iMusic – Bersama
solo project IDIOFON yang sudah merilis single perdananya akhir
tahun lalu, kini Bassist additional Noah, Lanlan Strangers
kembali merilis single kedua berjudul Vivid Dreams.
Instrumentasi bass, gitar akustik, gitar
elektrik, dan vokal yang dimainkan sendiri olehnya masih mengusung
nuansa alternative rock yang khas dengan kekentalan Britpop era
90’an diciptakan dirinya sendiri bersama sang istri.
“Ide lagu ini muncul dari puisi yang
dibuat istri saya. Selama pandemi ia jadi suka melukis dan menulis.
Salah satu tulisannya adalah puisi dari obrolan kami berdua tentang putri kami
yang selalu terbangun dari tidurnya di tengah malem, tidak pernah pules. Puisi
itu berhasil membangkitkan kekhawatiran diri saya sebagai orang tua,” ungkap
Lanlan
Seperti
judulnya, Vivid Dreams menggambarkan kasih sayang orang tua kepada putrinya
dalam bentuk kekhawatiran jika sang anak tidak memiliki mimpi atau bahkan orang
tua tidak mendukung mimpi si buah hati.
“Kekhawatiran terbesar kita berdua
sebagai orang tua adalah, apabila anak kita tumbuh tanpa mengejar mimpinya,
atau lebih horornya gak punya mimpi sama sekali. Takut kalau kita sebagai orang
tua tanpa disadari kurang mendukung anak kita mengejar mimpinya,” ungkap
Lanlan.
Bersama
IDIOFON, Lanlan mampu menghadirkan konteks kedewasaan pada lagu-lagunya. Hal
ini juga dapat menjadi jawaban atas dinamika kehidupan musisi terus berlanjut
menjadi fase kepala rumah tangga. Saat membentuk sebuah band dirasa mulai sulit,
solo project adalah jawaban efektif untuk tetap melahirkan karya-karya
yang terasa lebih dewasa dan erat hubungannya dengan perjalanan hidup.
Untuk itu
Lanlan berencana mengumpulkan rilisan single dalam sebuah album yang sedang
dipersiapkan. Di lagu ini Gio Guidi (sound engineer Noah) yang juga
turut menata mixing dan masteringnya.
Lanlan yang
sejak awal menempatkan karya-karyanya bukan untuk ditampilkan di atas panggung
ini, berharap agar kelak lagu-lagunya mendapat tempat untuk menjadi kompilasi soundtrack
film.
Mendengarkan Vivid Dreams, para orang tua diajak untuk menjaga kebahagian anak-anak dengan merawat mimpi-mimpi mereka. Lagu ini juga sekaligus menjadi perayaan Hari Anak Nasional
yang jatuh pada 23 Juli mendatang.
Saatnya
masukkan Vivid Dreams di dalam Playlist. Sudah tersedia di berbagai digital
streaming platform kesayanganmu.
Lanlan Strangers adalah
seorang musisi yang terlahir dari skena musik indie tahun 2000-an di Bandung.
Dia menulis semua 11 lagu untuk band pertamanya, Strangers yang kemudian
merubah tipografinya menjadi STRNGRS. Album pertama Strangers bertajuk Everything
Goes Automatic diluncurkan pada Januari tahun 2008 dan terdiri dari 10 lagu,
sembilan lagu berbahasa Inggris, dan satu lagu berbahasa Indonesia berjudul Tangisan
Ibu Pertiwi yang kemudian menjadi OST untuk film Minggu Pagi di Victoria Park
garapan sutradara Lola Amaria. Menyusul single berikutnya dari STRNGRS berjudul
Bonfire dirilis September tahun 2012 yang kemudian menjadi OST untuk program
YouTube dan Televisi Jalan-Jalan Men.
Perjalanan musik
membawanya untuk juga bermain bass bersama band dan artis-artis lain seperti
band indie asal Bandung The Milo, compromised EGO yang digawangi oleh penyanyi
jebolan X-Factor Indonesia Isa Raja, beberapa band cover version hingga
akhirnya bermain bass untuk band Noah.
Influence musik Radiohead
dan Thom Yorke bisa terdengar dari karya-karyanya bersama Strangers. Bahkan
masih terdengar pada permainan bass dan nyanyian latarnya di band Noah hingga
hari ini. Selain Radiohead, Lanlan pun tengah mengagumi dan menyelami
musikalitas dan kekayaan literasi dari artis-artis kawakan seperti David Bowie,
John Lennon, Bob Dylan, Bruce Springsteen dan Gordon Sumner atau Sting.
Setelah 20 tahun bergelut
di dunia musik profesional, Lanlan akhirnya merilis solo pertamanya bernama
IDIOFON dan sudah menghasikan dua single bertajuk Hindsight 20/20 (2020) dan Vivid
Dreams (2021)
Lanlan adalah seorang musisi otodidak. Ia bermain bass, gitar, bernyanyi, sedikit piano dan drums bukan hasil dari pendidikan sekolah musik formal, melainkan hasil dari kecintaannya terhadap elemen-elemen musik yang pernah ia sentuh dan coba. Lanlan menggambarkan musik IDIOFON sebagai retro-modern-alternative-rock dengan sentuhan nuansa musik british yang cukup kental. Lirik-lirik lagunya terlahir dari pemikiran yang mengalir ke dalam kata-kata setelah menyaksikan atau mengingat sesuatu yang menyentuh dan membangkitkan suatu perasaan yang kuat. Sesuatu yang dia anggap cukup penting untuk dimetamorfosakan ke dalam lagu. (FE)
iMusic.id – MD Pictures merilis Ost dari film “La Tahzan : Cinta, Dosa, Luka…” Jumat (4/7/2025), perilisan OST yang dibarengi dengan peluncuran official poster film tersebut di gelar di MD Place, Jaksel yang juga merupakan headquarter dari MD Pictures. Acara ini di hadiri oleh Manoj Punjabi selaku Eksekutif Produser dan para cast film tersebut dari Marshanda, Ariel Tatum, Patricia Gouw, Reza Nangin, Elmandsipasi, hingga Asri Welas plus Andi Riyanto sebagai composer dan song writer.
Ost dari film “La Tahzan : Cinta, Dosa, Luka…” ini adalah sebuah lagu sedih berjudul “Segalanya” yang diciptakan Andi Rianto bersama Ria Leimena dan dinyanyikan oleh Marshanda. Musik dan lirik yang Andi dan Ria hasilkan berhasil menangkap esensi emosional dari film “La Tahzan : Cinta, Dosa, Luka…” itu sendiri.
“Walaupun Marshanda ini tidak aktif bernyanyi seperti sebelumnya, namun saya tahu bahwa Marshanda pasti akan all out di lagu ini dan saya yakin hasilnya pasti bagus”, terang Andi Riyanto ketika teman – teman media bertanya tentang proses rekaman suara Marshanda di lagu ini.
Sementara Marshanda sendiri mengaku bahagia bisa menjadi pengisi suara di lagu “Segalanya” ini, walaupun dia sudah lama tidak pernah melakukan lagi proses rekaman namun semangatnya tetap terjaga.
“Lagu ini catchy tapi sedih banget. It captured the whole feeling-nya Alina dan cerita filmnya. Aku ngerasa blessed banget bisa nyanyi lagu ini, apalagi setelah lama nggak rekaman,” ungkap Marshanda.
Lagu “Segalanya” ini menggambarkan perasaan mendalam sang tokoh utama, Alina (Marshanda), tentang cinta, pengkhianatan, dan kehancuran. Dengan melodi yang catchy tetapi penuh emosi, lagu ini menjadi cerminan perjalanan batin Alina dalam menghadapi pengorbanan dan kekecewaan.
“Lirik favorit aku adalah, “Hancurnya mimpi hidup, cinta, dan segalanya.” Bait tersebut merangkum kepedihan yang dialami tokoh utama dalam lagu ini”, tambah Marshanda.
Andi Riyanto sendiri mengaku terinspirasi dari saat dia menyaksikan adegan – adegan krusial di film “La Tahzan : Cinta, Dosa, Luka” tersebut,
“Lagu ini adalah segalanya, cinta, pengorbanan, dusta, ketidaktulusan, kesetiaan, dan pengingkaran, Semuanya ada di lagu ini,” ujar Andi Riyanto.
Lagu “Segalanya” memang berisikan curahan hati seorang istri yang menghadapi pengkhianatan oleh kekasih hatinya.
“Saya tuh paling susah untuk appreciate lagu, Lagu yang laku di platform dan enak didengar, belum tentu sesuai dengan layar lebar. Itu ada formulanya, dan pertama kali kerja sama untuk proyek besar ini, saya terima kasih Mas Andi Rianto sudah dapat formulany,” ungkap produser Manoj Punjabi.
“Lagu ini bukan hanya komunikatif, tapi juga bisa jadi soundtrack. Lagunya simple, menyentuh, dan dapat dramanya.” Tambah Manoj Punjabi lagi.
Sementara itu, Final poster “La Tahzan : Cinta, Dosa, Luka” menunjukkan kesinambungan dengan poster yang dirilis pada Februari silam. Pada poster pertama sebelumnya, hanya tampak pemandangan di bawah meja yang menampilkan adegan seorang wanita menggoda seorang pria dengan sebelah kakinya. Dalam poster final ini, adegan yang masih kabur dengan sosok-sosok yang masih misterius tadi diperlihatkan secara gamblang.
Sedangkan di final posternya diperlihatkan adegan penuh di meja makan dari poster pertama. Di tengah meja, duduk Alina (Marshanda) yang berjilbab dan mengenakan pakaian serba biru. Sedangkan putrinya, Rere (Rachel Mikhayla), tampak bergelayut di pundaknya. Mata kedua perempuan itu mengarah ke sosok pria yang duduk di sebelah kiri meja, Reza (Deva Mahenra). Namun, alih-alih membalas tatapan penuh harap dan raut wajah bahagia anak-istrinya, Reza justru menatap lekat wanita berjilbab lain yang duduk di seberangnya yaitu Asih (Ariel Tatum).
Wanita itu pun berbalas pandang dengan Reza diiringi senyuman licik sambil mengangkat segelas jus berwarna merah di tangan kanannya, dan menggendong bayi di tangan kirinya. Sementara itu, di bawah meja, sebelah kaki Asih terlihat mengelus kaki Reza yang agak maju ke depan menyambut kaki Asih.
“La Tahzan : Cinta, Dosa, Luka…” diadaptasi dari kisah viral oleh Elizasifaa. Ini merupakan cerita kedua Eliza yang difilmkan oleh MD Pictures setelah” Ipar adalah Maut”. Seperti pendahulunya, “La Tahzan : Cinta, Dosa, Luka…” yang disutradarai Hanung Bramantyo ini menyoroti kehadiran orang ketiga dalam sebuah keluarga harmonis yang relijius. “La Tahzan : Cinta, Dosa, Luka…” akan mulai tayang di seluruh bioskop tanggal 14 Agustus 2025, sementara itu Lagu “Segalanya” akan tersedia di seluruh platform digital (DSP) serta YouTube mulai 8 Juli 2025.
iMusic.id – Band modern rock alternative bernuansa emo asal Kota Batik, Tears Don’t Lie, kembali menghadirkan karya emosional yang menyentuh hati. Kali ini, mereka merilis single ketiga bersama dengan musik video berjudul “Hancur” yang secara resmi dirilis pada 30 Juni 2025.
Dalam lagu ini, Tears Don’t Lie menggandeng Savira Razak, mantan vokalis Killing Me Inside, untuk ikut duet mengisi bagian vokal. Kehadiran Savira memberikan warna baru yang kuat, emosional, dan penuh luka, sangat cocok dengan nuansa gelap lagu ini.
“Hancur” bercerita tentang seseorang yang kehilangan cinta sejatinya, bukan karena perpisahan biasa, melainkan karena sang kekasih telah pergi untuk selamanya. Lagu ini membingkai kesedihan mendalam saat seseorang mencoba menerima kenyataan pahit bahwa orang yang dicintai tak akan pernah kembali. Dengan aransemen yang dramatis dan lirik yang menggugah, Tears Don’t Lieberhasil menyampaikan rasa duka dengan cara yang indah namun tetap emosional.
Formasi band Tears Don’t Lie saat ini terdiri dari: Oji (Vocals), Didi (Gitar), Ekky (Gitar + Vokal), Tegar (Bass), Tommy (Gitar), dan Yunan (Drum).
Tak hanya menghadirkan kolaborasi vokal, dalam produksi lagu ini Tears Don’t Lie juga bekerja sama dengan Ian Natha dari PolarityAudio sebagai Co-Producer, yang berhasil menambahkan elemen modern dan kedalaman emosional ke dalam komposisi lagu, menjadikannya salah satu karya paling matang dalam diskografi band ini sejauh ini.
Dengan paduan rock alternatif, sentuhan emo, serta produksi modern, “Hancur” diharapkan bisa menjadi soundtrack bagi mereka yang pernah kehilangan dan masih mencoba untuk bangkit.
“Hancur” is here, a new anthem born from pain, wrapped in distortion and honesty. Only from Tears Don’t Lie. Single dan Music Video “Hancur” sudah tersedia di berbagai platform streaming musik digital, seperti Spotify, Apple Music, dan YouTube Music, mulai tanggal 30 Juni 2025.
iMusic.id – Semakin dewasa, semakin banyak belajar bahwa apa yang dilakukan selama ini tidak selalu berhasil, proses ini pasti dilewati banyak orang. Assia Keva merilis sebuah lagu dari pengalaman pribadi tentang hubungan dengan sang ayah.
Lagu ini bikin kita merefleksikan diri dan memulai membuka lembaran baru bagi siapa pun yang pernah mengalami retaknya hubungan karena miskomunikasi, atau mungkin karena ego tak terkendali.
Lagu berjudul “Can We Be Friends Again ?”, ditulis dan diproduseri oleh Pamungkas, Musisi dan Pelantun To The Bone, Kenangan Manis, Monolog.
Ditulis sebagai surat permintaan maaf yang jujur ditujukan untuk ayah, “Can We Be Friends Again?” berbicara tentang keinginan memperbaiki sebuah hubungan entah itu hubungan cinta, pertemanan, atau keluarga yang sempat hancur karena ketidaksiapan emosional di masa lalu.
“Kadang kita butuh waktu lebih lama untuk mengerti, butuh versi baru dari diri sendiri untuk bisa menghargai apa yang dulu kita abaikan,” ungkap Assia.
Lewat lirik yang reflektif seperti sedang melakukan percakapan, Assia Keva menghadirkan kehangatan yang membalut luka. Lagu ini menjadi semacam pelukan emosional bagi siapa pun yang pernah kehilangan seseorang karena pilihan yang disesali namun diam-diam masih menyimpan harapan untuk memberi ruang kedua.
“Lagu ini bukan tentang kembali ke masa lalu,” lanjutnya, “tapi tentang belajar menjadi versi diri yang lebih baik dan mungkin, membuka kesempatan kedua.”
Dengan “Can We Be Friends Again ?”, Assia Keva sekali lagi menunjukkan kemampuannya merangkum emosi kompleks dalam karya yang sederhana, jujur. (FE)