

iLive
“San.gita” Gelar Babak Pertama “Tur Lelaku” Di Jawa Tengah.
Published
1 year agoon
By
Frans EkoiMusic.id – Setelah merilis album pertama berjudul Martyapada di layanan digital streaming pada 24 November 2023, dilanjutkan dengan rilis fisik album tersebut dalam bentuk cakram padat digital (digital CD) 24 Februari lalu, band dari kota Salatiga, San.gita (baca: sanggita) akan menjalankan tur memperkenalkan karyanya melalui penampilan live dalam tur mandiri ke beberapa daerah di wilayah Jawa Tengah pada bulan Maret hingga Mei 2024.
Tur ini diberi nama Tur Lelaku. Lelaku sendiri adalah program yang San.gita jalankan secara mandiri setiap dua/ tiga bulan menampilkan hasil olah daya mereka dalam bentuk penampilan musik secara live di tempat – tempat yang sedia bersinergi bersama.
Program rutin ini telah berlangsung sebanyak lima kali di tahun 2023 di dalam kota Salatiga. Menindaklanjuti rilis debut albumnya San.gita meluaskan Lelakunya ke daerah dan kota lain di luar Salatiga. “Kami antusias sekali bermain secara live memperkenalkan karya kami kepada khalayak yang lebih luas lagi.
Lelaku adalah program mandiri kami yang mengakomodasi keseruan ini. Untuk babak pertama ini kami akan jalan ke venues di daerah-daerah yang masih relatif dekat dari Salatiga.

Kami akan melakukannya di wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta.”, jelas Bonita (vokalis San.gita) tentang rencana jalannya Tur Lelaku babak pertama. Sepuluh tempat direncanakan untuk San.gita singgahi di babak pertama Tur Lelaku ini yaitu di daerah: Ambarawa, Boyolali, Ungaran, Semarang, Temanggung, Pati, Magelang, Solo, Klaten, dan Yogyakarta.
“Sebisa mungkin kami berkolaborasi dengan kolektif atau komunitas di masing-masing tempat untuk pelaksanaan tur ini. Beberapa tempat sedang dan masih kami pastikan jadwal serta bentuk kolaborasinya. Ini juga salah satu upaya meluaskan jejaring untuk kelangsungan San.gita bermusik.”, ujar Meilana (manajer San.gita) mengenai kerjasama yang dijalin dalam Tur Lelaku.
Tidak hanya menampilkan musiknya secara live, di setiap singgahnya San.gita juga akan mendisplay dan menjual CD album Martyapada serta beberapa merchandise. Selain demajors yang memproduksi CD “Martyapada”, dengan sukacita San.gita mengajak dan turut didukung oleh beberapa unit produksi di kota Salatiga untuk berlangsungnya babak pertama Tur Lelaku ini.
Mereka adalah: Lanna (pembuat kerajinan berbahan kulit dan kain tenun), Sibuk Santai (pembuat t-shirt merchandise), Kopi Pialang (usaha mikro penyedia biji kopi hijau dan kopi sangrai), dan Trustindo Akomodasi Services (penyedia layanan akomodasi dan transportasi) yang akan menyertai kegiatan San.gita ini.
“Kami sadar bahwa kemandirian merupakan sebuah proses yang harus dijalani dengan sinergi antar beberapa pihak. Oleh karenanya, bukan hanya sebagai kanal ekspresi estetis, San.gita juga terus belajar menjadi bagian atau salah satu titik simpul sinergi yang bermartabat, paling tidak bagi rekan-rekan dan komunitas -komunitas di mana kami tinggal.”, jelas Adoi (gitaris San.gita) tentang dukungan untuk Tur Lelaku.

“Untuk babak pertama tur ini kami singgah-tampil di tiap akhir minggu, wilayahnya masih relatif dekat-dekat. Di babak keduanya nanti kami akan ke wilayah yang agak jauh, mungkin Jabodetabek dan Jawa Barat.
Nah di waktu itu kami akan meninggalkan Salatiga dalam kurun waktu sekitar dua mingguan berpindah-pindah kota atau daerah untuk singgah tampil di beberapa venue.”, tutur Sunu (basis San.gita) tentang rencana babak berikut dari Tur Lelaku. “Kan tidak mudah ya bisa singgah tampil live di tempat – tempat apalagi luar kotanya jauh dari tempat kami tinggal.
Dengan menjalankan babak pertama tur ini kami juga mengajak pihak-pihak lain untuk turut mendukung jalan dan berlanjutnya kegiatan ini. Kami yakin ini adalah hubungan yang mutual. Karena yang kami bawa adalah musik dan daya yang hidup. Jadi yuk turut Tur Lelakunya San.gita.

Ayo!”, ujar Michael (drummer San.gita) mengutip salah satu judul lagu di album Martyapada, mengajak pihak-pihak lain untuk berpartisipasi di Tur Lelaku ini. Berikut ini adalah jadwal Tur Lelaku 2024 babak-1:
16 Maret, 16:00 WIB di Angkringan Mbah Dharmo, Ambarawa
23 Maret, 16:00 WIB di Sasana Noegraha Desa Tanduk, Ampel, Boyolali
30 Maret Ungaran *
6 April Semarang *
20 April Temanggung *
27 April Pati *
4 Mei Magelang *
11 Mei Solo *
18 Mei Klaten *
25 Mei Yogyakarta *
* = masih dalam konfirmasi waktu dan tempat. Jadwal akan terus dimutakhirkan dan dapat dilihat di akun media sosial San.gita Mari TURut ‘berLELAKU’ menjadi bagian dari perjalanan musik San.gita. Ayo! (FE)

You may like
iLive
Ravel Entertainment umumkan agenda “Hammersonic 2026 : Decade Of Dominion”
Published
1 day agoon
July 7, 2025By
Frans Eko
iMusic.id – Setelah banyak spekulasi yang memprediksi kapan festival musik Rock terbesar se-Asia Tenggara ini akan digelar, akhirnya Ravel Entertainment dengan resmi mengumumkannya, Festival yang bertajuk “Hammersonic 2026 : Decade of Dominion“, akan berlangsung pada tanggal 2 dan 3 Mei 2026 di Jakarta, Indonesia. Hal ini merupakan titik puncak dari berbagai rangkaian acara yang sudah dihelat sejak tahun 2024.

Rangkaian acara yang dimulai dengan konser band asal Inggris While She Sleeps dibulan Oktober 2024, dilanjutkan dengan band Punkrock yang paling dikenal sepanjang masa Green Day di bulan Februari 2025, kemudian menggelar Hammersonic Convention dan menyapa para emo enthusiasts 5 kota besar Indonesia lewat Saosin Indonesia Tour di bulan Mei 2025, disusul dengan band raksasa rock alternative asal Inggris Muse yang akan digelar pada bulan September 2025, dan penutup rangkaian acara menuju puncak adalah band rock legendaris dengan vokalis kharismatik Dave Grohl asal Amerika Serikat yaitu Foo Fighters pada bulan Oktober 2025.
Dengan perjuangan, konsistensi dan komitmen tanpa kompromi akhirnya Hammersonic Festival bertransformasi menjadi panggung dan tujuan utama bagi penggemar musik Rock di Indonesia, kawasan Asia dan bahkan diberbagai belahan dunia. Dengan menampilkan puluhan band berbagai sub-genre seperti death metal, metalcore, hardcore punk, black metal, punkrock, emo bahkan grindcore, Hammersonic menjadi ajang konsolidasi dan reuni bagi komunitas rock dalam negeri dan internasional.
“Tahun 2026 bukan sekadar selebrasi perjalanan panjang Hammersonic, melainkan bukti nyata dominasi kami di panggung rock Tanah Air dan Asia. Hammersonic akan terus tumbuh, berkembang dan berevolusi. Kami bukan hanya menyatukan antar lintas generasi, tapi menciptakan gelombang baru.” ujar Ravel Junardy, CEO Ravel Entertainment sekaligus Founder Hammersonic Festival.

Edisi ke-10 nanti akan dirancang lebih besar, spektakuler, dan akan menjadi tonggak standard baru dalam perhelatan festival musik yang ada di tanah air. Berbeda dengan tahun tahun sebelumnya, di edisi spesial kali ini lineup band-band internasional akan diumumkan secara bertahap dan penuh kejutan.
Sepanjang perjalanannya, Hammersonic telah sukses menghadirkan ratusan band-band ternama kelas dunia untuk datang ke Indonesia, sebut saja Megadeth, Slipknot, Lamb of God, InFlames, Amon Amarth, A Day To Remember, Trivium, Bullet For My Valentine, Story Of The Year, Kreator, bahkan seorang maestro gitar seperti Yngwie Malmsteen telah mencicipi megahnya panggung Hammersonic. Pesona mereka terbukti mampu menarik perhatian puluhan ribu penonton baik dari Indonesia maupun mancanegara setiap tahunnya.
“Hammersonic 2026: Decade of Dominion” akan menjadi penanda tonggak sejarah baru untuk festival ini. Sebuah selebrasi epic dan kolosal untuk musik keras dan mereka yang hidup di dalamnya. Untuk informasi lebih lanjut tentang Hammersonic 2026 dan pembelian tiket, kunjungi website resmi kami di www.hammersonic.com atau ikuti kami di sosial media @ravelentertainment dan @hammersonicfest.
iLive
BRI Jazz Gunung Series tampilkan musisi – musisi unik dalam dan luar negeri
Published
3 days agoon
July 5, 2025By
Frans Eko
iMusic.id – Konser unik bertajuk “Jazz Gunung Series” akan kembali digelar pada Juli – Agustus tahun ini. Memasuki usia penyelenggaraan yang ke 17, konser musik ini telah menjadi perjalanan panjang yang wajib digelar dan tidak boleh absen setiap tahunnya. Digelar di kawasan Bromo, Jazz Gunung, menjelma menjadi salah satu event jazz yang memiliki kekhasan, keunikan tersendiri.

Muncul menjadi salah satu event festival jazz yang berbeda. “Indahnya Jazz, Merdunya Gunung” memadukan secara harmonis antara musik (jazz), alam hijau pegunungan, semilir angin, dan manusia. Hal tersebut menjadi nilai tambah, yang terus dipelihara dan dikembangkan sampai sekarang.
Kembali hadir di Amphitheatre Jiwa Jawa Resort Bromo, Sukapura, Probolinggo, pengalaman berbeda saat menyaksikan pertunjukkan Jazz Gunung Bromo dapat dirasakan dari pemandangan hijau pegunungan sebagai latar panggung yang menyegarkan mata, serta udara dingin dan sejuk yang terasa dari ketinggian hampir 2.000 meter di atas permukaan laut.
Pada penyelenggaraan di tahun 2025 ini, Jazz Gunung Series hadir dengan dukungan penuh dari BRI. Jazz Gunung Series terdiri dari tiga rangkaian events, yaitu BRI Jazz Gunung Series 1 : Bromo pada tanggal 19 Juli, BRI Jazz Gunung Series 2 : Bromo pada tanggal 26 Juli dan BRI Jazz Gunung Series 3: di Ijen Banyuwangi pada bulan Agustus. Di rentang waktu antara series pertama dan kedua tersebut, akan diisi oleh residency program Bromo Jazz Camp. Program Bromo Jazz Camp sendiri akan menjadi “rumah utama” dari penyelenggaraan jam-session, yang mengambil tempat di Rehat Bromo
Trio muda, Emptyyy, mantan VJ MTV, Jamie Aditya, kelompok campursari bersuasana jazz kental, Kua Etnika, RAN, dan band jazz senior Karimata plus Chagall, musisi Wanita asal Belanda, yang memainkan musik electronic akan menyemarakan BRI Jazz Gunung Series 1 : Bromo.

“Seperti tahun-tahun sebelumnya, Jazz Gunung Bromo, akan menyajikan beragam musik jazz and beyond. Bisa jazz, yang berolah bunyi dan rasa dengan ragam musik lain. Terutama dengan elemen musik etnik, yang dipersandingkan dengan harmonis”. Pada dasarnya kekhasan penyajian jazz dalam rupa festival, konsep ini melanjutkan, mempertahankan dan mengembangkan dari konsep dasar yang dibentuk dan diinisiasi oleh para founder Jazz Gunung Bromo yaitu Sigit Pramono, Butet Kertaredjasa dan mendiang Djaduk Ferianto.” tambah Johan Pramono, sebagai CFO Jazz Gunung Indonesia.
Dalam BRI – Jazz Gunung Series 2: Bromo, akan tampil beberapa performers, yang tentu berbeda dari series pertama. Ada Lorjhu’ dan seorang film-maker sekaligus animator, Badrus Zeman. Selain itu dipastikan juga ada nama-nama yang tidak kalah menarik, ada penampilan dari a young talented jazz-singer, Natasya Elvira. Natasya akan ditemani para musisi session yang menghadiri Bromo Jazz Camp. Selain itu, masih ada Bintang Indrianto, Tohpati Ethnomission, Sal Priadi, Rouge dari musisi folk jazz asal Perancis dan penampilan spesial dari Monita Tahalea.
BRI Jazz Gunung Series 3: Ijen pada bulan Agustus 2025, yang diselenggarakan di Amphitheatre, Taman Gandrung Terakota, Banyuwangi. Sederet musisi berpengalaman dengan penampilan unik, menarik, dan yang tentunya bakal mempesona penonton dipastikan akan tampil di sini. Siapa saja mereka? Mari kita tunggu bersama-sama! Yang jelas Jazz Gunung Series akan selalu meningkatkan performa nya setiap tahun.
Vinsensius Jemadu, sebagaoi Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggara Kegiatan dari Kementrian Pariwisata menyatakan siap mendukung konser musik jazz ini,

“Bahkan nanti untuk BRI Jazz Gunung Series 3 Ijen di tanggal 9 Agustus 2025, saya sudah berbicara dengan penyelenggara dimana nanti kita bisa berkolaborasi. Sebenarnya ada beberapa skema dukungan dari Kementerian Pariwisata, pertama yang pasti adalah amplifikasi promosi, dimana Kementerian Pariwisata akan menggunakan semua channel media promosinya, bahkan termasuk LED, Videotron yang berada di depan Patung Kuda di Kementerian Pariwisata bisa kita manfaatkan untuk bisa mengekspos kepada masyarakat luas. Sehingga nanti level of tendensinya jauh lebih banyak. Begitu juga media sosial yang dimiliki oleh Kementerian Pariwisata,” ungkapnya.
“Jadi kalau kita bisa bicara bahasa birokrasi kita akan bisa melihat komponen-komponen yang sekiranya bisa kita pertanggung jawabkan untuk kita dukung maka ayo kita dukung. Apakah itu panggung, lighting, atau line up artis, jadi ada beberapa komponen yang bisa kita dukung, tetapi sekali lagi ditengah-tengah efisiensi dan penghematan seperti ini tentunya Kementerian Pariwisata juga tahu diri, kira-kira sejauh mana kita bisa support,” tambah Vinsensius Jemadu.
Sigit Pramono selaku Founder Jazz Gunung mengungkapkan kebahagiaannya atas dukungan pemerintah di BRI Jazz Gunung Series ini.
“Jazz Gunung merupakan salah satu festival jazz pertama yang digelar di alam terbuka, bahkan di ketinggian lebih dari 2.000 meter di atas permukaan laut. Suhu bisa mencapai 6 hingga 7 derajat Celsius. Selama 17 tahun penyelenggaraan, baru tahun ini Jazz Gunung mendapatkan dukungan nyata dari pemerintah lewat kehadiran Vinsensius Jemadu dari Kemenpar. Semoga dukungan kementerian tidak hanya berhenti di tataran wacana, tapi bisa diwujudkan agar manfaat ekonomi lebih terasa bagi masyarakat sekitar.” Ucap Sigit Pramono.

Selaku founder, Sigit juga memberi contoh konkret manfaat ekonomi yang dirasakan masyarakat sekitar Bromo: dari hotel, homestay, penyewa jeep dan kuda, hingga warung-warung kecil.
“Kalau ada 2000 penonton, maka butuh 1000 kamar. Kami hanya punya 80, sisanya tersebar di sekitar Bromo, Pasuruan, Probolinggo, hingga Malang,” terangnya.
“Ada satu yang unik dari Jazz Gunung, selain memang tempat atau venuenya di ketinggian, tapi kita bisa melihat bahwa selama ini musik Jazz itu dianggap terlalu ekslusif kemudian segmentasi nya sempit sekali sedemikian rupa sehingga banyak orang-orang yang merasa bahwa mereka bukan menjadi bagian dari kegiatan Jazz ini. Padahal Jazz sebagai musik itu sifatnya universal dan kalau kita lihat lagi kalau kita bicara Blues itu adalah teriakan orang-orang yang merasa memberontak, tapi kalau kita Jazz itu sebenarnya membuka diri, inklusif, kesetaraan, keberagaman. Ini dipertunjukan dengan baik di Jazz Gunung.” Tambah Andy F Noya selaku Advisor Jazz Gunung Indonesia.
Jazz Gunung Series sudah sedemikian menarik bagi masyarakat Indonesia, penyelenggaraan yang regular tiap tahunnya plus selalu ada inovasi – inovasi baru membuat tidak hanya penonton konser musiknya saja yang tertarik untuk datang menyaksikan, melainkan juga animo para musisi semakin menggeliat buat bisa tampil disana. Semoga ajang ini bisa terbuka untuk para musisi – musisi berbakat yang semakin banyak tumbuh di tanah air, tidak hanya ekslusif bagi pengisi acara yang itu – itu saja seperti yang terjadi di festival – festival musik nasional dewasa ini.

Maka bersiaplah untuk menikmati jazz sembari menikmati udara segar khas pegunungan bersama dengan Jamaah Al-Jazziyah (sebutan intim bagi penonton setia Jazz Gunung series). Bersama-sama kita menyaksikan dan merasakan pengalaman berkesan yang menyegarkan jiwa, menikmati keramaian sebuah festival jazz tertinggi di dunia. Salam Jazz Indonesia.
iLive
Gelar konser “The Crown”, Queennara buktikan kemajuan sejak bergabung di UIG College
Published
4 days agoon
July 4, 2025By
Frans Eko
iMusic.id – Penyanyi, penulis lagu dan content creator cantik, Queennara menggelar resital musik bertajuk “The Crown” di Gedung Kesenian Jakarta, Selasa 02/07/25. Gedung Kesenian Jakarta menjadi saksi bersinarnya talenta dari Queennara tersebut.

Konser ini merupakan bagian dari DVISVARA Annual Recital Series, platform eksklusif bagi mahasiswa UIC College dalam menampilkan pencapaian artisitik dan akademik mereka. Di balik gemerlap panggung dan kemegahan aransemen live string dan brass section “The Crown” dari Queennara menjadi perwujudan keberanian, elegansi dan transformasi emosional.
Sebagai bagian dari USG Education, ekosistem pendidikan Internasional terpercaya di Indonesia, UIC College merupakan satu-satunya program pathway musik akademis berstandar internasional yang telah dijalani oleh Queennara. Melalui kurikulum BTEC dari Inggris, siswa dapat menempuh studi 1 (satu) hingga 2 (dua) tahun di Indonesia, sebelum melanjutkan studi ke universitas – universitas terkemuka dunia untuk meraih gelar sarjana.
Program Artist Development di UIC College of Music dirancang tidak hanya untuk mengasah keunggulan akademis dan keahlian praktikal, tetapi juga menumbuhkan ide-ide kreatif dan inovatif yang otentik. Ini adalah ruang di mana seniman muda seperti Queennara dipersiapkan untuk memperkaya industri musik, baik di dalam maupun luar negeri.
“Queennara adalah contoh nyata dari filosofi pendidikan kami: membentuk seniman yang tidak hanya mahir secara teknis, tetapi juga kuat dalam menyuarakan identitas dan nilai personalnya,” ujar Niluh Komang Aimee Sukesna atau biasa dikenal sebagai Aimee, Kepala Kampus USG Education BSD.
Dalam konser “The Crown”, Queennara membagikan kisahnya, sebuah perjalanan musikal yang ia racik sendiri selama menempuh studi di UIC College of Music. Bertema Empowerment, Elegance, and Emotional Transformation, konser ini menjadi deklarasi jati diri.
“The Crown” adalah simbol perjalanan saya sebagai perempuan, seniman, dan individu yang sedang belajar untuk berdiri tegak dengan cerita dan suara sendiri. Ini bukan semata soal status, tetapi tentang keberanian menjadi diri sendiri di dunia yang terus berubah. UIC College bukan hanya memoles saya untuk meraih cita-cita di industri musik, tapi juga membantu mewujudkan impian saya untuk mengembangkan pengetahuan hingga ke luar negeri,” ujar Queennara.

Konser ini menjadi puncak pencapaian Queennara selama belajar di UIC College BSD, memperlihatkan dedikasi dan perkembangan artistiknya. Sebelumnya, ia juga memukau publik melalui Junior Recital di ZODIAC Jakarta.
Kini dengan skala yang lebih besar, Queennara menggandeng musisi profesional dari band Asian Beat, serta tampil di hadapan tamu-tamu istimewa seperti produser musik, penyanyi, presenter TV, hingga figur publik dan pelaku industri kreatif lainnya.
Queennara, musisi muda dengan suara kuat, visi jujur, dan pesan berani, membawakan karya-karya musik pilihan yang mencerminkan perjalanan emosional dan kepekaan artistiknya. Dari soft rock ballads, cinematic pop, hingga alternative R&B, seluruh komposisi dikemas dalam aransemen live yang teatrikal dan menyentuh. Gedung Kesenian Jakarta, dengan keanggunan klasik dan akustik superiornya, menjadi panggung yang ideal untuk pertunjukan ini.
“The Crown bukan sekadar konser. Ini adalah cermin potensi besar generasi muda Indonesia di industri kreatif dunia,” ungkap Adhirama G. Tusin, CEO USG Education. “Melalui kurikulum berbasis industri dan pengalaman belajar dunia nyata, UIC College membekali siswa dengan lebih dari sekadar ijazah, kami membentuk karakter dan kesiapan untuk bersaing secara global.”
Program-program UIC College memang berfokus pada real-world learning: mulai dari produksi musik, kolaborasi profesional, penciptaan karya orisinal, hingga manajemen diri sebagai artis independen. Semua ini diajarkan langsung oleh para praktisi dan mentor berpengalaman.
“Yang membuat recital ini spesial bukan hanya kualitas musiknya, tapi juga keberanian artistiknya. Queennara membuktikan bahwa musik bisa menjadi tempat membagi rasa, ia menyampaikan cerita, emosi, dan refleksi dengan cara yang menyentuh,” ujar Irman F. Saputra, Koordinator Akademik UIC College Musik.

Dengan ribuan alumni yang kini berkiprah di berbagai belahan dunia, USG Education terus menjalankan misinya: membuka akses pendidikan internasional yang terjangkau, berkualitas, dan relevan untuk masa depan. Melalui program seperti TBI, UJC, Uniprep, UIC College, dan Unistart, USG Education membangun ekosistem pembelajaran menyeluruh, dari tingkat dasar hingga universitas luar negeri.
“Kami di UIC College percaya bahwa pendidikan seni bukan hanya tentang teknik, tapi juga tentang karakter, refleksi diri, dan keberanian mengekspresikan suara personal. Queennara adalah bukti nyata bagaimana siswa kami berkembang menjadi seniman yang otentik dan relevan,” tutup Aimee.
Melalui konser seperti The Crown, UIC College of Music menegaskan komitmennya untuk terus melahirkan generasi seniman Indonesia yang siap menginspirasi dunia melalui karya dan karakter, Karena di sinilah semua mimpi besar bermula.