Connect with us

iMovies

Studio Ghibli rilis Film Castle In The Sky

Published

on

iMovie – Kabar gembira bagi fans Studio Ghibli di tanah air karena Castle in The Sky, film legendaris dari studio animasi nomor satu di Jepang, telah hadir di layar lebar akhir pekan ini.

Bekerja sama dengan CGV Indonesia, film legendaris dari Hayao Miyazaki akan ditayangkan mulai hari ini hingga hari Minggu,10 Desember 2017 di 9 kota yaitu Jakarta, Depok, Tangerang, Bekasi, Bandung, Cirebon, Medan, Yogyakarta, dan Surabaya.

“Film Castle in The Sky merupakan film nostalgia yang tak lekang oleh waktu” ujar Tomofumi Fukuda, Presiden Direktur dari Marubeni Corporation, salah satu partner dari Studio Ghibli di Indonesia.

Castle in The Sky atau yang lebih dikenal dengan Laputa terinspirasi dari salah satu nama pulau terbang di perjalanan fiksi Welsh, Gulliver’s travel, karya Jonathan Swift. Castle in the Sky juga telah memenangkan Animage Anime Grand Prix pada tahun 1986.

Dimulai sejak bulan Maret 2017 hingga kini, The World of Ghibli Jakarta, Marubeni Corporation, dan Hakuhodo telah menghadirkan film festival dan juga pameran terbesar Studio Ghibli di Indonesia.

“Tahun 2017 merupakan tahun perdana Studio Ghibli melebarkan sayapnya ke Indonesia. Kami berharap di tahun 2018 semua kegiatan dapat dieksekusi dengan jauh lebih baik demi para fans setia Studio Ghibli di Indonesia.”ujar Fukuda kembali menambahkan.

Tahun depan rangkaian film akan dimulai dengan kisah  dari film Kiki’s Delivery Service dan From Up on Poppy Hill, Arriety dan Pom Poko, Porco Rosso, Hayao Miyazaki dan When Marnie Was There.

Informasi mengenai jadwal dan pembelian tiket rangkaian film Studio Ghibli dapat

diperoleh dari situs worldofghibli.id dan cgv.id.

(@dykdyka)

iMovies

Film romantis “The Architecture of Love” tayang 30 April 2024

Published

on

iMusic.id — Kisah romansa terbaru dari novel best seller karya Ika Natassa diadaptasi ke dalam Film “The Architecture of Love (TAOL)” karya sutradara Teddy Soeriaatmadja, produser Chand Parwez Servia, dan rumah produksi Starvision, Karuna Pictures dan Legacy Pictures akan menghanyutkan penonton Indonesia di Bioskop mulai 30 April 2024. Dibintangi dua pemeran berbakat dan peraih Piala Citra FFI, Nicholas Saputra dan Putri Marino, akan mengaduk hati penonton dengan perjalanan keduanya yang penuh dinamika.

Film “The Architecture of Love (TAOL)” mengikuti kisah Raia (Putri Marino) dan River (Nicholas Saputra). Dalam kesendirian dan keputusasaan seorang penulis best seller yang tak lagi mampu menulis, Raia memutuskan terbang ke New York mengejar inspirasi. Kota ini mempertemukannya dengan River, arsitek dari Jakarta yang misterius. Perjumpaan itu menjadi awal pertemanan ‘rahasia’ di antara keduanya, meski ada bom waktu yang sewaktu-waktu bisa meledak. River dan Raia sama-sama punya tragedi yang menjadikan mereka jiwa-jiwa kesepian. Mereka bisa saling menyembuhkan tapi bisa juga saling melukai.

Film “The Architecture of Love (TAOL)” merupakan universe dari “Critical Eleven,” film adaptasi dari novel best seller Ika Natassa yang juga diproduksi Starvision, bersama Legacy Pictures dari produser Chand Parwez Servia. Naskah filmnya ditulis oleh Alim Sudio dan Ika Natassa, yang juga sudah beberapa kali bekerja sama dengan Starvision dan berada di balik skenario film-film adaptasi novel Ika Natassa.

“Film TAOL adalah kisah yang akan menghangatkan hati penonton Indonesia melalui romansa yang penuh dengan lautan emosi dari Raia dan River. Penonton akan diajak mengikuti dinamika yang terjadi di antara dua jiwa yang sebenarnya sama-sama menjalani trauma dengan kesepiannya di kota New York. Semoga Film TAOL bisa memberikan hiburan yang juga mengaduk emosi para penonton dari akting memukau Nicholas Saputra dan Putri Marino, dan cerita yang luar biasa dari Ika Natassa, dengan eksekusi Teddy Soeriaatmadja yang apik” kata produser Film TAOL Chand Parwez Servia.

Sutradara Teddy Soeriaatmadja menambahkan, kehadiran Nicholas Saputra dan Putri Marino dalam satu layar merupakan sebuah momen spesial. Keduanya mampu menerjemahkan dua karakter dari cerita yang ada di dalam skenario, dengan arahan Teddy. Selain itu, Teddy juga mengatakan, film TAOL menjadi kerja kolaborasi antar sineas dua negara. “Nicholas dan Putri adalah keistimewaan. Lebih istimewa lagi karena film ini merupakan kerja kolaborasi dari para kru film Indonesia dan kru Amerika, untuk menciptakan dunia dalam film TAOL yang romantis, yang getir, melalui lanskap arsitektur New York,” kata sutradara TAOL Teddy Soeriaatmadja.

Sementara itu, penulis Ika Natassa, yang terlibat sejak awal pengembangan cerita hingga akhir produksi film, mengatakan tidak sabar ingin memperlihatkan Film “The Architecture of Love (TAOL)” untuk penonton Indonesia. Para pemeran di film ini, merupakan jajaran pemeran yang diidamkan oleh Ika Natassa.

“Film TAOL ini benar-benar melampaui ekspektasi saya. Duet Nicholas Saputra dan Putri Marino di sini benar-benar magis! Selesai diaduk-aduk selama mengikuti jalinan ceritanya lewat adegan demi adegan, timbul rasa hangat dan rindu di hati untuk cepat-cepat menonton lagi, itu yang saya rasakan. Ibarat jatuh cinta, film ini bikin kangen dan candu,” kata Ika Natassa.

Nicholas Saputra, yang juga memiliki latar belakang pendidikan arsitektur mengatakan, perannya sebagai River di film TAOL tetap mengacu pada karakterisasi yang ada di skenario dan juga karakter di dunia ceritanya.

“River adalah tokoh yang kompleks karena melewati pengalaman emosi yang besar di dalam hidupnya. Lewat skenario yang menghidupkan kisahnya, saya sangat terbantu oleh arahan Teddy Soeriaatmadja untuk bisa menghidupkan River di depan layar, dan bersama dengan Putri Marino, tentu pengalaman yang membuat saya belajar tentang banyak hal baru. Sosok yang berbakat dengan kualitas akting dan etos kerjanya yang baik, banyak membantu saya untuk memerankan River,” kata Nicholas Saputra.

Pemeran Raia, Putri Marino, yang juga membaca buku The Architecture of Love sempat merasa deg-degan ketika ia memerankan karakter yang ia ikuti kisahnya. Namun, ia juga merasa senang karena Film “The Architecture of Love (TAOL)” memberikan perasaan yang menghangatkan setelah menontonnya.

“Melihat dua karakter manusia ini, Raia dan River bisa tumbuh dan menjadi nyata di layar lebar, membuat saya deg-degan tapi sekaligus haru. Film TAOL akan memberikan kehangatan untuk siapapun yang menontonnya,” tambah Putri.

Film “The Architecture of Love (TAOL)” dibintangi Nicholas Saputra, Putri Marino, Jerome Kurnia, Jihane Almira, Omar Daniel, Refal Hady, Agla Artalidia, Arifin Putra, Lydia Kandou, Willem Bevers, Jeremie J Tobing, dan Imelda Therinne. Film “The Architecture of Love (TAOL)” akan menghangatkan hati penonton Indonesia mulai 30 April 2024 di seluruh bioskop Indonesia.

Hanyutlah bersama lautan emosi kisah romansa Raia dan River di New York! Ikuti terus perkembangan informasi terbaru tentang Film “The Architecture of Love (TAOL)” di akun Instagram resmi @filmtaol, @starvisionplus, @legacy.pictures dan akun TikTok @starvisionofficial.

Sinopsis

Raia, seorang penulis best seller yang tak lagi mampu menulis, memutuskan terbang ke New York mengejar inspirasi. Kota ini mempertemukannya dengan River, seorang arsitek yang misterius. Perjumpaan itu menjadi awal pertemanan ‘rahasia’ di antara keduanya. Mereka bisa saling menyembuhkan tapi bisa juga saling melukai.

Continue Reading

iMovies

Ikuti perjuangan Glenn Fredly lewat film “Glenn Fredly The Movie”

Published

on

iMusic.id — Nama Glenn Fredly adalah satu di antara dari sederet legenda musik Indonesia. Melodinya tentang cinta, patah hati, dan suaranya yang khas telah menyentuh banyak hati dan menginspirasi para pendengar dan masyarakat Indonesia. Empat tahun setelah kepergiannya pada April 2020, kini kisahnya dalam bermusik dan perjuangannya di dalam keluarga tersaji dalam film garapan sutradara Lukman Sardi dan produser Daniel Mananta dan Robert Ronny, “Glenn Fredly The Movie” yang tayang di jaringan bioskop Indonesia mulai 25 April 2024.

“Glenn Fredly The Movie” mengangkat tema keluarga dan musik yang menjadi nilai penting dalam hidup Bung Glenn. Kehangatan dan kasih sayang keluarga menjadi kekuatan utama bagi Glenn dalam menjalani hidupnya, termasuk dalam kariernya sebagai musisi. Film ini juga akan menampilkan beberapa momen ikonik Glenn di atas panggung, yang menunjukkan kecintaannya terhadap musik dan dedikasinya untuk menghibur dan menyentuh hati para penggemarnya.

“Tema keluarga dan musik menjadi fokus utama dalam film ini. Kami ingin menunjukkan kepada penonton bagaimana Glenn Fredly dibesarkan dalam keluarga yang unik dengan konflik tersendiri, perjuangan beliau dalam membuktikan nilai yang ia yakini, dan bagaimana musik menjadi sarana untuk meluapkan isi hatinya,” ungkap produser film “Glenn Fredly The Movie” Daniel Mananta.

“Glenn Fredly The Movie” dipersembahkan oleh Time International Films dan Adhya Pictures yang diproduksi oleh DAMN! I Love Indonesia Pictures. Dibintangi oleh pemenang Piala Citra FFI 2022 untuk Pemeran Utama Pria Terbaik Marthino Lio, Bucek, Ruth Sahanaya, Zulfa Maharani, Alyssa Abidin, Sonia Alyssa, Sahira Anjani, dan Winky Wiryawan.

“Film ini bukan hanya tentang perjalanan hidup Glenn Fredly sebagai seorang musisi, tetapi juga tentang cinta, keluarga, dan persahabatan. Kami berharap film ini dapat menginspirasi banyak orang untuk terus berkarya dan memperjuangkan apa yang mereka yakini,” tambah sutradara “Glenn Fredly The Movie” Lukman Sardi.

Aktor Marthino Lio, yang memerankan karakter Glenn Fredly dalam film ini, mengaku merasa terhormat dan bangga dapat terlibat dalam proyek ini. “Glenn Fredly adalah sosok yang sangat inspiratif bagi saya. Saya harap film ini dapat memberikan gambaran yang jelas tentang siapa dia dan apa yang dia perjuangkan,” kata Marthino Lio.

Sebelumnya, film “Glenn Fredly The Movie” juga telah menggelar special screening di Ambon, membawa keluarga Bung Glenn – Mutia Ayu dan Gewa mudik ke Ambon, pada 12 April 2024. Penayangan perdana di Ambon juga berdekatan dengan momen peringatan wafatnya Bung Glenn pada 8 April. Produser film “Glenn Fredly The Movie” Daniel Mananta mengungkapkan, special screening di Ambon ini menjadi momen haru dimana untuk pertama kalinya Mutia Ayu mengunjungi tanah kelahiran Bung Glenn sekaligus sebagai bentuk penghormatan untuk merayakan kenangan dan nilai-nilai yang selalu diyakini Bung Glenn.

Tonton “Glenn Fredly The Movie” yang akan tayang di bioskop pada 25 April 2024 untuk merayakan warisan musik, kisah cinta keluarga yang menyentuh hati. dan kenangan terhadap Bung Glenn. Ikuti terus perkembangan informasi mengenai film “Glenn Fredly The Movie” di media sosial resmi Instagram @glennfredlythemovie dan @adhyapictures.

Continue Reading

iMovies

Peluncuran FFI 2024, Komite FFI Usung Tema “Merandai Cakrawala Sinema Indonesia”.

Published

on

iMusic.id -Komite FFI periode 2024–2026 yang baru saja terpilih dan diketuai Ario Bayu mengumumkan tema perhelatan Festival Film Indonesia (FFI) 2024. Tema yang diusung untuk FFI 2024 adalah “Merandai Cakrawala Sinema Indonesia.”

Merandai memiliki makna mengarungi, menjelajahi. Melalui tema “Merandai Cakrawala Sinema Indonesia,” FFI 2024 diharapkan menjadi ruang yang terus menghidupkan kolaborasi berlandaskan semangat kesetaraan dalam membangun ekosistem perfilman Indonesia yang kreatif, inovatif, inklusif, dan produktif.

Cakrawala sinema Indonesia terus-menerus meluas sebagai buah dari pergulatan insan film maupun perkembangan lingkungan global yang melingkupinya. Dengan demikian, perjalanan merandai (menjelajahi) cakrawala sinema Indonesia demi meraih kesempurnaan dan keunggulan itu mesti dibingkai oleh upaya menangguk kearifan masa lalu, memeluk masa kini, dan membentuk masa depan.

Dalam peluncuran FFI 2024, sekaligus diperkenalkan kepengurusan baru Komite FFI periode 2024–2026, yang diketuai oleh Ario Bayu. Komite FFI 2024–2026 adalah Ario Bayu (Ketua Komite), Prilly Latuconsina (Ketua Pelaksana), Budi Irawanto (Ketua Bidang Penjurian), Mandy Marahimin (Ketua Sekretariat), Gita Fara (Ketua Bidang Keuangan dan Pengembangan Usaha), Pradetya Novitri (Ketua Bidang Acara), Nazira C. Noer (Ketua Humas Acara), dan Michael Ratnadwijanti (Ketua Humas Penjurian). Bidang-bidang di kepanitiaan diisi oleh para profesional

yang memiliki rekam jejak dan capaian pada profesinya masing-masing yang masih berkaitan erat dengan dunia film.

Komite FFI 2024–2026 juga berkomitmen untuk mendorong proses kolaborasi sehingga dapat menemukan peluang dan potensi baru di industri film Indonesia.

Kolaborasi menjadi jiwa dan landasan utama dari FFI 2024 dan kunci untuk meningkatkan industri film Indonesia di mata dunia.

“Sinema Indonesia tak pernah berhenti pada titik tertentu, alih-alih terus menjelajahi kekayaan tematik, batas-batas artistik, dan kepelikan teknis yang ditawarkan oleh teknologi. Inilah sesungguhnya yang menjadi cakrawala atau horizon sinema Indonesia sekaligus konteks bagi mekarnya ekosistem perfilman Indonesia.

Melalui tema “Merandai Cakrawala Sinema Indonesia” Komite ingin FFI 2024 menggerakkan arah sinema ke depan, sekaligus belajar dari sejarah masa lalu sinema kita, dan terbuka dengan semua kemungkinan potensi baru dalam perkembangannya saat ini,” kata Ketua Komite FFI 2024–2026 Ario Bayu. Pada penyelenggaraan FFI 2024, sistem penjurian ‘hibrid’ yang mengombinasikan penilaian kuantitatif (lewat pemungutan suara) dan penilaian kualitatif (lewat diskusi) akan dipertahankan.

Sistem penjurian ini cukup komprehensif, representatif, dan partisipatif yang melewati sejumlah tahapan mulai dari tahap rekomendasi oleh asosiasi profesi perfilman, tahap nominasi oleh Akademi Citra (insan film peraih Piala Citra) hingga tahap penentuan pemenang oleh Dewan Juri Akhir yang merepresentasikan profesional/pembuat film dan mereka yang menjadi bagian dari ekosistem perfilman dengan beragam latar profesi. Publik juga akan terlibat yang difasilitasi oleh teknologi internet untuk mengungkapkan preferensinya terhadap film Indonesia.

“Dengan demikian, sistem penjurian yang melibatkan asosiasi profesi dan Akademi Citra tersebut menjunjung prinsip demokrasi dan penghormatan terhadap profesionalisme serta dedikasi para insan film. Sementara itu, peran Dewan Juri Akhir dalam penentuan pemenang menempatkan film sebagai produk budaya yang dinilai secara kualitatif.

Sedangkan keterlibatan publik bisa menumbuhkan partisipasi serta perluasan apresiasi terhadap film Indonesia,” ujar Ketua Bidang Penjurian FFI 2024–2026 Budi Irawanto. Lebih lanjut, Budi menekankan, “Sistem penjurian menjadi bagian dari upaya bersama untuk semakin memperkuat ekosistem perfilman kita agar lebih solid dan padu.”

Anggota Dewan Juri Akhir akan dipilih oleh Komite FFI 2024–2026 berdasarkan masukan dari asosiasi-asosiasi profesi perfilman. Ikuti informasi terbaru Festival Film Indonesia 2024 melalui kanal media sosial resmi FFI di Instagram @festivalfilmid dan situs resmi di festivalfilm.id. (FE)

Continue Reading