imusic.id – Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata “Kontemplasi” bermakna “renungan dan sebagainya dengan kebulatan pikiran atau perhatian penuh”. Yang lalu dielaborasi lagi dalam Kamus Webster: “digunakan sebagai pemikiran/diskusi dalam mencari solusi dalam menjalani hidup”. Lalu apa hubungannya dengan single terbaru ensemble tiga musisi dream pop asal Jakarta ini? Seperti single-single SINGDAWA sebelumnya, tema single teranyar mereka berikut ini masih berkisar pemikiran dan renungan bersifat kontemplasi seperti definisi di awal tulisan ini.
Tema boleh masih senafas, namun kali ini jauh lebih unik. Karena SINGDAWA merilis sekaligus dua lagu sebagai karya terbaru mereka. Dua lagu yang bila kita simak bergantian, akan terasa koneksinya. Ada sebuah diskusi yang terjadi antara masing-masing lirik di dua lagu bertajuk Kalla dan Galih ini. Keduanya dipersonifikasikan bagai sepasang kembar, yang melakukan perenungan atas hidup masing-masing.
Terpapar jelas proses pemikirannya, dialogis, hingga menawarkan sebuah konklusi. Berangkat dari baris lirik di Kalla yang memunculkan layaknya hidup setiap manusia… problematika:
Kala bayang gelap menghampiri….
Membawaku pergi dan terus mendekat
Kepada sang Gamang….
Mereka berdialog, Galih pun mencoba menenangkan sambil menawarkan konklusi yang
pastinya tak bersifat dogma:
Semua waktu kelam membuatku melagu….
Mungkin baik tuk menghilang….
Janganlah gelisah
Hidupmu kan tenang
Baik, ku kan menghilang….
Walau atmosfer puitis sangat kental di lirik kedua lagu tersebut, tapi maknanya begitu telanjang dan jujur. Bahwa kadang konklusi dari banyak problem, faktanya cenderung untuk berdamai, mengambil jalan tengah, tanpa keriuhan, dan legowo dengan menghilang. Percakapan dialogis dua lagu yang sebenarnya sering terjadi di benak pribadi satu orang. Dalam bentuk perenungan dalam mencerna setiap hal dalam masalah yang dialami, berharap mampu menemukan titik solusinya. Begitulah kontemplasi.
Berat? Bisa jadi iya, bisa juga tidak karena begitulah realitas kita ketika menjalani hidup. Perwakilan dua sosok kembar Kalla dan Galih, selalu terjadi kok di pemikiran kita. Puitis, kontemplatif, begitu heavy… semua dibalut dalam musikalitas yang spacy khas dream pop. Dua lagu terpisah, namun diikat tema lirik dan warna musik di dua lagu tersebut. Seakan ingin ikut menyeret kita audiens-nya untuk turut terlibat di dialog dua karya hasil cipta Reza (gitar, vokal), Aldhan (kibord, vokal), dan Nessa (sampler, vokal). SINGDAWA dengan cerdas menghantui kita audiens tanpa harus merasa terganggu. Malah keasyikan terlarut dalam lagu-lagu ini.
“Kami akan berproses lewat rilisan-rilisan single sejak awal… Selalu berjudul nama-nama manusia dengan tema masing-masing. Hingga akhirnya terkumpul untuk siap dijadikan album perdana kami mendatang,” jelas Singdawa.
Pernyataan yang juga kesadaran bahwa ada ikatan kuat di antara tiga personel SINGDAWA, walau mereka sempat membubarkan diri di tahun 2021 karena masalah internal. Setahun berlalu, masing-masing menyelesaikan masalah pribadi masing-masing, akhirnya sepakat berkumpul dan berkarya bersama lagi sebagai SINGDAWA.
Padahal faktanya, mereka masing-masing pun dikenal sebagai session player dengan skedul yang super ketat. Aldhan di RAN, Reza bersama The Panturas, dan Nessa selalu jadi langganan backing vocal-nya Danilla. Namun komitmen lah yang mendudukkan mereka untuk tetap konsisten dan menyempatkan waktu untuk SINGDAWA . Yup, SINGDAWA pun akan terus berproses, dengan terus menikmati tiap momen dalam proses tersebut. Maka mari kita nikmati proses-proses tersebut lewat karya-karya SINGDAWA.
Lirik oleh Nessa Adverta
Musik oleh Reza Hamid, Aldhan Prasatya, Nessa Adverta
iMusic.id – Shakey adalah adalah band asal Yogyakarta yang terbentuk pada 5 Maret tahun 2000. Dalam perjalanan musiknya, Shakey sudah mempunyai dua album kompilasi dimana salah satunya membawa mereka menjadi band yang me-nasional dengan lagu “Miliki Aku” dalam album kompilasi Indie Ten 2 tahun 2002.
Perjalanan panjang itu juga yang membuat mereka mempunyai dua album musik berbentuk kaset dan CD pada tahun 2004 dan 2008. Shakey saat ini adalah format ke 3 dengan beranggotakan empat personil yaitu Dinno (vocal), Opik (Bass), Dionn (keyboard), Andrie (drum).
Genap perjalanan 25 tahun mereka. Shakey meluncurkan single “Yang Ada Padamu” yang menjadi kerinduan tersendiri bagi penggemarnya. Single yang begitu lama ditunggu ini tetap mempertahankan warna dan corak musik Shakey. Rasa otentik timbre vokal Dinno menjadi ciri khas setiap lagu yang dikeluarkan. Nuansa Pop-Rock pada single “Yang Ada Padamu” ini juga tetap memberi sentuhan Shakey tahun 2000-an awal dimana kental dengan distorsi dan ketukan drum yang tight,
Di tahun 2025 ini Shakey, juga merilis album-album terdahulunya di kanal musik digital yang memberikan nafas baru bagi Shakey untuk kembali berkarya. Dinno, vokalis dari Shakey juga adalah penulis lagu dalam single baru shakey dimana ia adalah pencipta lagu-lagu beberapa artist ternama seperti Rossa, Rio Febrian, Nagita Slavina dan memproduseri lagu-lagu seperti Anneth, Armand Maulana, Ruth Sahanaya dan beberapa artist lainnya. Opik, bassis dari band ini juga punya peran bermusik bersama Seventeen, Armada dan banyak musisi lainnya.
“Yang Ada Padamu” jadi lagu pertama yang dirilis Shakey untuk menjadi momentum lahirnya band ini. Di produseri oleh Sasi Kirono, Shakey menunjuk Sasi karena kiprahnya tak main-main dalam memproduseri musisi Jogja seperti Putri Ariani.
“Yang Ada Padamu” bercerita tentang seseorang yang mengagumi seorang lain. Dimana ia belum dapat memilikinya namun dalam hati kecilnya ia akan bisa mendapatkan hati seseorang itu nantinya.
Kali ini, Shakey merilis single ini dengan konsentrasi promo di Radio. Radio adalah platform musik yang membersamai Shakey dalam berkarya sejak dulu. Mereka betul-betul besar di Radio, khususnya di Yogyakarta. Dimana karya pertama mereka di perkenalkan pertama kali oleh Radio di Yogyakarta. Karenanya, bagi Shakey, Radio adalah partner yang sangat berarti bagi perjalanan mereka.
iMusic.id – Sulit rasanya menutup mata dari lagu ini. Ada kejujuran yang berdesir pelan di balik nada riang “Kura-Kura”, kolaborasi antara Stand Here Alone (SHA) dan Tresno, sang vokalis legendaris Tipe-X. Lagu ini bukan sekadar kisah patah hati yang dibungkus jenaka, tapi semacam pengakuan halus bahwa cinta memang kerap berakhir dengan cara yang tidak gagah-gagah amat. Kadang lucu, getir, bahkan absurd. Seperti kisah pria yang ditinggal kekasihnya demi seseorang yang, entah kenapa, “berwajah seperti kura-kura.”
Namun justru di situlah letak keindahannya. “Kura-Kura” adalah cara Stand Here Alone dan Tresno mengubah duka jadi tawa, mengubah kecewa jadi bahan bakar untuk bernyanyi lebih kencang. Mereka seperti ingin bilang: jangan gentar meskipun ditikung reptil, sebab bahkan orang dengan paras hewan melata pun kadang bisa mengajari kita cara menerima nasib dengan elegan, patah hati tidak lagi tentang meneteskan air mata, tapi menghasilkan nada-nada yang membuat dada sesak dan bibir tersenyum di waktu yang sama.
Lagu kolaborasi Stand Here Alone dengan Tresno ini, dengan segala kesederhanaannya, mengingatkan bahwa kita tak berhak untuk dibuat sedih. Dunia sudah terlalu riuh untuk ditambahi keluh kesah yang tidak perlu. “Kura-Kura” hadir seperti kawan lama yang menepuk bahu, berkata pelan: sudahlah, tidak semua janji harus ditepati, tidak semua cinta harus berakhir bahagia, dan tidak semua luka harus disembuhkan, beberapa cukup ditertawakan.
Melalui proyek Album Nusantara, Stand Here Alone menunjukkan bahwa punk dan ska tak melulu soal pemberontakan, tapi juga tentang kelapangan hati. “Kura-Kura” menjadi semacam pernyataan lembut bahwa kehilangan bisa seindah pertemuan, bahwa humor adalah selimut terbaik bagi hati yang pernah robek, dan bahwa hidup, betapapun kejamnya, masih pantas ditertawakan, terutama ketika cinta pergi bersama seseorang yang bahkan kura-kura pun mungkin enggan bercermin padanya.
Single “Kura-Kura” sudah tersedia di seluruh platform digital dan video musiknya dapat disaksikan di kanal YouTube resmi Stand Here Alone.
iMusic.id – Setelah merilis single perdana berjudul “Ku Rindu” ciptaan Andri Ikola, penyanyi sekaligus penulis lagu Sundari Gasong kini memperkenalkan karya terbarunya bertajuk “Sedih” sebagai single kedua. Berbeda dari karya sebelumnya, lagu ini merupakan ciptaan Sundari sendiri.
“Penggarapan single kedua ini tidak jauh berbeda dengan proses single pertama. Aku tetap mempercayakan Debios Ikola sebagai Music Director dan Sis Akbar untuk proses mixing dan mastering. Aku juga tetap berdiskusi dengan kakak kandungku, Andri Ikola, hingga lagu “Sedih” siap dirilis,” ujar Sundari Gasong.
Lagu “Sedih” pertama kali ditulis Sundari Gasong pada tahun 2009. Lagu ini mengangkat kisah tentang kesedihan seorang jomblo yang memendam perasaan cinta tanpa keberanian untuk mengungkapkan.
“Lagu ini sebenarnya dibuat untuk adik kelas aku, Mega F. Yohana, alumni SMAN 1 Boedoet Jakarta angkatan 2008. Terinspirasi dari seorang laki-laki yang dulu menjadi pemujanya,” tutur Sundari Gasong.
Dalam single ini, Sundari sengaja menghadirkan konsep musik yang sederhana, agar pendengar dapat lebih merasakan emosi sedih yang menjadi inti cerita lagu tersebut.
Single “Sedih” resmi dirilis pada 12 Desember 2025 di seluruh digital music platform. Sementara video musiknya akan menyusul dan direncanakan tayang di kanal YouTube resmi Sundari Gasong setelah proses produksi rampung.
Sundari juga menyampaikan pesan khusus kepada pendengar:
“Buat para jomblo, cobain deh dengerin lagu ini pas lagi sedih. Insya Allah sedihnya dapet.”