iMusic – Duo Produser Rifo Octavian a.k.a Rifofo
dan GandhiPrasetya a.k.a Gandhi Shiro kembali dengan single
keempat mereka: ‘ELISSA-RAHIYA’.
Setelah merilis ketiga pendahulu single tersebut yaitu ‘Evelyn’
– 2019, sebelum pandemi-, ‘Evita’ dan ‘Evania’ -2020-,
kedua produser yang bersaudara tersebut berupaya untuk tetap produktif
menghasilkan karya kolaborasi -juga berkarya masing-masing- di masa
pandemi ini.
Ciri judul single yang mengisyaratkan nama seorang wanita
tetap dipertahankan—sementara eksplorasi musik berhubungan dengan tema single;
juga dari sisi kolaborator yaitu penyanyi dan para pendukung lainnya.
Secara progresif, single yang mengedepankan unsur musik tradisional
Banyuwangi ini dipadukan dengan Bali dan Cina; tidak berhenti
sampai di situ karena ‘ELISSA RAHIYA’ semakin terdengar unik dengan
dipadukannya unsur musik modern downtempo, juga lirik berbahasa Indonesia,
Jawa dan Osing (Banyuwangi) yang ditulis oleh Gandhi dan
dinyanyikan oleh Nadya Jessica.
Nadya sendiri berasal dari Banyuwangi, tepatnya dari Desa Purwoharjo,
dengan nyanyiannya yang khas Banyuwangi dan didukung oleh para pengisi suara
Unit Kegiatan Tari dan KarawitanUniversitas AirlanggaSurabaya,
‘ELISSA-RAHIYA’ pun membawa pendengar mengalami nuansa Jawa Timuran; sesuai
dengan visualisasi music video-nya -disutradarai oleh Julian
Romadhona (Dhona) dan Sugeng Ribowo , yaitu di pesisir, tepatnya di Pantai
Grajagan Banyuwangi .
Keseluruhan karya dari lagu sampai music video pun beralasan
kuat; ‘ELISSA-RAHIYA’ bercerita tentang keyakinan bahwa tidak ada yang lebih
indah selain rencana Sang Maha Pencipta; adapun keyakinan tersebut terbangun
setelah awalnya mengalami kehilangan yang kemudian berkecamuk menjadi
kerinduan, bahwa manusia mungkin tidak dapat cepat mengerti saat kehilangan
-sebagai bagian dari rencana-Nya- terjadi—sampai tumbuhnya kesadaran yang
menggantikan kehilangan dengan keihlasan.
Kehilangan yang identik dengan kesendirian menjelaskan
tentang Nadya yang menyanyi sendiri dalam ‘ELISSA-RAHIYA’ (berbeda dengan
‘Evita dan ‘Evania’ yang melibatkan lebih dari satu penyanyi); juga alam Pantai
Grajagan dalam music video—bahwa ujung laut yang tak terkira bak misteri
seperti rencana Sang Maha Pencipta bagi kehidupan kita.
Adapun ‘ELISSA-RAHIYA’ secara khusus memiliki pesan yaitu sebagai penghormatan bagi seseorang yang telah berpulang kepadaNya agar tetap “hidup” dalam benak orang orang yang merindunya. (SPR)
iMusic.id – Sulit rasanya menutup mata dari lagu ini. Ada kejujuran yang berdesir pelan di balik nada riang “Kura-Kura”, kolaborasi antara Stand Here Alone (SHA) dan Tresno, sang vokalis legendaris Tipe-X. Lagu ini bukan sekadar kisah patah hati yang dibungkus jenaka, tapi semacam pengakuan halus bahwa cinta memang kerap berakhir dengan cara yang tidak gagah-gagah amat. Kadang lucu, getir, bahkan absurd. Seperti kisah pria yang ditinggal kekasihnya demi seseorang yang, entah kenapa, “berwajah seperti kura-kura.”
Namun justru di situlah letak keindahannya. “Kura-Kura” adalah cara Stand Here Alone dan Tresno mengubah duka jadi tawa, mengubah kecewa jadi bahan bakar untuk bernyanyi lebih kencang. Mereka seperti ingin bilang: jangan gentar meskipun ditikung reptil, sebab bahkan orang dengan paras hewan melata pun kadang bisa mengajari kita cara menerima nasib dengan elegan, patah hati tidak lagi tentang meneteskan air mata, tapi menghasilkan nada-nada yang membuat dada sesak dan bibir tersenyum di waktu yang sama.
Lagu kolaborasi Stand Here Alone dengan Tresno ini, dengan segala kesederhanaannya, mengingatkan bahwa kita tak berhak untuk dibuat sedih. Dunia sudah terlalu riuh untuk ditambahi keluh kesah yang tidak perlu. “Kura-Kura” hadir seperti kawan lama yang menepuk bahu, berkata pelan: sudahlah, tidak semua janji harus ditepati, tidak semua cinta harus berakhir bahagia, dan tidak semua luka harus disembuhkan, beberapa cukup ditertawakan.
Melalui proyek Album Nusantara, Stand Here Alone menunjukkan bahwa punk dan ska tak melulu soal pemberontakan, tapi juga tentang kelapangan hati. “Kura-Kura” menjadi semacam pernyataan lembut bahwa kehilangan bisa seindah pertemuan, bahwa humor adalah selimut terbaik bagi hati yang pernah robek, dan bahwa hidup, betapapun kejamnya, masih pantas ditertawakan, terutama ketika cinta pergi bersama seseorang yang bahkan kura-kura pun mungkin enggan bercermin padanya.
Single “Kura-Kura” sudah tersedia di seluruh platform digital dan video musiknya dapat disaksikan di kanal YouTube resmi Stand Here Alone.
iMusic.id – Setelah merilis single perdana berjudul “Ku Rindu” ciptaan Andri Ikola, penyanyi sekaligus penulis lagu Sundari Gasong kini memperkenalkan karya terbarunya bertajuk “Sedih” sebagai single kedua. Berbeda dari karya sebelumnya, lagu ini merupakan ciptaan Sundari sendiri.
“Penggarapan single kedua ini tidak jauh berbeda dengan proses single pertama. Aku tetap mempercayakan Debios Ikola sebagai Music Director dan Sis Akbar untuk proses mixing dan mastering. Aku juga tetap berdiskusi dengan kakak kandungku, Andri Ikola, hingga lagu “Sedih” siap dirilis,” ujar Sundari Gasong.
Lagu “Sedih” pertama kali ditulis Sundari Gasong pada tahun 2009. Lagu ini mengangkat kisah tentang kesedihan seorang jomblo yang memendam perasaan cinta tanpa keberanian untuk mengungkapkan.
“Lagu ini sebenarnya dibuat untuk adik kelas aku, Mega F. Yohana, alumni SMAN 1 Boedoet Jakarta angkatan 2008. Terinspirasi dari seorang laki-laki yang dulu menjadi pemujanya,” tutur Sundari Gasong.
Dalam single ini, Sundari sengaja menghadirkan konsep musik yang sederhana, agar pendengar dapat lebih merasakan emosi sedih yang menjadi inti cerita lagu tersebut.
Single “Sedih” resmi dirilis pada 12 Desember 2025 di seluruh digital music platform. Sementara video musiknya akan menyusul dan direncanakan tayang di kanal YouTube resmi Sundari Gasong setelah proses produksi rampung.
Sundari juga menyampaikan pesan khusus kepada pendengar:
“Buat para jomblo, cobain deh dengerin lagu ini pas lagi sedih. Insya Allah sedihnya dapet.”
iMusic.id – Setelah lebih 2 dekade bersama, 7 album studio dan sederet single lepasan, The Rain masih bertahan dengan formasi awal sejak berdiri pada tahun 2001. Indra Prasta (vokal, gitar), Iwan Tanda (gitar, vokal), Ipul Bahri (bass, vokal) dan Aang Anggoro (drum, vokal).
Akhir November 2025, beberapa minggu menjelang ulang tahun The Rain ke- 24, grup asal Yogyakarta ini merilis sebuah single baru berjudul “Cerita yang Tersimpan”.
“Salah satu cara kami bersyukur masih diberi umur dan tetap bersama selama ini adalah dengan berkumpul dan melahirkan karya baru, ini juga wujud terima kasih kami pada teman-teman yang menggemari lagu-lagu The Rain selama ini, pada para The Rainkeepers”, ujar Indra.
Dari balutan aransemennya, lagu anyar The Rain ini terdengar seperti mesin waktu yang membawa pendengar ke akhir dekade 80-an. “Kami mencoba beberapa aransemen untuk lagu ini dan ternyata rasanya paling cocok dibawa ke era 80-an,” ujar Iwan.
Di studio, mereka bernostalgia mendengarkan lagu-lagu dari Richard Marx dan Def Leppard sebagai referensi saat mengerjakan aransemen lagu ini.
“Dulu saat remaja, kami memang tumbuh dengan lagu-lagu di era tersebut, jadi tak sulit untuk menghadirkan kembali nuansanya lewat lagu ini,” tambah Ipul.
“Dari sisi lirik, lagu ini bercerita tentang sebuah kesalahan, sebuah hubungan yang tak diakui terjadi. “Pelik deh.. hahaaa,” sahut Aang yang juga dipercaya untuk mengerjakan artwork single ini.
Cerita yang Tersimpan menjadi single lepasan ke-7 yang The Rain rilis setelah album “Mereka Bilang Kita Terjebak Bersama” dirilis pada 2022. Akankah di tahun 2026 nanti album ke-8 The Rain akan dirilis?