Connect with us

iMovies

Rilis poster dan trailer, film “Tak Ingin Usai di Sini” di bioskop mulai 5 juni

Published

on

iMusic.id – Paragon Pictures dan Ideosource Entertainment secara resmi merilis poster dan trailer utama film “Tak Ingin Usai di Sini”, sebuah kisah cinta sejati yang penuh kehangatan. Film ini mempertemukan kembali Vanesha Prescilla dan Bryan Domani sebagai Cream dan K, dua sahabat sejak SMA yang selalu ada satu sama lain dalam suka dan duka, namun tak pernah saling mengucap cinta.

Dalam trailer “Tak Ingin Usai di Sini” yang baru dirilis, kita menyaksikan bagaimana K dan Cream tumbuh bersama, saling melengkapi, namun menyimpan pergulatan batin masing-masing. Di balik tawa dan kedekatan, tersimpan kenyataan bahwa K menyimpan rahasia besar : ia mengidap penyakit serius dan diam-diam mempersiapkan kepergiannya termasuk mendorong Cream untuk menemukan cinta lain.

Bertemulah Cream dengan Armand (Rayn Wijaya), seorang dokter yang juga tengah dilanda kalut setelah tunangannya, Vero (Davina Karamoy) pergi. “Tak Ingin Usai di Sini” ditulis dan disutradarai oleh Robert Ronny, yang sebelumnya sukses lewat “The Most Beautiful Girl in the World”, film komedi romantis nomor satu di Indonesia dengan 4,1 juta penonton dalam dua minggu penayangan, serta masuk dalam jajaran Top 4 film global kategori Non-English Movies di Netflix.

Di film ini, Robert Ronny juga mengambil peran sebagai produser. “Tak Ingin Usai di Sini” menunjukkan bahwa kehilangan bisa menjadi bagian dari cinta sejati. Saya ingin penonton memahami bahwa cinta tak selalu tentang memiliki, tapi kadang tentang melepaskan,” ujar Robert Ronny.

Film ini juga menandai keterlibatan diva Indonesia, Rossa, yang bukan hanya tampil sebagai pemeran pendukung, tetapi juga mempersembahkan lagu terbarunya “Aku Baik Saja” sebagai original soundtrack. Lagu ini dikomposisi oleh Andi Rianto dengan lirik dari Monty Tiwa. Keduanya kembali berkolaborasi setelah menciptakan lagu “Melangkah”, yang meraih Piala Citra 2022.

Lagu “Aku Baik Saja” memperkaya atmosfer emosional dalam kisah ini. Selain Bryan Domani, Vanesha Prescilla, dan Rossa, film ini juga dibintangi oleh Davina Karamoy, Rayn Wijaya, Indian Akbar, Asha Assuncao, Jinan Safa, Anya Zen, Tanta Ginting, dan Rukman Rosadi.

“Tak Ingin Usai di Sini” mengisahkan cinta yang tak sempat diucapkan, kisah tentang cinta yang paling tulus : yang justru membiarkan dia bahagia dan kerinduan yang tak pernah benar-benar selesai. Ini adalah kisah tentang memilih bahagia untuk orang yang kita cinta, meski bukan bersama kita.

“Memerankan K, aku benar-benar memahami perasaannya dan pilihan-pilihannya saat hidup bersama Cream. Ada kesedihan karena cintanya tak pernah terucapkan, tapi saat menonton “Tak Ingin Usai di Sini”, penonton akan mengerti bahwa dalam cinta, terkadang ada ketulusan dan keikhlasan demi sebuah kebahagiaan,” kata Bryan Domani.

“Cream adalah sosok yang terlihat kuat, ceria, tapi sesungguhnya rapuh. K adalah satu-satunya orang yang benar-benar memahaminya. Film ini sangat personal buatku,” tambah Vanesha Prescilla.

Film ini juga menjadi momen kembalinya Vanesha ke layar lebar sekaligus reuni bersama Robert Ronny setelah film Backstage (2021). Film “Tak Ingin Usai di Sini” diproduksi oleh Paragon Pictures dan Ideosource Entertainment, dengan produser eksekutif Andi Boediman.

“Sebagai partner, kami percaya Paragon Pictures selalu menyuguhkan cerita dengan lapisan makna. Film ini menyentuh sisi cinta yang jarang dibicarakan: tentang cinta yang tulus dan keikhlasan,” ujar Andi Boediman.

Film ini juga mendapat dukungan dari Legacy Pictures, KMIF, Netzme, Nuon, dan Virtuelines. Sebelumnya, Paragon Pictures sukses dengan film “Kuasa Gelap” dan serial “Culture Shock”, yang keduanya menduduki peringkat satu di Netflix dalam minggu yang sama bersama “The Most Beautiful Girl in the World”. “Kuasa Gelap” juga sukses di bioskop dengan jumlah penonton lebih dari 1 juta. Ikuti informasi terbaru tentang film drama romantis ini melalui akun Instagram resmi @paragonpictures.id. Tak Ingin Usai di Sini tayang di bioskop mulai 5 Juni 2025!

iMovies

Film horor “Danyang Wingit Jumat Kliwon” lekat dengan kultur budaya lokal

Published

on

iMusic.id – Antusiasme penonton terhadap “Danyang Wingit Jumat Kliwon” memuncak. Hanya beberapa jam setelah konferensi pers, lebih dari 3.000 tiket untuk Gala Premiere resmi ludes. Momentum ini menjadi sinyal kuat bahwa gelombang horor berbasis kultur Nusantara terus menemukan penontonnya.

Diproduksi oleh Khanza Film Entertainment, dan film ini disutradarai sekaligus diproduseri oleh Agus Riyanto dengan naskah karya Dirmawan Hatta. “Danyang Wingit Jumat Kliwon” menautkan atmosfer ritual, pusaka, dan mitos danyang dengan drama psikologis tentang harga sebuah ambisi mengarahkan teror bukan semata pada sosok gaib, tetapi pada keputusan-keputusan manusia yang rapuh.

Pesan moralnya tegas: hasrat akan kekuasaan dan keabadian dapat mengikis akal sehat pada titik itu, “hasrat manusia” tampil lebih menakutkan daripada perwujudan iblis itu sendiri. Celine Evangelista memerankan Citra, keponakan Mbok Ning asisten setia Ki Mangun. Citra direkrut sebagai sinden baru di sebuah padepokan, namun di balik panggilan seni itu, ia diam-diam ditetapkan sebagai tumbal terakhir dalam ritual keabadian.

Untuk memperdalam peran, Celine menjalani riset langsung ke pertunjukan wayang, mempelajari dunia nembang, dan berlatih intensif bersama acting coach.

“Saya menonton pertunjukan wayang secara langsung dan riset dari banyak aspek, karena nembang itu tidak mudah. Proses belajarnya cukup menantang, tapi justru itu yang membuat saya tertarik mengambil film ini. Saya juga ingin membuat orang-orang lebih peduli terhadap kesenian tradisional,” ujar Celine.

Di balik itu, Agus Riyanto menegaskan arah nilai yang ingin diantar pulang oleh penonton ialah. “Kita ingin mengangkat bahwa nilai budaya harus di atas nilai mistis yang tertinggal di dalamnya. Pada akhirnya penonton setelah keluar dari ruangan bioskop, membawa pesan, wayang adalah budaya Indonesia yang indah yang harus diperkenalkan ke setiap generasi, Bukan hal hal mistis yang dapat disalahgunakan untuk hal buruk.” kata Agus.

Dengan pijakan itu, “Danyang Wingit Jumat Kliwon” bukan hanya menghidupkan figur-figur penjaga tak kasat mata dalam khazanah lokal, tetapi juga mengangkat konflik keluarga dan konsekuensi ritual sebagai inti emosi cerita membuat teror terasa personal, berlapis, dan relevan. Ludesnya 3.000+ tiket Gala Premiere menjadi validasi awal bahwa perpaduan horor tradisi dan drama psikologis ini memiliki daya pikat kuat untuk peredaran nasional.

Continue Reading

iMovies

Danyang Wingit Jumat Kliwon sajikan kisah ritual tumbal manusia

Published

on

iMusic.id – Khanza Film Entertainment mempersembahkan “Danyang Wingit Jumat Kliwon”, film horor berlatar dunia pedalangan Jawa yang mengupas ambisi seorang dalang memburu hidup abadi melalui ritual terlarang.

Disutradarai sekaligus diproduseri oleh Agus Riyanto dengan naskah karya Dirmawan Hatta, film “Danyang Wingit Jumat Kliwon” ini hadir dengan mengedepankan horor okultisme yang berakar pada tradisi lokal, bukan semata deretan jump scare.

Kisahnya “Danyang Wingit Jumat Kliwon” berpusat pada Ki Mangun Suroto (Whani Darmawan), maestro dalang karismatik yang menempuh ilmu-ilmu kuno demi memperkaya diri dan menembus kematian. Tahun 2021, Citra (Celine Evangelista) keponakan Mbok Ning (Djenar Maesa Ayu), asisten setia Ki Mangun direkrut sebagai sinden baru di padepokan.

“Danyang Wingit Jumat Kliwon” menggambarkan di balik panggilan seni itu, Citra diam-diam ditetapkan sebagai tumbal terakhir untuk ritual keabadian. Demi upah yang ia harapkan untuk membantu pengobatan adiknya, Dewi (Aisyah Kanza), citra bertahan meski teror gaib makin menyesakkan. Kecurigaan Bara (Fajar Nugra), salah satu penjaga padepokan, kian menguat.

Alih-alih berpangku tangan, ia memilih menentang majikannya dan berupaya menyelamatkan Citra sebuah keputusan berisiko yang memacu mereka berpacu melawan waktu menuju puncak ritual Gerhana Bulan Merah yang bertepatan dengan malam keramat Jumat Kliwon.

Danyang Wingit Jumat Kliwon” menautkan atmosfer ritual, pusaka, dan mitos danyang dengan drama psikologis tentang harga sebuah ambisi. Antagonis yang kompleks, heroine yang dipaksa bertahan, serta momentum budaya yang lekat di ingatan publik menjadi pendorong ketegangan dari awal hingga klimaks.

Deretan pemain turut diperkuat Nathalie Holscher sebagai Putri Kusuma Ratih, serta Norma Cinta, Dimas Tedjo, Putri Maya Rumanti, Angga Wijaya, Keona Cinta, dan Bilqis Hafsa.

Continue Reading

iMovies

Ultah ke 21, Maxima Pictures perkenalkan film “Jangan Panggil Mama Kafir”

Published

on

iMusic.id – Rumah produksi Maxima Pictures bekerjasama dengan Rocket Studio Entertainment kembali menghadirkan karya terbarunya berjudul “Jangan Panggil Mama Kafir”, film yang manampilkan Michele Ziudith ini adalah sebuah film drama keluarga penuh haru yang dijadwalkan tayang serentak di seluruh bioskop Indonesia mulai 16 Oktober 2025.

Film yang digarap oleh sutradara Dyan Sunu Prastowo ini menghadirkan kisah tentang cinta, janji, perbedaan iman, hingga konsekuensi dari sebuah keputusan besar dalam hidup. Cerita berpusat pada sosok Maria (Michelle Ziudith), seorang perempuan Nasrani yang menikah dengan pria Muslim bernama Fafat (Giorgino Abraham).

Menurut Dyan Sunu Prastowo, “Jangan Panggil Mama Kafir” lahir dari kenyataan yang dekat dengan masyarakat kita. “Film ini lahir dari kisah nyata perjuangan seorang ibu (Michele Ziudith) lintas iman memperjuangkan hak asuh anaknya, sebuah perjalanan emosional yang hangat namun penuh tantangan, mengingatkan kita bahwa cinta tak pernah mengenal batas perbedaan, ruang, dan waktu meski pada akhirnya akan lebih utuh bila dijalani dalam satu keyakinan,” ungkapnya.

Bagi Michelle Ziudith, peran sebagai Maria menjadi tantangan tersendiri. Ia mengaku banyak belajar dari karakter yang diperankannya. “Tantangan terbesarku adalah menjadi ibu tunggal yang harus tegar demi anak. Pesanku sederhana, seorang ibu harus bisa mencintai dirinya sendiri lebih dulu agar kasih sayangnya kepada anak semakin penuh,” ujarnya.

Sementara itu, Giorgino Abraham menuturkan pentingnya karakter Fafat yang meski singkat tetap menjadi fondasi cerita. “Peran Fafat memang tidak banyak muncul, tapi justru menjadi pengantar penting bagi jalan cerita. Yang membuatku tertarik adalah bagaimana karakter ini menunjukkan cinta tanpa paksaan serta menghargai perbedaan dengan toleransi tinggi. Bagiku, sebesar apa pun agama, relasi keluarga terutama cinta seorang ibu dan anak tetap berada di atas segalanya,” katanya.

Elma Theana, yang memerankan Umi Habibah, juga menilai tokoh yang ia mainkan begitu dekat dengan kehidupan nyata. “Umi Habibah adalah representasi banyak orang tua yang keras karena ingin melindungi. Saya yakin penonton akan melihat sisi manusiawinya, meski caranya berbeda,” tuturnya.

Selain Michelle Ziudith, Giorgino, Humaira, dan Elma Theana, film ini juga menampilkan akting Kaneishia Yusuf, Indra Birowo, Tj Ruth, Dira Sugandi, Ence Bagus, Emmie Lemu, Gilbert Patiruhu, Pratiwi Dwiarti, hingga Runny Rudiyanti.

Kehadiran aktor lintas generasi ini menambah kekuatan cerita yang sarat akan konflik batin, nilai-nilai keluarga, dan ikatan emosional yang mendalam.

“Jangan Panggil Mama Kafir” sekaligus menjadi bagian dari perayaan Ulang Tahun ke-21 Maxima Pictures di industri perfilman Indonesia. Melalui kerjasama dengan Rocket Studio Entertainment, Maxima berharap dapat memberikan karya yang bukan hanya menghibur, tetapi juga membuka ruang empati serta refleksi bagi masyarakat dalam memandang perbedaan iman dan kehidupan keluarga.

Trailer resmi film ini sudah dapat disaksikan melalui kanal YouTube MaximaChannel8, sementara informasi tiket akan tersedia melalui berbagai aplikasi pemesanan bioskop. Dengan tema yang menyentuh dan deretan pemain yang kuat, Jangan Panggil Mama Kafir digadang-gadang menjadi salah satu film drama keluarga yang paling ditunggu di penghujung tahun 2025.

Jangan lewatkan kisah tentang cinta, janji, dan perbedaan ini di bioskop mulai 16 Oktober 2025.

Continue Reading