Connect with us

iMusic

SIC MYNDED Rilis Single Terbaru “Peace Within”, Pencarian Kedamaian Di Dalam Diri.

Published

on

iMusic – Jakarta, 25 Februari 2020, Hari ini, Sic Mynded merayakan peluncuran single terbaru mereka yang berjudul “Peace Within”. Lagu beraliran electronic industrial ini bercerita mengenai betapa rumitnya hubungan antar manusia apabila tidak ada kedamaian di hati. Segala bentuk ketakutan, kebohongan, dan kepicikan akan menghalangi seseorang untuk bisa mencintai manusia lain karena tanpa kedamaian di dalam diri, hanya hal-hal negatif yang akan bersarang.

Musik dari single “Peace Within” ini ditulis oleh Rudi Soedjarwo, sementara vokal dan penulisan lirik oleh Oddie Octaviadi. Lagu ini pun diperkaya dengan sentuhan dari anggota-anggota baru Sic Mynded, yaitu Marcell Siahaan, Gatot Alindo, Aldi Pagaruyung dan Adra Karim. Lagu di mix oleh Reney Karamoy dari band Scaller. Sebuah video klip garapan sutradara muda Josse Keyzer pun akan hadir untuk menterjemahkan lagu ini dalam bentuk visual.

Kilas balik, Sic Mynded didirikan di tahun 1993 di kota San Diego, negara bagian California, Amerika Serikat, oleh dua orang anggota asli, Rudi Soedjarwo dan Oddie Octaviadi. Kala itu, Sic Mynded sangat dipengaruhi oleh genre Industrial Metal, Electronic Music, dan bahkan sedikit unsur Death Metal. Mereka memproduksi demo pertama mereka berjudul “Room 99” di penghujung tahun 1993 yang berisi tiga buah lagu. Kaset demo ini dicetak sebanyak 1.000 buah dan berhasil disebar di berbagai kota di Amerika dan menjadikan batu loncatan untuk kerjasama lebih lanjut.

Di awal tahun 1994, Sic Mynded merekam dan mendistribusikan kaset mini EP yang berisikan 5 lagu dengan pengaruh Industrial Metal yang semakin kental. Kaset self-titled mini EP yang akhirnya berhasil membuahkan tawaran rekaman dan distribusi dari sebuah label rekaman independen, Regarding Records, dari kota San Francisco. Oddie dan Rudi langsung bergegas menulis berbagai lagu baru dari pertengahan 1994 hingga awal 1995. Album bertajuk “Insight” dirilis di penghujung 1995 dengan 10 lagu baru yang berhasil memadukan berbagai genre dalam balutan nuansa Industrial Metal.

Di bulan Februari 1999, album “Insight” dirilis ulang untuk pasar Indonesia dengan tambahan berbagai materi baru dan dengan judul baru “Jelaga”, oleh Rotorcorp, sebuah sub-label dari Musica Studio. Sebuah video klip untuk lagu “Jelaga” pun dibuat sendiri oleh Rudi dan Oddie. Album ini mendapatkan sambutan yang baik dari audiens Indonesia, sehingga Sic Mynded banyak muncul di berbagai media cetak, radio, dan TV, termasuk MTV Asia dan berbagai kanal TV lokal yang menayangkan video klip “Jelaga”. Di penghujung 1999, Sic Mynded mendapatkan nominasi dari acara AMI (Anugerah Musik Indonesia) untuk kategori Best Electronic Duo / Group.

Ketidaksempurnaan”, album ke-3 dirilis di Indonesia pada bulan September 2003 oleh Staria Music Indonesia tanpa keikutsertaan Rudi yang saat itu sedang berfokus penuh pada karirnya sebagai seorang sineas. Lagu-lagu dari album ini tetap mengusung campuran antara music elektronik dengan raungan gitar metal. Video klip single “Ketika Dunia Berhenti Berputar” diproduksi dan mendapatkan frekuensi pemutaran yang tinggi di MTV Indonesia. Sic Mynded juga banyak melakukan penampilan di media.

Namun, Sic Mynded pun memutuskan untuk masuk masa hibernasi ketika Oddie memutuskan untuk bergabung dan menjadi frontman dari Getah, sebuah band Gothic Rock, ketika ia kembali ke Indonesia pada tahun 2006. Oddie memimpin Getah hingga penghujung tahun 2018.

Ketika mesin industrial itu kembali dinyalakan Di tahun 2017, Marcell Siahaan, penyanyi pop dan jazz terkenal di Indonesia, memproduseri reka ulang lagu “Ketika Dunia Berhenti Berputar”. Lagu ini dirilis pada platform musik streaming di tahun 2018 sebagai bagian dari proyek EP dari Marcell “Menurut Saya”. Single ini pun mendapatkan nominasi dari Anugerah Musik Indonesia (AMI) di tahun yang sama. Peluncuran single ini menjadi titik penting dari kembalinya Sic Mynded sebagai sebuah band.

“Saya menyukai single Ketika Dunia Berhenti Berputar yang selain karena musiknya yang gelap, liriknya juga bagus dan spiritual menurut saya. Kemudian saya memutuskan untuk memproduksi dan mengaransemen ulang lagu tersebut dibawah label independen saya Ruang Menyusui Records dengan lagi mengajak serta Oddie sang vokalis.” jelas Marcell.

Kurang lebih di saat bersamaan, adalah reuni dari Oddie dan Rudi yang langsung saja menghasilkan ide-ide lagu baru Sic Mynded dan hingga terbentuknya Sic Mynded sebagai band lengkap lagi di penghujung 2019 dengan anggota Marcell Siahaan (drums, synth), Gatot Alindo (guitars), Adra Karim (synth) dan Aldi Pagaruyung (bass). Ke-6 musisi ini menemukan kebebasan berekspresi secara penuh dalam Sic Mynded.

“Buat saya, jadi bagian dari Sic Mynded, saya punya kesempatan untuk berekspresi tanpa batas. Dan itu santapan rohani yg paling ampuh.” ujar Rudi Soedjarwo.

Oddie menjelaskan bahwa “Lagu Peace Within ini akan menjadi bagian dari rangkaian materi yang Sic Mynded akan rilis selama tahun 2020 ini termasuk rilis ulang album-album lama. Sebuah konser tunggal akan diadakan di bulan April dengan menampilkan materi-materi pilihan dan akan menjadi santapan telinga, mata, dan jiwa yang berbobot.”

Temukan single “Peace Within” di layanan streaming seperti Spotify, Langit Musik, Apple Music, YouTube Music, Deezer, dan lain-lainnya. (FE)

iMusic

The Rain sambut ulang tahun ke 24 lewat single baru “Cerita Yang Tersimpan”

Published

on

iMusic.id – Setelah lebih 2 dekade bersama, 7 album studio dan sederet single lepasan, The Rain masih bertahan dengan formasi awal sejak berdiri pada tahun 2001. Indra Prasta (vokal, gitar), Iwan Tanda (gitar, vokal), Ipul Bahri (bass, vokal) dan Aang Anggoro (drum, vokal).

Akhir November 2025, beberapa minggu menjelang ulang tahun The Rain ke- 24, grup asal Yogyakarta ini merilis sebuah single baru berjudul “Cerita yang Tersimpan”.

“Salah satu cara kami bersyukur masih diberi umur dan tetap bersama selama ini adalah dengan berkumpul dan melahirkan karya baru, ini juga wujud terima kasih kami pada teman-teman yang menggemari lagu-lagu The Rain selama ini, pada para The Rainkeepers”, ujar Indra.

Dari balutan aransemennya, lagu anyar The Rain ini terdengar seperti mesin waktu yang membawa pendengar ke akhir dekade 80-an.  “Kami mencoba beberapa aransemen untuk lagu ini dan ternyata rasanya paling cocok dibawa ke era 80-an,” ujar Iwan.

Di studio, mereka bernostalgia mendengarkan lagu-lagu dari Richard Marx dan Def Leppard sebagai referensi saat mengerjakan aransemen lagu ini.

“Dulu saat remaja, kami memang tumbuh dengan lagu-lagu di era tersebut, jadi tak sulit untuk menghadirkan kembali nuansanya lewat lagu ini,” tambah Ipul.

“Dari sisi lirik, lagu ini bercerita tentang sebuah kesalahan, sebuah hubungan yang tak diakui terjadi. “Pelik deh.. hahaaa,” sahut Aang yang juga dipercaya untuk mengerjakan artwork single ini.

Cerita yang Tersimpan menjadi single lepasan ke-7 yang The Rain rilis setelah album “Mereka Bilang Kita Terjebak Bersama” dirilis pada 2022. Akankah di tahun 2026 nanti album ke-8 The Rain akan dirilis?

“Masih dikerjakan. Semoga segera,” tutup Indra.

Continue Reading

iMusic

Hormati alm Didi Kempot, Basejam remake lagu “Pamer Bojo”

Published

on

iMusic.id – BASEJAM hadir dengan single terbaru yang merupakan penghormatan terhadap salah satu legenda musik Indonesia, The Godfather of Broken Heart, Didi Kempot. Single ini merupakan daur ulang dari salah satu hits terbesar Didi Kempot yaitu, “Pamer Bojo”.

Para pecinta musik Indonesia tetntu masih ingat lagu-lagu legendaris dari legenda musik Indonesia, Didi Kempot, termasuk lagu berjudul “Pamer Bojo”?  BASEJAM merilis ulang lagu ini di bulan Desember 2025 ini. Single yang dirilis tepat di bulan kelahiran Didi Kempot merupakan bentuk penghormatan dan sekaligus pelepas rindu akan karya-karya hebat Didi Kempot. 

Pemilihan sosok Didi Kempot bukanlah tanpa alasan. Menghormati dan melestarikan karya seorang tokoh musik Pop Jawa terbesar, sudah sewajarnya dilakukan oleh setiap musisi Indonesia. BASEJAM berharap interpretasi yang dihadirkan dapat diterima dan dilihat sebagai hasil usaha terbaik. Jasa Didi Kempot sangatlah besar dalam mempopulerkan musik Pop Jawa sehingga menjadi musik yang sangat dekat dengan masyarakat, tidak hanya orang Jawa, tapi hingga ke Suriname. Dan ini juga bentuk partisipasi BASEJAM dalam melestarikan salah satu kekayaan bangsa, yaitu Bahasa daerah Jawa. 

“Sudah beberapa tahun BASEJAM terpikir mengeluarkan single yang merupakan aransemen ulang lagu dari seorang tokoh legendaris. Kalau di panggung sih sudah beberapa kali, tapi kalau merekam dan merilis, ini baru pertama kali. Oleh karena itu, kami mengupayakan aransemen terbaik yang masih terdengar BASEJAM tapi tidak menghilangkan ciri dan pesan lagunya”, ujar Sita.

Menjelang usia BASEJAM ke-32 tahun, sebuah hal baru yang belum pernah dilakukan sebelumnya berhasil diwujudkan, yaitu mengaransemen ulang satu lagu milik legendaris maestro Pop Jawa Didi Kempot yang berjudul “Pamer Bojo”.

“Dari awal memilih lagu apa yang mau kami aransemen ulang, lagu Pamer Bojo memang menjadi salah satu pilihan teratas. Kami merasa inti cerita lagu ini sangat menggambarkan esensi Pakde Didi Kempot yang dikenal dengan Godfather of Broken Heart. Jadilah akhirnya pilihannya jatuh ke lagu “Pamer Bojo”, ujar Alvin.

“Saya sebagai orang Jawa dan sebagai personil BASEJAM, merasa interpretasi BASEJAM akan “Pamer Bojo”bisa dibanggakan lah. Mungkin terdengar tidak obyektif, tapi kalau orang lain mendengarnya akan punya pendapat yang miriplah, bahwa aransemen ini cukup baru, tapi tetap BASEJAM, tapi juga tetap lagu “Pamer Bojo””, ujar Oni.

“Salah satu pengalaman berharga dalam proses produksi kali ini adalah proses kolaborasi yang bertema Nusantara alias Indonesia. Lagu Jawa, kini dinyanyikan oleh penyanyi yang salah satunya adalah orang Sunda, dibantu teman kami si pengarah vokal Bakhes Igirisa yang adalah orang Sulawesi, aransemen dibantu oleh teman kami Figgy Papilaya dari Ambon serta penata suara Bennytho Siahaan yang merupakan orang Batak. Jadi, ini merupakan pengalaman yang tak ternilai harganya. Seakan-akan menjadi bukti bahwa walau Pakde Didi sudah tidak ada, beliau tetap jadi pemersatu banyak orang sambil menikmati karya beliau”, ujar Alsa.

“Tantangan banget buat aku yang nggak ngerti bahasa Jawa, jadi belajar arti liriknya agar dapat menghayati isi lagunya dan juga belajar artikulasi kata Jawa yang benar. Ini rekaman yang paling medok yang pernah aku lakukan! Tapi, bersyukur banget bisa punya kesempatan merekam ulang lagu ini, salah satu mimpi kami, BASEJAM, yang berhasil kami wujudkan”, ujar Sigit

Lagu “Pamer Bojo”memiliki pesan yang lebih dalam dari sekedar arti judul lagunya. Lagu ini menceritakan bagaimana seseorang merasa tersakiti karena ketika dia belum bisa move on dari mantannya, ternyata si mantan sudah menjalin hubungan baru, sudah bahagia dengan yang lain dan sudah “memamerkan” pasangan barunya. Rasa sakit dan sedih dialami seseorang yang ditinggalkan dan terlupakan. 

Pesan ini coba diterjemahkan dalam aransemen musik ciri khas BASEJAM yang bergenre Pop, dengan warna vokal Sigit dan Alvin. Hasil yang dikeluarkan adalah warna “Pamer Bojo”yang terdengar lebih segar, kekinian, tapi tetap terdapat ciri khas medok Pop Jawa. 

Pendengar akan dikejutkan dengan beberapa hal yang tidak pernah BASEJAM hadirkan di karya-karya sebelumnya, baik dari segi aransemen musik maupun vokal. 

Penasaran? Langsung dengarkan lagu “Pamer Bojo”versi BASEJAM di semua digital streaming platform. Single baru BASEJAM, “Pamer Bojo”sudah dapat dinikmati di semua Digital Music Platform.

Continue Reading

iMusic

Label US, Psychic Reader, rilis album koleksi SAS band dalam format Piringan Hitam

Published

on

iMusic.id – “Long live ‘70s Indonesian rock, this is Baby Rock by SAS”, begitu suara DJ Cotter Phinney saat siaran khusus satu jam di radio KPiss FM, Brooklyn, New York pada akhir, minggu lalu. Cotter, pemilik label rekaman, Psychic Reader, memutar 9 lagu koleksi dari SAS dan AKA sebagai penanda atas peluncuran album koleksi Piringan Hitam SAS di New York. 

Nama SAS, band legendaris asal Surabaya bukan nama asing bagi fandom psychedelic rock

Amerika. Band yang terbentuk pada tahun 1975, dengan personel Soenatha Tanjung (gitar,vokal), Arthur Kaunang (bass, keyboard) dan (alm) Syech Abidin (drum, vokal), sebelumnya bergabung dalam AKA (Anak Kali Asin) bersama Ucok Harahap, hingga akhirnya memutuskan untuk berpisah.

Trio SAS dipengaruhi oleh aliran rock era itu, seperti Emerson Lake & Palmer, Deep Purple, Pink Floyd dan Grand Funk.

“Tahun 1975, SAS merilis debut album dengan hit “Baby Rock”, sebagai sumbu ledak kelahirannya di panggung dan rekaman musik rock Indonesia”, tutur Denny MR, jurnalis dan kritikus musik Indonesia. 

Bukan hanya “Baby Rock”, sejumlah lagu SAS seperti “Space Ride, Bad Shock” dan “Tatto Girl” disukai puluhan ribu fans millennial dan gen Z. Mereka memburu koleksi kaset dan piringan hitam lebih dari 15 album SAS di berbagai toko reseller.

Video lirik “Baby Rock” ditonton ratusan ribu di halaman YouTube, menunjukkan bahwa musik SAS mampu menembus semua zaman. Sejak album terakhir pada tahun 1991, untuk pertama kalinya koleksi album SAS Group, Bad Shock kembali di release dalam bentuk piringan hitam, oleh label rekaman Psychic Reader, New York.

“Dibandingkan musik dari negara lain, entah mengapa musik Indonesia seolah terabaikan, padahal banyak karya musik yang bagus”, ujar Cotter Phinney, produser Psychic Reader.

“SAS adalah band yang sangat bagus dan mereka seharusnya mendapatkan lebih banyak pengakuan. Merupakan suatu kehormatan bagi saya untuk memproduksi rekaman SAS pertama di luar Indonesia, tepatnya di New York, dan saya harap ini akan membuka pintu bagi audiens global”, tambah Cotter yang juga dikenal sebagai gitaris dan vokalis dari post punk band asal Brooklyn, Medium.

“Bagi saya, SAS reborn ini adalah suatu gebrakan kebangkitan musik Rock ‘70an. Saya tidak pernah bermimpi kalau musik SAS masih bisa hadir dan disukai hingga kini. Apalagi, album ini direlease di New York, dan bertepatan dengan anniversary SAS ke 50 tahun. Ini Mukjizat Tuhan yang besar bagi kami bertiga”, ucap Arthur Kaunang yang mengikuti proses produksi dari awal.

Sementara, beberapa bulan sebelum album ini diluncurkan. pre-order piringan hitam datang dari distributor musik di Jepang.

“Seluruh kurasi, digitalisasi-analog dan distribusi dilakukan di New York. Kami sedang memproses distribusi untuk pasar di Indonesia”, ujar Naratama, pengarah kreatif New York yang menjadi co-produser album ini.

Naratama, berharap agar peluncuran album ini akan membuka jalan bagi musisi Indonesia lain untuk masuk ke pasar Amerika. 

Continue Reading