memberikan pengalaman yang mendalam bagi para pendengar.

Seakan tak kehabisan akal, berbagai tema terus ia eksplorasi, seperti yang terlihat dalam single terbarunya “Hari Itu”. Jika sebelumnya lagu “Cahaya” menceritakan betapa sosok sang suami adalah cahaya di kehidupannya, maka begitu pula dengan pendidikan bagi Maudy Ayunda seorang, yang menjadi sumber inspirasi dan tempat berlabuhnya cinta terhadap proses belajar. Rasa cinta yang tinggi akan ilmu pengetahuan inilah benang merah dalam untaian lirik dan melodi yang membalut “Hari Itu”.

Namun, lagu ini lebih dari sekadar ajakan bernostalgia. Dengan cerdik, Maudy Ayunda membawakan tema hangatnya ikatan persahabatan semasa sekolah, mengangkat pahit-manisnya bertumbuh dewasa. Sebuah perjalanan emosional penuh warna, yang mengingatkan kita akan suka dan duka dari fase pembentukan diri. Berpadu dengan suaranya yang lembut, lirik yang menyentuh, dan melodi yang penuh emosi, “Hari Itu” menciptakan sebuah lanskap musik yang dapat diterima bagi segala kalangan usia. Bercermin dari pengalaman pribadi, Maudy menjelaskan bahwa “Hari Itu” menjadi caranya memaknai tahun-tahun formatif yang dihabiskan semasa bersekolah. Lagu ini juga merupakan perwujudan dari eksplorasi penuh jiwa akan kenangan tak terlupakan dari masa sekolah yang telah membentuk dirinya.

“Saya ingin menangkap esensi dari kenangan berharga di sekolah dan menciptakan ruang di mana orang bisa mengenang pengalaman mereka sendiri,” kata MaudyAyunda.

“Melalui ‘Hari Itu’, harapannya saya dapat memberikan hiburan dalam menghadapi perjalanan waktu yang tak terelakkan, dan mendorong orang untuk lebih menghargai setiap momen,” tambahnya. 

Karenanya, Maudy mengajak masyarakat mengenang kembali momen-momen indah bersama teman, baik di dalam maupun di luar lingkungan sekolah, dengan turut meramaikan tagar #HariItu sebagai bentuk ruang diri menghargai proses panjang hidup mereka serta keindahan bertumbuh dewasa.

Lewat lagu-lagu dan album barunya, Maudy berkomitmen menyajikan karya yang lebih otentik, menggabungkan keahliannya sebagai seorang storyteller dengan musik untuk bercerita lebih jujur. Ia berharap bahwa setiap karyanya, tak terkecuali “Hari Itu”terasa personal mengingatkan orang-orang untuk senantiasa hadir dalam setiap momen di hidupnya, betapapun sederhananya. Sebab, setiap momen mempunyai kesan tersendiri yang pasti menjadi core memories tersendiri dan membekas walau tak sekompleks kehidupan orang dewasa.

Untuk merayakan peluncuran single ini, Maudyakan membawakan “Hari Itu” secara live di Universitas Jenderal Soedirman untuk pertama kalinya dan tidak menutup kesempatan adanya visitasi ke universitas-universitas lain. Tentu, ini tak hanya menciptakan momen berkesan bagi ribuan mahasiswa baru. Lebih dari itu, membangkitkan semangat menempa pendidikan untuk masa depan yang lebih baik dan memunculkan kepingan manis memori masa lampau bagi siapapun yang hendak bernostalgia.

“Hari Itu” menandai peluncuran kedua menuju album terbaru Maudymendatang yang direncanakan rilis akhir tahun ini. Album ini menghadirkan perspektif segar dalam perjalanan musik Maudy, memandang musik sebagai wadah yang kuat untuk menumpahkan cerita dan memberikan komentar sosial. Eksplorasi tema-tema universal, seperti fase pendewasaan, penerimaan diri, kesehatan mental, identitas perkotaan, dan modernitas menjadi fokus utama dari album ini.

Sebelumnya, Maudy telah merilis tiga albumnya yang sukses, termasuk “Panggil Aku…” (2011), “Momen” (2015), dan “Oxygen” (2018), dengan hits-hit seperti “Perahu Kertas” (2012), “Untuk Apa” (2015), dan “Kamu dan Kenangan” (2021).

iMusic

Group rock Surabaya, POTS rilis single kolaborasi dengan Naykilla

Published

on

iMusic.id – Grup band rock asal Surabaya, The People of the Sun (POTS) dengan bangga mengumumkan perilisan single terbaru mereka berjudul “Two Tickets“, yang menjadi bagian dari album perdana yang akan datang.

Sebagai single ketiga POTS, “Two Tickets” merupakan lanjutan dari maxi-single yang dirilis akhir 2024. Lagu ini membawa harapan besar untuk menjadi gerbang menuju album perdana mereka.

Di tengah pengerjaan maxi-single “Akal/Bagaimana Jika Gelap“, Naykilla diminta untuk mengisi vokal di salah satu trek. Saat itu pula, ide kolaborasi vokal di single “Two Tickets” muncul dan berhasil dieksekusi, membuat lagu ini menjadi kolaborasi pertama POTS dengan musisi lain.

Dengan kolaborasi dan eksplorasi musik yang matang, POTS yang digawangi oleh Adria Riswinanda (gitar, produser), Johannes Febrianto Elyas (gitar, vokal), Rahmana Wiradanu (bass, vokal), dan Bimo Putranto Widiyahutomo (drum, songwriter) ini berharap “Two Tickets” dapat menyentuh hati pendengar dan menjadi karya yang relevan bagi siapa pun yang mendengarkannya.

Bimo Putranto Widiyahutomo, drummer POTS, menjelaskan bahwa lagu ini adalah eksplorasi dari berbagai elemen yang telah lama ada.

“Liriknya sudah ditulis sejak 2016 tetapi tidak menemukan tempat yang tepat. Baru di 2022, ketika POTS terbentuk dan kami aktif workshop, ide untuk memasukkan lirik dan vokal muncul. Namun, proses pengerjaannya baru rampung pada 2024 setelah pergantian personil yang membawa semangat baru,” ucap Bimo.

Dalam liriknya, lagu ini menghadirkan perspektif seorang pria yang mengungkapkan perasaannya terhadap pasangan, menggambarkan momen-momen kebersamaan yang begitu berarti hingga ia yakin untuk menawarkan “dua tiket hingga akhir dunia”, sebuah kiasan indah untuk mengajak ke jenjang hubungan yang lebih serius.

Shot with OldRoll Classic M.

Proses kreatif dalam penggarapan “Two Tickets” melibatkan seluruh personil POTS, dari para pemain tambahan hingga manajer band yang berkontribusi dalam aransemen. Lagu ini sepenuhnya dikerjakan secara in-house di 912studio, milik gitaris mereka, dengan dukungan Naykilla, yang turut mengisi vokal. Mixing dan mastering dilakukan oleh Avedis Mutter, menghasilkan kualitas audio yang memuaskan.

Single “Two Tickets” adalah karya dengan nuansa soft, mengurangi elemen elektronik dan lebih fokus pada pendekatan organik. Lagu ini mencerminkan proses kreatif yang jujur, tanpa banyak intervensi distorsi, dengan aransemen vokal yang memberikan kesan emosional mendalam.

Continue Reading

iMusic

Mitty Zasia alami kerinduan akan kampung halaman di lagu “Untuk Perempuanku Di Cermin” feat. Fanny Soegi

Published

on

iMusic.id – Mitty Zasia, penyanyi dan penulis lagu asal Indonesia yang pernah merilis lagu berjudul “Yang lain Boleh Hilang Asal Kau Jangan” sudah cukup lama menjadi perantau di Jogjakarta merilis sebuah single yang melibatkan Fanny Soegi sebagai kolaboratornya.

Single baru yang berjudul “Untuk Perempuanku Di Cermin” adalah lagu yang ia daulat sebagai single kedua dari album keduanya berjudul “Nanti Malam Ku Pikir Lagi” yang sudah dirilis pada Oktober 2024 lalu oleh Mitty Zasia.

Lagu “Untuk Perempuanku Di cermin” ditulis oleh Mitty Zasia sebagai bentuk dari usaha untuk mendokumentasikan banyak hal yang ia rasakan selama di perantauan. Apa yang Mitty rasakan selama perantauan coba dirangkumnya dalam sebuah karya.

Menurut Mitty Zasia, beberapa pemicu sederhana kerap memancing rindu bagi seseorang yang sedang ada di perantauan. Di antaranya seperti aroma masakan ibu, kehangatan obrolan di ruang keluarga, puasa pertama bersama orang tua dan masih banyak lagi. Hal – hal al tersebut kerap menjadi alasan bagi mereka yang sedang berada di perantauan ingin segera kembali pulang. Namun sayangnya, tak semua orang yang berada di perantauan bisa dengan leluasa untuk bisa pulang.

Banyak faktor yang membuat para perantau sukar untuk kembali ke kampung halaman walau hanya sebentar. Mulai dari jarak yang begitu jauh, alasan ekonomi, waktu yang dimiliki tidak begitu luang dan lainnya. Dan hal itu tentunya bukanlah sesuatu yang mudah untuk bisa diterima oleh mereka yang kini sedang berada jauh dari kampung halaman. Mitty Zasia sendiri sudah sejak tahun 2014 sudah meninggalkan tempat kelahirannya di Kotamobagu, Sulawesi Utara

“Apalagi ketika bulan puasa seperti ini, ada momen yang sangat aku rindukan bersama keluarga di sana. Seperti sahur dan puasa pertama bersama mereka (keluarga). Mungkin itu sederhana, tapi aku sudah bertahun-tahun tidak bisa merasakan momen sederhana itu bersama keluarga di sana. Mungkin hal ini juga dirasakan oleh para perantau sepertiku,” ungkap musisi yang kini bermukim di Yogyakarta itu.

Berkaitan denga pemilihan Fanny Soegi sebagai kolaborator dalam lagu “Untuk Perempuan Di Cermin”, Mitty menjelaskan bahwa ini didasari ketika ia mendengar hal – hal yang Fanny kisahkan dalam sebuah podcast bersama Soleh Solihun. Dari berbagai macam perasaan yang ia rasakan bersama lagunya tersebut, Mitty merasa bahwa lagu “Untuk Perempuan Di Cermin” harus ia bawakan bersama Fanny Soegi.

“Ketika aku menonton podcast tersebut, aku benar-benar merasa perasaan yang ada di dalam lagu ini harus dibawakan sama aku dan juga Fanny. Belum lagi, Fanny juga ternyata sama-sama merantau seperti aku,” pungkasnya.

Untuk lebih mengenalkan single ini sendiri, Mitty Zasia bersama Fanny Soegi merilis video lirik dan juga tayangan live session lagu “Untuk Perempuanku Di Cermin” di kanal Youtube Mitty Zasia, dan resmi dirilis pada hari ini, Jumat (7/3/205) lalu.

“Untuk Perempuanku Di Cermin versi live session sendiri direkam secara langsung di Studio Kuaetnika, studio yang ada di dalam komplek Padepokan Seni Bagong Kussudiardja, salah satu pusat budaya bersejarah di Yogyakarta. Dalam live session untuk lagu ini, selain melibatkan Fanny Soegi, aku pun melibatkan beberapa nama musisi lain, salah satunya adalah Ronie Udara dan dari sisi visual, aku pun berkolaborasi dengan Mas Bagus Kresnawan bersama teman-temannya di GAS!,” jelas Mitty.

Fanny Soegi yang diajak kolaborasi oleh Mitty mengaku senang bisa terlibat dan mendapatkan banyak manfaat,

“saya mendapatkan sudut pandang lain ketika ia menjadi seorang perantau. Di mana ia bisa menemukan orang-orang baik yang bisa saling menguatkan. “Merantau itu seru. Kita bisa bertemu teman yang sama-sama merantau dan saling menguatkan. Buatku, ternyata arti kata merantau tidak seburuk itu,” ucap Fanny.

Selain itu, lagu “Untuk Perempuanku Di Cermin” yang ditulis oleh Mitty, bagi Fanny memiliki pesan yang sangat bagus. Karena lagu ini bisa memberi kekuatan dan juga menjadi obat rindu bagi para perempuan yang memilih keluar dari zona nyamannya.

“Melalui lagu ini aku ingin menyampaikan, bahwa seseorang yang datang dari jauh pun bukan cuma sekadar untuk bermain-main dengan waktu, berharap pulang nanti akan membawa sesuatu. Walaupun rasa rindu atau kesendirian di tempat jauh sangat menyiksa, ada cinta dari diri sendiri dan cinta yang terkasih menguatkan. Peluk erat,” tutup Fanny.

Continue Reading

iMusic

Stand Here Alone libatkan Iksan Skuter di single “Kita Semua Saudara”

Published

on

iMusic.id – Setelah sukses dengan single “Pura PuraTerluka” bersama Mr Botak, Stand Here Alone kembali merilis single baru dalam rangkaian album Nusantara yang semakin memperkaya eksplorasi musikal mereka.

Kali ini, Stand Here Alone, band pop punk asal Bandung tersebut berkolaborasi dengan seorang musikus yang selama ini lebih dikenal di ranah folk. Namun, ia sendiri meyakini bahwa karyanya melampaui batasan genre tersebut, Ia adalah Iksan Skuter, sosok yang dalam repertoarnya kerap mengangkat berbagai isu, mulai dari politik, sosial, hingga romansa.

Lagu berjudul “Kita Semua Saudara” lahir dari kegelisahan bersama, hasil diskusi panjang yang kemudian terwujud dalam melodi dan lirik yang penuh makna. Stand Here Alone merasa tidak ada figur lain yang lebih tepat untuk diajak berkolaborasi selain Iksan, yang dikenal dengan kemampuannya mengejawantahkan perbedaan secara jelas dan gamblang, dalam gaya khasnya yang reflektif namun tetap membumi.

“Kami ingin lagu ini lebih dari sekadar karya musik. Kami ingin ada pesan yang tersampaikan, dan Iksan memiliki pendekatan unik dalam mengartikulasikan keresahan menjadi sesuatu yang dapat diterima oleh banyak orang,” ujar Mbenk, vokalis Stand Here Alone.

Dengan karakter musikal Stand Here Alone yang penuh energi berpadu dengan warna khas Iksan Skuter yang mendalam dan kontemplatif, “Kita Semua Saudara” menghadirkan dinamika yang segar.

Lagu ini bukan sekadar narasi, tetapi juga refleksi tentang bagaimana keberagaman sudut pandang dapat berpadu dalam harmoni. Lebih dari itu, lagu ini diharapkan mampu menginspirasi pendengarnya untuk hidup berdampingan dalam keberagaman, menghargai perbedaan suku, ras, dan agama sebagai kekuatan, bukan pemisah.

Single Kita Semua Saudara sudah dapat dinikmati di berbagai platform streaming mulai Maret 2025 ini.

Continue Reading