iMusic – The King’s Cradle, akrab dipanggil TKC
terbentuk pada tanggal 1 September 2017 di Jakarta Selatan.
Berawal dari Bob berencana membuat band trio yg mengusung genre punkrock, lalu ia mengajak Ncis untuk
mengisi posisi bass dan Ogay sebagai drummer.
Pada
dasarnya hobi kami bertiga adalah bermain musik dan juga untuk menghilangkan
kebosanan rutinitas sebagai pekerja. Kami sepakat membentuk sebuah band yg kami
beri nama ‘The King’s Cradle’.
Arti
dari nama The King’s Cradle sendiri diambil dari kata Cradle yg berarti masa
dimana kita ditimang-timang dan tidur diatas ayunan yg empuk layaknya seorang
raja (The King). Jadi, kesimpulannya kami merindukan masa kecil.
Tak lama
kemudian Ogay memutuskan untuk fokus terhadap keluarga dan pekerjaannya. Lalu
posisi drum digantikan oleh Ncex. Setelah beberapa kali jamming di studio dan
manggung, ncex memilih untuk fokus untuk pekerjaannya juga.
Kami
sempat vakum beberapa bulan karena kekosongan pada drummer dan diawal 2019
posisi drum diisi oleh Tegar hingga saat ini. Di formasi saat ini pula
kami berhasil menyelesaikan album pertama kami yg di beri judul ‘Homeless‘. Yg bisa kalian dengarkan di youtube dan digital
platform.
Terima kasih kepada Allah SWT akhirnya kami berhasil
menyelesaikan album pertama kami yg di beri judul ‘Homeless’. Terima kasih juga
kepada keluarga, saudara, teman yg sudah membantu dalam proses penyelesaian
album ini.
Terima kasih juga kepada bang Nabil dari Playrecord
jakarta yg juga sudah membantu kami mengerjakan lagu-lagu kami, kepada Tama dari band Shine yg juga sudah
membantu kami mengerjakan official music video kami. Pada hari ini
12 September 2020 album kami resmi di rilis di label kami Musicoloid.
Album ini berisi 10 lagu dan 1 Intro yaitu: Homeless, A Broken Dream, Imprisoned, Waiting, Kids, Introvert, Persahabatan dan Waktu, Radio Tua, Luka Penghormatan, Black Promise. Dimana konsep album kami, ‘ada beberapa lagu’ memiliki konsep cerita yg berkesinambungan dari 1 lagu ke lagu berikutnya dan terdapat satu lagu yg sudah kami buat official music video yaitu Persahabatan dan Waktu. (FE)
iMusic.id – Band modern rock alternative bernuansa emo asal Kota Batik, Tears Don’t Lie, kembali menghadirkan karya emosional yang menyentuh hati. Kali ini, mereka merilis single ketiga bersama dengan musik video berjudul “Hancur” yang secara resmi dirilis pada 30 Juni 2025.
Dalam lagu ini, Tears Don’t Lie menggandeng Savira Razak, mantan vokalis Killing Me Inside, untuk ikut duet mengisi bagian vokal. Kehadiran Savira memberikan warna baru yang kuat, emosional, dan penuh luka, sangat cocok dengan nuansa gelap lagu ini.
“Hancur” bercerita tentang seseorang yang kehilangan cinta sejatinya, bukan karena perpisahan biasa, melainkan karena sang kekasih telah pergi untuk selamanya. Lagu ini membingkai kesedihan mendalam saat seseorang mencoba menerima kenyataan pahit bahwa orang yang dicintai tak akan pernah kembali. Dengan aransemen yang dramatis dan lirik yang menggugah, Tears Don’t Lieberhasil menyampaikan rasa duka dengan cara yang indah namun tetap emosional.
Formasi band Tears Don’t Lie saat ini terdiri dari: Oji (Vocals), Didi (Gitar), Ekky (Gitar + Vokal), Tegar (Bass), Tommy (Gitar), dan Yunan (Drum).
Tak hanya menghadirkan kolaborasi vokal, dalam produksi lagu ini Tears Don’t Lie juga bekerja sama dengan Ian Natha dari PolarityAudio sebagai Co-Producer, yang berhasil menambahkan elemen modern dan kedalaman emosional ke dalam komposisi lagu, menjadikannya salah satu karya paling matang dalam diskografi band ini sejauh ini.
Dengan paduan rock alternatif, sentuhan emo, serta produksi modern, “Hancur” diharapkan bisa menjadi soundtrack bagi mereka yang pernah kehilangan dan masih mencoba untuk bangkit.
“Hancur” is here, a new anthem born from pain, wrapped in distortion and honesty. Only from Tears Don’t Lie. Single dan Music Video “Hancur” sudah tersedia di berbagai platform streaming musik digital, seperti Spotify, Apple Music, dan YouTube Music, mulai tanggal 30 Juni 2025.
iMusic.id – Semakin dewasa, semakin banyak belajar bahwa apa yang dilakukan selama ini tidak selalu berhasil, proses ini pasti dilewati banyak orang. Assia Keva merilis sebuah lagu dari pengalaman pribadi tentang hubungan dengan sang ayah.
Lagu ini bikin kita merefleksikan diri dan memulai membuka lembaran baru bagi siapa pun yang pernah mengalami retaknya hubungan karena miskomunikasi, atau mungkin karena ego tak terkendali.
Lagu berjudul “Can We Be Friends Again ?”, ditulis dan diproduseri oleh Pamungkas, Musisi dan Pelantun To The Bone, Kenangan Manis, Monolog.
Ditulis sebagai surat permintaan maaf yang jujur ditujukan untuk ayah, “Can We Be Friends Again?” berbicara tentang keinginan memperbaiki sebuah hubungan entah itu hubungan cinta, pertemanan, atau keluarga yang sempat hancur karena ketidaksiapan emosional di masa lalu.
“Kadang kita butuh waktu lebih lama untuk mengerti, butuh versi baru dari diri sendiri untuk bisa menghargai apa yang dulu kita abaikan,” ungkap Assia.
Lewat lirik yang reflektif seperti sedang melakukan percakapan, Assia Keva menghadirkan kehangatan yang membalut luka. Lagu ini menjadi semacam pelukan emosional bagi siapa pun yang pernah kehilangan seseorang karena pilihan yang disesali namun diam-diam masih menyimpan harapan untuk memberi ruang kedua.
“Lagu ini bukan tentang kembali ke masa lalu,” lanjutnya, “tapi tentang belajar menjadi versi diri yang lebih baik dan mungkin, membuka kesempatan kedua.”
Dengan “Can We Be Friends Again ?”, Assia Keva sekali lagi menunjukkan kemampuannya merangkum emosi kompleks dalam karya yang sederhana, jujur. (FE)
iMusic.id – Grup musik Elektronik Weird Genius kembali mengguncang industri musik dengan kolaborasi energik bersama rapper naik daun PB GLAS. Sebuah single yang menyuguhkan genre Hard Techno dengan gabungan elemen psytrance. Lagu ini memancarkan nuansa yang gelap, menghipnotis, sangar, dan agresif.
Diproduksi oleh Reza Oktovian, Eka Gustiwana, dan Roy Leonard dan ditulis oleh Natalia Phoebe (PB GLAS), ‘Witch Hunt’ menggambarkan seseorang yang diburu oleh masyarakat, mengekspresikan perkembangan emosi dari kesenangan, kegilaan, amarah, yang semuanya bercampur menjadi satu. Ide ‘Witch Hunt’ menurut PB berasal dari masa ketika perempuan dituduh, dan dituntut sebagai penyihir karena kebencian terhadap marginalisasi sosial & gender.
‘It’s a hunting game’, permainan berburu ini diungkapkan dengan lirik yang padat dan mengalir oleh PB GLAS, mendorong pendengar untuk ikut serta dalam permainan berburu yang disuguhkan dengan alunan musik bertempo tinggi.
Sudah menjadi tradisi bagi Weird Genius dalam mencari talenta baru dan berpotensi tinggi, dan kali ini, trio aneh tapi jenius ini menampilkan ‘PB GLAS’ sebagai kandidat yang memberikan warna baru dalam musik Weird Genius. Dengan memadukan aransemen berintensitas tinggi serta paduan vokal PB GLAS yang intens, menjadikan ‘Witch Hunt’ sebagai pernyataan arah baru mereka. (FE)