Connect with us

iMovies

Setelah Menulis Naskah Dan Menjadi Produser, Angelina Jolie Jadi Sutradara Di Film “First They Killed My Father”

Published

on

iMovies – Aktris cantik, Angelina Jolie kembali terjun di belakang layar untuk sebuah film terbarunya setelah sebelumnya pemeran Lara Croft dalam film Tomb Raider ini menjadi penulis sekaligus produser di film “In The Land Of Blood And Honey” pada tahun 2011. Untuk film terbarunya yang berjudul “First They Killed My Father” ini Angelina Jolie akan bertindak sebagai sutradara.

Seperti juga film sebelumnya dan kedekatan Angelina Jolie dengan budaya luar Amerika, Angelia Jolie tidak pernah bisa menghindar dari pencampuran pengaruh budaya asia dengan isu – isu penting yang terjadi di dalam sejarahnya, oleh karena itu film “First They Tilled My Father” ini sengaja di produksi oleh Angelina Jolie untuk memperlihatkan pada dunia pandangan mengerikan tentang rezim Khmer Merah yang penuh teror.

Pada produksi film ini Angelina Jolie didukung secara penuh oleh Netflix yang telah merilis trailer resminya via online baru – baru ini. Film yang Di adaptasi dari Memo Loung Ung tersebut menceritakan kisah kelangsungan hidup Ung yang mengerikan di bawah mantan pemimpin Kamboja Pol Pot dan rezim Khmer Merah. Begitu ibukota kelahirannya Phnom Penh di kuasai rezim khmer merah, keluarga Ung dipisahkan, gadis muda itu dipaksa menjadi tentara anak sementara kedua saudaranya dikirim ke kamp kerja paksa, ini adalah sebuah sejarah terjadinya Genosida termasuk kematian seperempat dari populasi negara tersebut. Film yang seluruh pembicaraannya menggunakan bahasa Khmer  ini akan diputar di Toronto Film Festival @fransiscus_eko

iMovies

Ikuti perjuangan Glenn Fredly lewat film “Glenn Fredly The Movie”

Published

on

iMusic.id — Nama Glenn Fredly adalah satu di antara dari sederet legenda musik Indonesia. Melodinya tentang cinta, patah hati, dan suaranya yang khas telah menyentuh banyak hati dan menginspirasi para pendengar dan masyarakat Indonesia. Empat tahun setelah kepergiannya pada April 2020, kini kisahnya dalam bermusik dan perjuangannya di dalam keluarga tersaji dalam film garapan sutradara Lukman Sardi dan produser Daniel Mananta dan Robert Ronny, “Glenn Fredly The Movie” yang tayang di jaringan bioskop Indonesia mulai 25 April 2024.

“Glenn Fredly The Movie” mengangkat tema keluarga dan musik yang menjadi nilai penting dalam hidup Bung Glenn. Kehangatan dan kasih sayang keluarga menjadi kekuatan utama bagi Glenn dalam menjalani hidupnya, termasuk dalam kariernya sebagai musisi. Film ini juga akan menampilkan beberapa momen ikonik Glenn di atas panggung, yang menunjukkan kecintaannya terhadap musik dan dedikasinya untuk menghibur dan menyentuh hati para penggemarnya.

“Tema keluarga dan musik menjadi fokus utama dalam film ini. Kami ingin menunjukkan kepada penonton bagaimana Glenn Fredly dibesarkan dalam keluarga yang unik dengan konflik tersendiri, perjuangan beliau dalam membuktikan nilai yang ia yakini, dan bagaimana musik menjadi sarana untuk meluapkan isi hatinya,” ungkap produser film “Glenn Fredly The Movie” Daniel Mananta.

“Glenn Fredly The Movie” dipersembahkan oleh Time International Films dan Adhya Pictures yang diproduksi oleh DAMN! I Love Indonesia Pictures. Dibintangi oleh pemenang Piala Citra FFI 2022 untuk Pemeran Utama Pria Terbaik Marthino Lio, Bucek, Ruth Sahanaya, Zulfa Maharani, Alyssa Abidin, Sonia Alyssa, Sahira Anjani, dan Winky Wiryawan.

“Film ini bukan hanya tentang perjalanan hidup Glenn Fredly sebagai seorang musisi, tetapi juga tentang cinta, keluarga, dan persahabatan. Kami berharap film ini dapat menginspirasi banyak orang untuk terus berkarya dan memperjuangkan apa yang mereka yakini,” tambah sutradara “Glenn Fredly The Movie” Lukman Sardi.

Aktor Marthino Lio, yang memerankan karakter Glenn Fredly dalam film ini, mengaku merasa terhormat dan bangga dapat terlibat dalam proyek ini. “Glenn Fredly adalah sosok yang sangat inspiratif bagi saya. Saya harap film ini dapat memberikan gambaran yang jelas tentang siapa dia dan apa yang dia perjuangkan,” kata Marthino Lio.

Sebelumnya, film “Glenn Fredly The Movie” juga telah menggelar special screening di Ambon, membawa keluarga Bung Glenn – Mutia Ayu dan Gewa mudik ke Ambon, pada 12 April 2024. Penayangan perdana di Ambon juga berdekatan dengan momen peringatan wafatnya Bung Glenn pada 8 April. Produser film “Glenn Fredly The Movie” Daniel Mananta mengungkapkan, special screening di Ambon ini menjadi momen haru dimana untuk pertama kalinya Mutia Ayu mengunjungi tanah kelahiran Bung Glenn sekaligus sebagai bentuk penghormatan untuk merayakan kenangan dan nilai-nilai yang selalu diyakini Bung Glenn.

Tonton “Glenn Fredly The Movie” yang akan tayang di bioskop pada 25 April 2024 untuk merayakan warisan musik, kisah cinta keluarga yang menyentuh hati. dan kenangan terhadap Bung Glenn. Ikuti terus perkembangan informasi mengenai film “Glenn Fredly The Movie” di media sosial resmi Instagram @glennfredlythemovie dan @adhyapictures.

Continue Reading

iMovies

Peluncuran FFI 2024, Komite FFI Usung Tema “Merandai Cakrawala Sinema Indonesia”.

Published

on

iMusic.id -Komite FFI periode 2024–2026 yang baru saja terpilih dan diketuai Ario Bayu mengumumkan tema perhelatan Festival Film Indonesia (FFI) 2024. Tema yang diusung untuk FFI 2024 adalah “Merandai Cakrawala Sinema Indonesia.”

Merandai memiliki makna mengarungi, menjelajahi. Melalui tema “Merandai Cakrawala Sinema Indonesia,” FFI 2024 diharapkan menjadi ruang yang terus menghidupkan kolaborasi berlandaskan semangat kesetaraan dalam membangun ekosistem perfilman Indonesia yang kreatif, inovatif, inklusif, dan produktif.

Cakrawala sinema Indonesia terus-menerus meluas sebagai buah dari pergulatan insan film maupun perkembangan lingkungan global yang melingkupinya. Dengan demikian, perjalanan merandai (menjelajahi) cakrawala sinema Indonesia demi meraih kesempurnaan dan keunggulan itu mesti dibingkai oleh upaya menangguk kearifan masa lalu, memeluk masa kini, dan membentuk masa depan.

Dalam peluncuran FFI 2024, sekaligus diperkenalkan kepengurusan baru Komite FFI periode 2024–2026, yang diketuai oleh Ario Bayu. Komite FFI 2024–2026 adalah Ario Bayu (Ketua Komite), Prilly Latuconsina (Ketua Pelaksana), Budi Irawanto (Ketua Bidang Penjurian), Mandy Marahimin (Ketua Sekretariat), Gita Fara (Ketua Bidang Keuangan dan Pengembangan Usaha), Pradetya Novitri (Ketua Bidang Acara), Nazira C. Noer (Ketua Humas Acara), dan Michael Ratnadwijanti (Ketua Humas Penjurian). Bidang-bidang di kepanitiaan diisi oleh para profesional

yang memiliki rekam jejak dan capaian pada profesinya masing-masing yang masih berkaitan erat dengan dunia film.

Komite FFI 2024–2026 juga berkomitmen untuk mendorong proses kolaborasi sehingga dapat menemukan peluang dan potensi baru di industri film Indonesia.

Kolaborasi menjadi jiwa dan landasan utama dari FFI 2024 dan kunci untuk meningkatkan industri film Indonesia di mata dunia.

“Sinema Indonesia tak pernah berhenti pada titik tertentu, alih-alih terus menjelajahi kekayaan tematik, batas-batas artistik, dan kepelikan teknis yang ditawarkan oleh teknologi. Inilah sesungguhnya yang menjadi cakrawala atau horizon sinema Indonesia sekaligus konteks bagi mekarnya ekosistem perfilman Indonesia.

Melalui tema “Merandai Cakrawala Sinema Indonesia” Komite ingin FFI 2024 menggerakkan arah sinema ke depan, sekaligus belajar dari sejarah masa lalu sinema kita, dan terbuka dengan semua kemungkinan potensi baru dalam perkembangannya saat ini,” kata Ketua Komite FFI 2024–2026 Ario Bayu. Pada penyelenggaraan FFI 2024, sistem penjurian ‘hibrid’ yang mengombinasikan penilaian kuantitatif (lewat pemungutan suara) dan penilaian kualitatif (lewat diskusi) akan dipertahankan.

Sistem penjurian ini cukup komprehensif, representatif, dan partisipatif yang melewati sejumlah tahapan mulai dari tahap rekomendasi oleh asosiasi profesi perfilman, tahap nominasi oleh Akademi Citra (insan film peraih Piala Citra) hingga tahap penentuan pemenang oleh Dewan Juri Akhir yang merepresentasikan profesional/pembuat film dan mereka yang menjadi bagian dari ekosistem perfilman dengan beragam latar profesi. Publik juga akan terlibat yang difasilitasi oleh teknologi internet untuk mengungkapkan preferensinya terhadap film Indonesia.

“Dengan demikian, sistem penjurian yang melibatkan asosiasi profesi dan Akademi Citra tersebut menjunjung prinsip demokrasi dan penghormatan terhadap profesionalisme serta dedikasi para insan film. Sementara itu, peran Dewan Juri Akhir dalam penentuan pemenang menempatkan film sebagai produk budaya yang dinilai secara kualitatif.

Sedangkan keterlibatan publik bisa menumbuhkan partisipasi serta perluasan apresiasi terhadap film Indonesia,” ujar Ketua Bidang Penjurian FFI 2024–2026 Budi Irawanto. Lebih lanjut, Budi menekankan, “Sistem penjurian menjadi bagian dari upaya bersama untuk semakin memperkuat ekosistem perfilman kita agar lebih solid dan padu.”

Anggota Dewan Juri Akhir akan dipilih oleh Komite FFI 2024–2026 berdasarkan masukan dari asosiasi-asosiasi profesi perfilman. Ikuti informasi terbaru Festival Film Indonesia 2024 melalui kanal media sosial resmi FFI di Instagram @festivalfilmid dan situs resmi di festivalfilm.id. (FE)

Continue Reading

iMovies

Film Dokumenter “Harta Tahta Raisa” Garapan “Soleh Solihun” Rilis Official Poster & Trailer.

Published

on

iMusic.id -Imajinari bekerja sama dengan Juni Records mempersembahkan film dokumenter “Harta Tahta Raisa” yang disutradarai Soleh Solihun yang akan tayang pada 6 Juni 2024 di jaringan bioskop.

Menyambut penayangan film tersebut, Imajinari dan Juni Records merilis official poster & trailer yang memperlihatkan secuplik kisah di balik momen bersejarah “Raisa: Live in Concert: Stadion Utama Gelora Bung Karno” pada tahun lalu.

Selain itu, dalam trailer berdurasi 2 menit 13 detik itu juga menarik ke belakang refleksi perjalanan karir sang diva muda dengan menghadirkan orang-orang yang menjadi sistem pendukungnya. Termasuk, sang manajer dan CEO Juni Records Adryanto Pratono (AdryBoim), orangtua Raisa, dan orang-orang yang bekerja dekat dengan Raisa.

“Gue memang penyanyi tapi kami anggapnya itu sebagai merek. Misalnya gue bilang ‘Im pengen bikin ini’ nanti yang bikin jadi kenyataannya dia (AdryBoim) yang mendesain itu,” kata Raisa dalam salah satu adegan di trailer.

Sementara itu, official poster “Harta Tahta Raisa” menyajikan visual elegan dengan nuansa merah dan sosok Raisa yang mengenakan gaun berwarna merah dengan aksen bunga. Dalam poster tersebut, Raisa juga terlihat anggun, ditampilkan sebagai fokus utama dari poster.

Sebelum menyutradarai film dokumenter “Harta Tahta Raisa,” Soleh Solihun telah lebih dulu menyutradarai beberapa judul film panjang fiksi, “Mau Jadi Apa?” (2017), “Reuni Z” (2018), “Star Syndrome” (2023) dan serial “Cek Toko Sebelah Babak Baru” (2019-2020).

Menyutradarai kisah sang diva, Soleh pun merasa terhormat dengan bisa menyelami lebih dalam perjalanan Raisa di industri musik. Ia pun mengatakan ketika penonton menyaksikan film ini di bioskop, akan ada banyak kisah yang sebelumnya belum pernah terungkap.

“Raisa adalah penyanyi Indonesia yang hingga saat ini selalu mengalami pertumbuhan. Mulai dari kemunculan pertamanya di industri musik Indonesia hingga mencatatkan namanya dalam sejarah sebagai perempuan penyanyi Indonesia yang pertama kali menggelar konser tunggalnya di panggung paling spektakuler di Indonesia, Gelora Bung Karno (GBK). Saya berharap film dokumenter “Harta Tahta Raisa” bisa menjadi persembahan yang juga akan menjadi catatan baru dalam industri musik kita,” kata Soleh Solihun.

Raisa menambahkan, hadirnya film dokumenter “Harta Tahta Raisa” juga menjadi pengalaman baru. Setelah mempersembahkan konser tunggal di Stadion Utama Gelora Bung Karno, film dokumenter ini juga menjadi hal baru lagi yang akan memberikan pengalaman lain bagi para pendengar karyanya dan penonton Indonesia.

“Aku bersama Juni Records selalu memikirkan membuat karya-karya baru. Setelah konser di Stadion Utama Gelora Bung Karno tahun lalu, tentu banyak yang menanti gebrakan apa lagi yang akan dikeluarkan. Melalui film ini, semoga lebih banyak orang juga makin mengenal aku, perjalanan bermusikku, serta orang -orang yang selama ini menjadi bagian dari perjalanan itu,” kata Raisa.

Film dokumenter “Harta Tahta Raisa” sekaligus menandai kerja sama perdana bagi Imajinari dan Juni Records, dua entitas yang bergerak di bidang yang saling bersisian di industri hiburan. Setelah sukses dengan “Ngeri-Ngeri Sedap,” “Jatuh Cinta Seperti di Film-Film,” dan “Agak Laen” yang mencatatkan sejarah dalam industri perfilman Indonesia, dengan menghadirkan film dokumenter yang mengangkat perjalanan dari seorang diva muda Indonesia juga menjadi capaian baru lagi bagi Imajinari.

Produser film dokumenter “Harta Tahta Raisa” dan Co-Founder Imajinari Dipa Andika mengatakan rumah produksinya berkomitmen untuk terus memberikan penyegaran pada karya-karya film yang diproduksi. Terbukti, dari tiga film yang telah dirilis mendapatkan apresiasi yang tinggi dari penonton Indonesia, baik secara komersial dan pujian kritis. Dipa berharap film dokumenter “Harta Tahta Raisa” juga bisa diterima dengan baik oleh penonton Indonesia.

“Meski secara perjalanan Imajinari adalah sebagai rumah produksi baru, tetapi komitmen kami untuk terus menyajikan karya-karya berkualitas yang segar dan baru adalah mutlak. “Harta Tahta Raisa” menjadi bukti bahwa kami tidak pernah bermain di zona nyaman dan selalu mendorong keragaman karya di industri perfilman Indonesia,” kata produser film dokumenter “Harta Tahta Raisa” Dipa Andika.

Film dokumenter persembahan Imajinari bekerja sama dengan Juni Records akan tayang di jaringan bioskop Indonesia pada 6 Juni 2024. Diproduseri oleh Dipa Andika dan Adryanto Pratono, disutradarai oleh Soleh Solihun, dan Ernest Prakasa sebagai Eksekutif Produser. Ikuti terus perkembangan film dokumenter “Harta Tahta Raisa” di akun media sosial resmi Instagram @imajinari.id dan @juni_records. (FE)

Continue Reading