Connect with us

iMovies

“Superman & Lois” Segera Tayang Eksklusif Di Warner TV.

Published

on

iMusic – Dalam serial DC terbaru Superman & Lois, Sang Manusia Baja dan jurnalis terkenal dari buku komik kembali ke Smallville, untuk menjalani tantangan terbesar mereka – menjadi orangtua pekerja dan membesarkan dua anak laki-laki.

Serial ini tayang pada hari yang sama dengan A.S. 24 Februari jam 20.00 WIB eksklusif di Warner TV. Episode selanjutnya tayang setiap Rabu jam 20.50 WIB di Warner TV. Tayangan spesial setengah jam, Superman & Lois: Legacy of Hope, memperkenalkan serial yang akan tayang setelah episode pilot pada jam 21.15 WIB 24 Februari nanti.

Setelah bertahun-tahun menghadapi para penjahat super dan gila, monster-monster yang mendatangkan bencana di Metropolis, dan serbuan alien yang bermaksud memusnahkan manusia, Super Hero paling terkenal di dunia, Sang Manusia Baja alias Clark Kent (Tyler Hoechlin) dan jurnalis paling terkenal dalam buku komik, Lois Lane (Elizabeth Tulloch), harus berhadapan langsung dengan tantangan terbesar mereka – berkutat dengan segala stress, tekanan, dan kerumitan sebagai orangtua pekerja di lingkungan sosial masa kini.

Kerepotan membesarkan dua anak lelaki meeka, Clark dan Lois juga harus memperhatikan anak mereka, Jonathan (Jordan Elsass) dan Jordan (Alexander Garfin) apakah mewarisi kekuatan super Kryptonit ayahnya seiring perkembangan mereka.

Kembali ke Smallville untuk menangani beberapa urusan keluarga Kent, Clark dan Lois bertemu lagi dengan Lana Lang (Emmanuelle Chriqui), pekerja bank setempat yang juga pernah menjadi cinta pertama Clark, dan suaminya yang menjadi Kepala Pemadam Kebakaran Kyle Cushing (Erik Valdez).  Bukan mereka saja yang kembali menjalin pertemanan di Smallville tetapi anak-anak Kent juga menjalin pertemanan dengan puteri Lana dan Kyle yang pembangkang, Sarah (Inde Navarrette). 

Tentu saja, tak ada momen membosankan dalam kehidupan sang pahlawan, terutaman bersama ayah Lois, Jenderal Samuel Lane (Dylan Walsh) yang mencari Superman untuk menaklukkan penjahat atau melakukan penyelamatan pada waktunya. Sementara itu, kembalinya Superman dan Lois ke Smallville yang asri, ternyata sudah diatur untuk dikalahkan saat sosok asing yang misterius (Wolé Parks) dan mogul yang emosional, Morgan Edge (Adam Rayner) memasuki kehidupan mereka.

Hoechlin dan Tulloch pernah muncul sebagai karakter ikonik tersebut dalam beberapa episode di serial DC Super Hero Arrow.

Tulloch, yang berperan sebagai Lois Lane, mengatakan, “Sejak awal, ia kembali ke masa saat karakter ini diperkenalkan pada tahun 1938, Lois Lane sebagai sosok yang menentang pendapat masyarakat tentang bagaimana perempuan seharusnya berperilaku. Perempuan dalam hal ini kebanyakan digambarkan sebagai sosok sopan, namun Lois selalu bersikap teguh pada pendirian, tanpa basa-basi, keras kepada dan wanita karir. Salah satu alasan mengapa ia sangat menarik selama bertahun-tahun adalah karena dia juga lemah, tak sempurna, romantis, konyol dan pemalu – menurutku dia sangat menarik.”

Tulloch menambahkan, “Saya mendapati bahwa Lois menginspirasi dalam hal bagaimana menanggapi omong kosong tentang apa yang dipikirkan orang tentang dirinya. Ia tidak melakukan pekerjaannya untuk mendapat Pulitzer atau penghargaan, dia melakukannya karena dia percaya pada keadilan dan kebenaran.

Dia benar-benar pekerja keras yang penuh semangat dan tekad kuat, dan mewujudkannya dalam pepatah “membuat perubahan seperti yang ingin kamu lihat di melihat dunia.” Dia tidak terintimidasi oleh siapapun. Ia ingin menyelamatkan dunia dengan kata-kata.”

Hoechlin yang berperan sebagai Superman/Clark Kent membahas tentang pakaian Superman, “Saya mendapati bahwa pakaian baru ini merepresentasikan serial ini. Seperti halnya pakaian yang unik dan berbeda dari sebelumnya, kisah yang kami ceritakan tentang Clark/Superman pada bagian ini dalam kehidupannya yang unik dan sesuatu yang belum pernah kita lihat sebelumnya.

Saya bangga memiliki kesempatan mengenakan pakaian ini dan bertanggung jawab saat memakainya. Namun selalu menarik ketika saya ditanya bagaimana rasanya “pakaian baru saya” karena saya selalu merasa pakaian itu bukan milik saya; tetapi milik siapapun yang menemukan semacam makna melalui pakaian itu; lewat simbol di dada. Saya hanya kebetulan yang memakainya. Saya datang dari dunia baseball dan sejumlah pelatih yang selalu menyampaikan bahwa nama di seragam lebih penting dari apa yang ada di belakang. Karena ketika mengenakan seragam, artinya merepresentsikan bukan hanya diri kita, tetapi seluruh tim, dan setiap orang yang pernah mengenakan seragam yang ada sebelum Anda. Maka ketika saya mengenakan pakaian itu, begitulah yang maknanya bagi saya. Pakaian itu merepresentasikan apapun yang Superman lakukan dan perjuangkan, untuk hampir satu abad. Dan saya berharap dapat melanjutkan tradisi ini.”

Pakaian baru Superman, dirancang oleh Laura Jean Shannon dan dibuat oleh tim Supersuits L.A. miliknya bersama  Creative Character Engineering, dengan sentuhan klasik dan tak lekang oleh waktu yang keduanya mengingatkan pada sosok Superman – dimana kita tumbuh bersama namun tetap membumi dan menampilkan pakaian itu dalam dunia modern dengan teknik dan aplikasi terkini.

Shannon mengatakan, “Kami memasukkan Superman dalam pakaian atletik terinspirasi dari Super-Boots sebagai suatu “titik tolak” dan difokuskan pada garis leher dan jubah baru untuk memaksimalkan gerakan dan lambaian yang sering kita lihat dalam buku dan film, dan menjadi ciri khas karakter ini sejak dulu. Struktur otot yang padat dan pewarnaan terkini digabungkan dengan garis desain yang dinamis serta sabuk lapis baja, semua menjadikan kain khusus ini menyatu dalam suatu tampilan baru bagi Superman dalam Superman & Lois.” (FE)

iMovies

Tayang di 2026, film “Dalam Sujudku” hadirkan konflik tragis

Published

on

iMusic.id – Film drama keluarga terbaru yang dinanti-nantikan, Dalam Sujudku, secara resmi diperkenalkan melalui penayangan khusus yang diadakan oleh Project 69 di Queens Head Kemang, Jakarta, pada Jumat (12/12/2025).

Meskipun baru akan tayang serentak di bioskop seluruh Indonesia pada tahun 2026, antusiasme sudah terasa, terutama karena film “Dalam Sujudku” ini menjanjikan narasi yang sangat kuat dan dekat dengan realitas kehidupan sehari-hari, berpusat pada badai yang menguji fondasi sebuah rumah tangga.

Kisah “Dalam Sujudku” ini dengan lugas menyoroti bagaimana goncangan terbesar dalam hubungan suami istri dapat merusak kebahagiaan yang telah dibangun, memaksa pasangan tersebut untuk bergumul dengan keputusan sulit demi mempertahankan ikatan keluarga.

Inti dari cerita “Dalam Sujudku” ini berfokus pada dinamika kehidupan rumah tangga Farid, yang diperankan oleh Marcell Darwin, dan Aisyah, yang dibintangi oleh Vinessa Inez, sepasangan suami istri yang awalnya hidup harmonis bersama dua buah hati mereka. Titik balik dramatis terjadi ketika karir Farid menanjak pesat dan mengharuskannya pindah ke Jakarta, sebuah momentum yang seharusnya menjadi pencapaian namun justru menjadi pemicu keretakan. Di kantor barunya, Farid bertemu dengan rekan kerja, Rina (Naura Hakim), yang lambat laun memikat hatinya setelah sering terlibat dalam proyek kerja bersama, menciptakan sebuah chemistry terlarang yang mulai mengikis kesetiaan dalam pernikahannya.

Walaupun tak selalu mendampingi suaminya di Jakarta, Aisyah di rumah merasakan firasat kuat bahwa ada sesuatu yang tidak beres dengan Farid, mengisyaratkan bahwa ikatan batin mereka masih terhubung meski jarak memisahkan. Sayangnya, kecurigaan Aisyah berujung pada kenyataan pahit, ketika Farid memilih untuk menikahi Rina, meninggalkan Aisyah dalam keadaan luka batin yang mendalam.

Vinessa Inez, yang memerankan Aisyah, menggambarkan peran ini sebagai tantangan emosional yang besar. Mengenai karakternya, ia menyampaikan, “Aisyah berusaha tegar meskipun hatinya diguncang situasi yang rumit. Aku ingin penonton bisa merasakan pergolakan itu, terutama saat ia harus berdamai dengan dirinya sendiri.”

Rico Michael selaku sutradara tertarik menjadikan alur yang rumit ini sebagai film drama yang kuat karena juga ingin menampilkan karakter Rina, orang ketiga, dengan latar belakang trauma psikologis yang mendalam, sehingga “penonton nggak sekedar ‘terima jadi’ karakternya sebagai perebut suami orang,” namun dapat memahami dimensi kemanusiaannya.

Rico Michael menegaskan bahwa film ini lahir dari keinginan untuk mengangkat cerita yang aktual dan relate dengan kehidupan masyarakat, sebuah komitmen yang akan ia lanjutkan pada proyek film berikutnya yang akan mengangkat isu teror video asusila di media sosial. Hal ini menunjukkan ambisi Project 69 untuk menyajikan karya yang tidak hanya menghibur, tetapi juga memicu refleksi sosial.

Keunikan lain dari “Dalam Sujudku” adalah lokasinya yang beragam, meliputi Cimahi, Jakarta, dan Garut, yang turut memperkaya visualisasi dan nuansa cerita, menjauhkan kesan studio semata.

Meskipun judul dan posternya mungkin menyiratkan cerita drama religi, Rico Michael secara spesifik menjelaskan bahwa film ini tidak bermaksud menonjolkan aspek religius, melainkan lebih menekankan pada “usaha mempertahankan keluarga” dalam kondisi yang sangat sulit. Penekanan ini mengarahkan fokus cerita pada nilai-nilai universal tentang komitmen, pengorbanan, dan proses pemulihan. Salah satu adegan yang berhasil membalikkan emosi penonton adalah saat Farid merasakan frustrasi mendalam atas kehancuran keluarganya, momen yang sukses mengubah rasa gemas dan sebal penonton terhadap karakter tersebut menjadi rasa iba.

Sementara itu, Mamu Black Sweet sebagai pengarah musik memberi sentuhan emosional mendalam di film ini. Kontribusi Mamu Black Sweet dalam menggarap musik menjadi elemen krusial yang menyempurnakan atmosfer dramatis film ini.

Film “Dalam Sujudku” diperkuat juga oleh jajaran aktor ternama seperti Riyuka Bunga, Dominique Sandra, Chika Waode, Momo Mariska, hingga Dennis Adhiswara.

Continue Reading

iMovies

Film “Musuh Dalam Selimut” kisah cinta segitiga yang berbeda

Published

on

iMusic.id – Disutradarai Hadrah Daeng Ratu, film “Musuh Dalam Selimut” menghadirkan cerita tentang pengkhianatan yang muncul dari lingkar paling dekat, mengangkat fenomena yang kerap terjadi di kalangan anak muda dan pasangan pengantin baru masa kini, ketika sosok “teman” justru menjadi ancaman dalam rumah tangga.

Trailer “Musuh Dalam Selimut” memperlihatkan Gadis (Yasmin Napper) dan Andika (Arbani Yasiz) yang sedang membangun rumah tangga dengan rasa percaya yang tampak kokoh di awal. Namun kedekatan pertemanan yang masuk ke wilayah personal perlahan menggeser batas, terutama ketika Suzy (Megan Domani) semakin sering berada di pusat kehidupan mereka.

Hadrah Daeng Ratu menegaskan bahwa “Musuh Dalam Selimut” tidak berdiri sebagai kisah cinta segitiga konvensional. Menurutnya, penguatan latar karakter dan storytelling tiap tokoh menjadi kunci agar penonton memahami alasan di balik keputusan yang diambil setiap karakter.

“Background karakter yang kuat di “Musuh Dalam Selimut” menjadi penting agar penonton tahu alasan yang dilakukan oleh mereka. Kisah perselingkuhan bukan hanya sekadar cinta segitiga biasa, tapi menceritakan trauma-trauma yang dihadapi karakter dalam menjalani hidupnya setelah melewati banyak luka,” ujar Hadrah.

Ia menjelaskan, konflik inti film ini dibangun secara bertahap melalui kedekatan pertemanan yang terasa wajar terlebih dahulu. Dari sana, hubungan itu perlahan masuk ke dalam circle kehidupan tokoh utama, menanamkan berbagai informasi yang memantik kecurigaan hingga mendorong pencarian bukti tentang pengkhianatan yang terjadi.

“Dimulai dari membangun hubungan yang akrab dulu dari sebuah pertemanan, pelan-pelan sahabat itu masuk ke dalam circle kehidupan tokoh utama, membangun banyak planting informasi kecurigaan yang mengarah pada pencarian bukti kebenaran,” katanya.

Hadrah menambahkan, pada akhirnya penonton akan dibawa pada kejelasan posisi konflik, termasuk siapa yang protagonis dan siapa yang antagonis di penghujung cerita.

Poster resmi yang dirilis bersamaan dengan trailer mempertegas nuansa intim sekaligus mencekam, mengisyaratkan bahwa ancaman terbesar tidak selalu datang dari luar, melainkan bisa bersembunyi di balik kehangatan relasi yang selama ini dipercaya.

Dengan tensi psikologis dan emosi yang dibangun perlahan, Musuh Dalam Selimut menawarkan pengalaman menonton yang lebih berlapis tentang cinta, loyalitas, luka, dan batas pertemanan yang bisa berubah menjadi bencana.

Film “Musuh Dalam Selimut” ini akan tayang di bioskop mulai 8 Januari 2026.

Continue Reading

iMovies

Film horor “Danyang Wingit Jumat Kliwon” lekat dengan kultur budaya lokal

Published

on

iMusic.id – Antusiasme penonton terhadap “Danyang Wingit Jumat Kliwon” memuncak. Hanya beberapa jam setelah konferensi pers, lebih dari 3.000 tiket untuk Gala Premiere resmi ludes. Momentum ini menjadi sinyal kuat bahwa gelombang horor berbasis kultur Nusantara terus menemukan penontonnya.

Diproduksi oleh Khanza Film Entertainment, dan film ini disutradarai sekaligus diproduseri oleh Agus Riyanto dengan naskah karya Dirmawan Hatta. “Danyang Wingit Jumat Kliwon” menautkan atmosfer ritual, pusaka, dan mitos danyang dengan drama psikologis tentang harga sebuah ambisi mengarahkan teror bukan semata pada sosok gaib, tetapi pada keputusan-keputusan manusia yang rapuh.

Pesan moralnya tegas: hasrat akan kekuasaan dan keabadian dapat mengikis akal sehat pada titik itu, “hasrat manusia” tampil lebih menakutkan daripada perwujudan iblis itu sendiri. Celine Evangelista memerankan Citra, keponakan Mbok Ning asisten setia Ki Mangun. Citra direkrut sebagai sinden baru di sebuah padepokan, namun di balik panggilan seni itu, ia diam-diam ditetapkan sebagai tumbal terakhir dalam ritual keabadian.

Untuk memperdalam peran, Celine menjalani riset langsung ke pertunjukan wayang, mempelajari dunia nembang, dan berlatih intensif bersama acting coach.

“Saya menonton pertunjukan wayang secara langsung dan riset dari banyak aspek, karena nembang itu tidak mudah. Proses belajarnya cukup menantang, tapi justru itu yang membuat saya tertarik mengambil film ini. Saya juga ingin membuat orang-orang lebih peduli terhadap kesenian tradisional,” ujar Celine.

Di balik itu, Agus Riyanto menegaskan arah nilai yang ingin diantar pulang oleh penonton ialah. “Kita ingin mengangkat bahwa nilai budaya harus di atas nilai mistis yang tertinggal di dalamnya. Pada akhirnya penonton setelah keluar dari ruangan bioskop, membawa pesan, wayang adalah budaya Indonesia yang indah yang harus diperkenalkan ke setiap generasi, Bukan hal hal mistis yang dapat disalahgunakan untuk hal buruk.” kata Agus.

Dengan pijakan itu, “Danyang Wingit Jumat Kliwon” bukan hanya menghidupkan figur-figur penjaga tak kasat mata dalam khazanah lokal, tetapi juga mengangkat konflik keluarga dan konsekuensi ritual sebagai inti emosi cerita membuat teror terasa personal, berlapis, dan relevan. Ludesnya 3.000+ tiket Gala Premiere menjadi validasi awal bahwa perpaduan horor tradisi dan drama psikologis ini memiliki daya pikat kuat untuk peredaran nasional.

Continue Reading